OSPEK hari pertama yang sungguh menjenggelkan. Bersyukur Molly lewati dengan baik. Meskipun sungguh melelahkan hingga seluruh tulang serasa ingin terpisah dari daging. Namun, masih ada hal manis yang Molly dapatkan dari kejadian itu.
Ya… seorang teman. Dari hukuman yang dia dapat membuat dia dekat dengan Shally, si gadis paling cantik yang di lihat Molly di hari pertama. Tidak tahu di hari berikutnya mungkin juga banyak gadis cantik lainnya, karena sekolahnya memang di kenal dengan penghasil wanita-wanita cantik dan berprestasi. Alangkah senangnya jika dia termasuk dalam salah satunya, uh.. sudahlah itu hal yang tak mungkin menurut logikanya.
Dihari kedua Molly datang setangah jam lebih awal. Seperti biasa, dia tetap turun dari jarak yang sedikit jauh dari gerbang sekolah.
Hari ini Molly sudah kembali menjadi manusia normal. Pakaiannya yang sesuai dengan ukurannya membuat dia seperti orang yang berbeda dari hari kemarin. Bentuk tubuh yang ideal dengan tingginya yang tak seberapa itu memberikan kesan gadis kecil yang imut.
Yah.. yang jelas dia tidak akan di remehkan lagi jika di lihat dari penampilan.
Molly berjalan sambil memegangi ponsel. Matanya lebih fokus pada ponsel daripada jalanan yang dia lewati. Notifikasi w******p yang datang tiada henti membuat dia tergelak sendiri. Bagaimana tidak? itu adalah spam dari sang kakak, Alfano Kusuma yang berada di London sana.
Dari semalam Fano sangat penasaran bagaimana OSPEK hari pertama adik kesayangannyan itu. Tapi, Molly selalu berkilah tak ingin mengatakan apapun. Hingga terjadilah spam yang tiada henti hingga Molly mematikan ponselnya dan baru pagi ini dia buka kembali. Tentunya spam yang bejibun itu langsung berdatangan.
Di tengah gelak tawanya, tiba-tiba datang panggilan video dari Fano. Molly tersenyum seraya merapikan rambut kepangnya itu.
“Hem hem.” dia berdehem, lalu langsung menjawab panggilan video dari sang kakak.
“Good Morning Molly Kolly..” sambil mempamerkan merchandise terbaru dari girlgroup idola sang adik, yaitu Red Velved.
(Molly Kolly= Panggilan sayang Fano pada Molly).
“Aaa.. kakak. Aku mau itu,” Rengek Molly dengan manja. Dia bertingkah sesukanya tanpa memperdulikan jika ada orang yeng memperhatikannya.
“Boleh saja, asalkan ceritakan pengalaman OSPEK mu pada kakak.” ujar Fano dengan gestur meminta kesepakatan.
“Ok ok. Aku akan menceritakannya nanti malam. Kakak janji ya, kirim yang banyak merchandisenya.” Molly bersemangat dengan geliat-geliat manja.
Sementara di belakang Molly terdapat sebuah mobil mewah yang berjalan pelan seolah mengikuti langkah kakinya. Tenyata di dalam mobil itu adalah Kenzo yang duduk di kursi belakang pengemudi.
Dia tersenyum tipis saat melihat tingkah Molly. Entah kenapa dia langsung mengenal Molly meski hanya di lihat dari belakang. Padahal penampilan Molly sudah berubah.
“Eh dek, sepertinya mobil hitam di belakang mengikuti kamu sedari tadi.”
“Hah, sungguh?” Molly sendiri tak menyadari itu. Dia langsung menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Tapi tiba-tiba mobil itu langsung melaju cepat.
Hal itu tentu membuat Molly bingung, dia sangat penasaran siapakah pemilik mobil itu. Dia terus memandangi mobil itu menunggu siapa yang keluar dari mobil yang sudah berhenti di gerbang sekolah.
“Masuk saja pak!” perintah Kenzo saat menyadari bahwa Molly memperhatikannya.
“Baik Tuan Muda.” jawab sopir sambil melajukan mobil masuk ke dalam sekolah.
“Mobilnya ke dalam. Berarti itu guru atau pegawai di sini.” gumam Molly sambil menggelengkan kepalanya.
“Molly Kolly..” teriak Fano di layar ponselnya. Dia sudah sedari tadi terabaikan oleh sang adik. Tapi bukannya di jawab, Molly malah langsung mengakhiri panggilan video itu tanpa berpamitan.
***
Di dalam kelas Molly langsung memasukkan tas dan ponselnya ke dalam loker. Setelah itu dia langsung berjalan menuju kamar mandi dengan celana training di tangannya.
Dia sudah tau akan nasibnya. Tak lama setalah acara ospek nanti, dia pasti akan di tarik untuk melanjutkan hukuman. Oleh karena itu dia tak ingin bertele-tele, langsung saja pada persiapan.
“Kamu begitu semangat menjalani hukuman ya?” suara itu langsung menghentikan langkah Molly yang selangkah lagi akan memasuki toilet.
Molly langsung menoleh ke sumber suara, ternyata Kenzo berdiri di depan toilet pria yang berada di sisi kirinya. Sontak Molly langsung memutar matanya dengan kesal.
Apa dia benaran iblis? selalu ada di mana-mana. Wah.. aku merinding.
Celoteh hati Molly sambil mengusap lengannya.
Molly berencana tak meladeni. Dia kembali melangkahkan kakinya.
“Kau berani mengacuhkan ku?”
Nada penuh ancaman hingga membuat Molly menghentikan langkahnya kembali. Sungguh dia menahan kekesalan yang tiada tara di dadanya.
Cih.. memangnya kau kaisar kerajaan yang setiap katanya harus di ladeni dengan penuh hormat?
“Kemari!” titah Kenzo dengan telunjuk penuh perintah.
Heh.. memerintahku lagi? jangan harap!
“Kak Kenzo, kakak bisa memerintahku jika kita berada di jam OSPEK. Sekarang masih jam bebasku. Jadi kakak jangan seenaknya. Aku bukanlah orang yang mudah di tindas. Aku adalah wanita pendukung kebebasan…$'@&.” Molly terus berbicara panjang lebar sesuka hatinya di ikuti dengan cara omelan khasnya Sementara Kenzo sudah berjalan mendekatinya.
Cletakkk! Tiba-tiba sebuah sentilan di kening Molly.
“Awww..” jerit Molly sambil memegangi keningnya dan melihat Kenzo dengan kesal.
Benaran iblis.. kapan dia melangkah ke sini? apa dia terbang dengan tongkatnya? aakhh.. sakit! keningku sakit. Diusap-usapnya dengan poninya.
“Jangan buat aku mengulangi kata-kataku!” Ucap Kenzo penuh ancaman.
“Maaf kak.” Molly akhirnya kalah juga.
Lagi-lagi Kenzo memperhatikan penampilan Molly dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Aikk.. apa si Kenzo sialan ini seorang maniak? Kenapa selalu menatapku begitu?
Molly merasa sanga-sangat tidak nyaman di perhatikan seperti itu.
“Kenapa kau merubah penampilanmu?”
“Itu bukan urusan kakak.” Jawab Molly ketus.
“Hum hum.. baiklah.” balas Kenzo sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, “Pagi sampai siang ini tidak perlu menjalani hukuman, karena ada hal penting. Sepertinya kau tidak membaca draf kegiatan ya?” lanjutnya.
Draf kegiatan? Mana aku sempat melihatnya. Semalam aku bergulat dengan rasa lelah karena kamu sialan!!!
“Hehe..” Molly cengingisan bodoh tangannya yang masih mengusap keningnya.
Tiba-tiba Kenzo menarik ikat rambut Molly.
“Kamu tidak perlu berdandan seperti ini,” di lanjutkan dengan tarikan ikat rambut kedua. Molly langsung terdiam mendongakkan wajahnya menatap Kenzo yang begitu tinggi. Tingginya yang 158cm hanya mencapai d**a pria itu.
“Kembalilah ke kelas dan baca draf kegiatan baik-baik!” ujar Kenzo sambil merapikan rambut Molly dengan lembut. Molly seolah terhipnotis. Dia hanya diam seperti anak kucing yang sedang di belai.
Deg deg deg! detak jantung Molly mulai tak beraturan.
Kenzo menyeringai senyum jahat. Dia memutar tubuh Molly dengan lembut,
“Pergi sana!” dengan dorongan yang kuat.
"Aaa.." beruntung saja Molly bisa menahan dengan cepat jika tidak mungkin dia akan jatuh. Molly memeluk trainingnya di dadanya dengan posisi setengah membungkuk.
Kenzo sialan.. memangnya kau pikir tubuh ku ini boneka ya. Beraninya dorong-dorong seenakanya.
Debaran jantungnya kembali berubah menjadi kemarahan. Dia melihat ke belakang dengan tatapan penuh kekesalan, lalu dia langsung pergi dengan langkah cepat.
Perih di keningku saja belum hilang, lalu dia mendorongku dengan kuat. Kenzo.. lihat saja pembalasanku. Aku akan membuatmu bertekuk lutut di depanku.
Sementara Kenzo, terseyum puas menatap punggung Molly yang mejauh.
“Gadis bodoh.” ketusnya.
Bersambung....