OL (04)

1576 Words
Molly sudah berada tepat di depan Kenzo, ekspresi Molly terlihat sangat tegang karena menatap paksa Kenzo yang ada di depannya. Meskipun matanya tak fokus, sesekali dia melirikkan matanya kemana-mana. “Maju 3 langkah lagi ke depan!” Apa? lagi? Hey.. sekarang jarak kita sudah sesuai kode etik. Kau menyuruhku maju lagi? apa itu tidak akan keterlaluan? Kalimat itu hanya terucap di hatinya, tak berani mensuarakannya. Dengan perasaan yang semakin was was Molly melangkah ke depan sesuai yang di perintahkan. Kenzo menyeringai senyum liciknya, dia memperhatikan penampilan Molly mulai bawah ke atas. Hey sialan apa yang kau lihat? Matamu sungguh tak ada aturan ya. Jika kau memarahiku, marah saja. Asal jangan main kekerasan fisik saja. Hati Molly tetap menggerutu, meski wajahnya terlihat tegang. “Berapa menit si jelek ini terlambat?” Tanya Kenzo pada senior yang telah bertugas. “8 menit kak.” “8 menit? ok. Sekarang nikmati hukumanmu.” Dia menghukumku hanya karena terlambat? Sunggu ajaib, sepertinya dia sadar akan kesalahannya. Terimakasih Tuhan… sudah mendengarkan doaku. “Frans bantu aku jalan ke lapangan! Dan kau Luye seret si jelek ini ke lapangan! Yang lainnya silahkan lanjutkan!” “Tu-tunggu. Apa hanya aku yang akan di hukum?” Molly merasa tak adil, sedari tadi semuanya tertuju padanya. Sementara 3 orang yang lebih parah terlambat darinya tidak di singgung sedikitpun. Kenzo yang sudah mulai melangkah dengan papahan Frans langsung berhenti. Dia menatap tajam Molly. Molly melirik senior lainnya, lirikan itu meminta keadilan. Sementara di belakang 3 orang yang terlambat itu hanya tersenyum licik. Ekspresinya seolah mengatakan bahwa mereka tidak selevel dengan Molly. Termasuk si kaca mata tebal, perawakan polos, tapi ternyata bisa menyeringai senyum licik. “Hey.. kau jangan membantah kalimatnya, apalagi menanyakan yang bukan ranahmu.” Bisik Luye pada Molly, lalu menggandeng tangan Molly. “A-apa maksudnya?” “Sudahlah. Sekarang menurut saja!” sambil menarik tangan Molly untuk mengikutinya. “Kenzo sekarang kita bisa lanjut ke lapangan.” Dengan nada bicara yang dingin. Kenzo hanya diam, lalu dia melanjutkan langkahnya bersama Frans. Sementara Molly dan Luye mengikutinya dari belakang. Molly bersungut-sungut dan menatap punggung Kenzo penuh kekesalan. Kenapa aku merasa, nasib sial akan selalu menimpaku dari sekarang? aaa.. ini semua gara-gara si Kenzo sialan ini. Dia benar-benar jahat, bahkan sudah pakai tongkat begini masih saja kejam. Luye menatap wajah kesal Molly dengan senyum, lalu dia memulai percakapan. “Siapa namamu?” “Hah? Namaku Molly Puja Kusuma kak Luye.” “Kenapa panjang sekali?” sambi tertawa. “Kata ayah itu warisan keluarga kak.” Dengan senyum canggung. “Kau benar juga. Nama adalah warisan keluarga.” Masih dengan tawa kecilnya. Sontak Molly menatap wajah Luye yang terlihat ramah itu, sangat berbeda dengan penilaian awalnya, karena tadi suara Luye benar-benar mengejutkannya. Sepertinya kak Luye bukan orang jahat. Dia sangat hangat. Kak Luye juga cantik, humph… wanita cantik dan baik pasti memiliki takdir yang baik. *** “Ambil itu!” Kenzo melemparkan sekop dan tong sampah pada Molly yang berdiri di depannya. Sekop roll dan tong sampah itu tergeletak pas di kaki Molly. Sementara dia duduk dengan santai seperti bos besar dengan Luye dan Frans yang berdiri di sisi kiri dan kanannya. Sekop roll, tong sampah? Hukuman apa yang akan brengs*k ini berikan padaku. “Apa kau tahu apa yang akan kau lakukan dengan sekpo itu?” Heh.. kau menanyaiku? Mana aku tahu sialan. “Tidak kak.” Sambil menggelengkan kepalanya dengan senyum bodohnya. “Kau harus membersihkan semua permen karet yang menempel di lantai. Termasuk di jalan gerbang sekolah.” Dengan santai dan tak lupa senyum cerah yang jahat. What?? Apa dia gila? Sekolah seluas ini, terus di gerbang juga?? Aaa… dia benar-benar tidak manusiawi. “Aku memberimu waktu yang panjang. Jika hari ini tidak selesai, maka kau bisa melanjutkannya sampai hari OSPEK terkahir.” Sambil berdiri dengan tongkatnya. Molly hanya diam, tapi tatapannya tak segan lagi menatap Kenzo penuh kekesalan. Dia menggenggam erat tangannya. Serasa dia ingin sekali melayangkan kepalan tinjunya pada Kenzo yang mendekatinya. “Hei Jelek, ini hukumanmu karena berani meninggalkanku di gerbang.” Bisik Kenzo di telinga Molly dengan nada licik. Aish.. dasar. Sabar Molly, sabar.. Kenzo kembali berjalan mundur dengan seringai senyum liciknya. Dia merasa puas melihat ekspresi penuh kemarahan Molly. “Sekarang ayo kita kembali. Biarkan si jelek ini menyelesaikan tugasnya dengan baik.” Frans langsung memapah Kenzo dan mereka berbalik badan meninggalkan Molly. “Fighting..!” ucap Luye pelan sambil mengangkat kedua tangannya. Lalu dia juga pergi mengikuti Kenzo dan Frans. *** Para siswa/siswi sudah memulai acara OSPEK nya, tapi berbeda dengan 3 orang yang terlambat tadi. Mereka di pisahkan pada satu rauangan dengan 2 oarang senior bersama mereka. Mereka berbaris rapi di depan. Sementara sepasang senior duduk di depan mereka. Nametag mereka sudah berisi. Si kaca mata tebal bernama Mimo, si cantik bernama Shally dan di muka dingin bernama JB. “Aish.. kalian bertiga. Kenapa kalian terlambat? janjian?” “Bukan kak.. mana mungkin. Kami baru bertemu hari ini.” jawab Shally dengan ramah sambil mengibaskan tangannya. “Ugh.. imut sekali.” Senior pria itu terkesima dengan keelokan rupa dan keramahan Shally. Lalu dia berdiri mendekati 3 oarang itu. “Baiklah. Karena kami adalah senior yang paling manuasiawi di sini. Maka kami tidak akan menghukum kalian. Tapi dengan satu syarat.” Dengan nada bicara persuasive, sehingga si kaca mata tebal laangsung tergiur. “Boleh, boleh. Aku akan melakukan syarat kakak. Asalkan tidak di hukum.” Dengan semangat. “Haha.. bagus, bagus. Aku suka orang penurut seperti ini.” sambil menepuk-nepuk bahu Mimo. “Sebelumnya kita harus membuat perjanjian dulu, agar kami bisa memprcayai kalian.” Senior wanita langsung mengeluarkan secarik surat perjanjian, lalu Mimo dengan semangat langsung berjalan mendekat untuk melihat surat itu. “Heh, hal bodoh apa ini? Apakah sekolah ini mengejari muridnya etika buruk seperti ini?” tiba-tiba JB mengeluarkan suaranya dengan menatap 2 senior itu dengan tajam. “Hey bocah. Kau..” belum selesai senior pria itu berucap, tapi kalimatnya sudah di potong oleh JB. “Aku tidak akan melakukan perjanjian apapun denganmu. Aku akan menjalani hukumanku. Ingatlah, sikap kalian pada wanita tadi sangat diskriminatif. Aku bisa saja melaporkan kalian pada kepala sekolah.” Sambil berjalan keluar. “Hey.. kau mau kemana? Kembali ke barisanmu!.” Perintah senior pria dengan suara lantang. JB mengehentikan langkahnya, lalu melirik nametag di seragam kedua senior itu. “Kiro, Solar. Aku akan mengingat nama kalian.” “Hah.. apa yang kau lakukan?” dua senior itu langsung terlihat panik dan menutupi nametagnya yang sudah sangat terlambat itu. JB menyeringaikan senyumnya, lalu langsung beranjak pergi tanpa kata. *** Di lapangan yang luas terlihat Molly yang sudah mengenakan celana training, namun dia tetap mengenakan roknya. Dia mengikis permen karet yang menempel penuh dengan ocehan. “Dia menghukumku dengan seenaknya. Sangat tega sekali menghukum gadis kecil sepertiku seberat ini. dia bukan manusia, dasar Kenzo iblis…” sambil mengikis dengan kuat penuh kekesalan. Gerakan kikisan senada dengan intonasi ocehannya yang tidak ada putusnya. Sementara di bekangnya JB berdiri sudah cukup lama. Dia memperhatikan penampilan aneh Molly kali ini, lalu menggelengkan kepalanya. “Apa kau berkerja dengan mulutmu?” tiba-tiba JB menghampiri Molly dengan alat yang sudah lengkap, tapi dia mengenakan sarung tangan. “Kau.. apa semuanya di hukum juga?” sambil melihat ke belakang untuk melihat keberadaan 2 oarng lainnya. “Aku tidak yakin. Pakai ini!” JB melemparkan sarung tangan ke wajah Molly dengan kasar. “Aish.. kau ini. ” sambil mengusap matanya yang terkena sapu tangan itu. Tapi matanya yang kelilipan itu juga tak membuang kesempatan, masih saja melirik nama di Nametag JB. “Kau seorang wanita, seharusnya menjaga diri dengan baik. Kau bahkan tidak boleh melukai tanganmu.” Sambil beranjak ke sisi lain. Hah? Apa maksudnya? Molly terdiam dan mengedipkan matanya seperti orang bodoh. tapi tak lama setelahnya, dia langsung menampar pipinya. “Aaww..” jeritnya. “ Kau kenapa?” JB memutar lehernya dan menatap Molly. “Hahaha.. Tidak apa-apa.” “Ouw..” JB kembali ke posisinya dan meneruskan kegiatannya. Dasar Molly bodoh, apa kau ingin orang melihat kebodohanmu? Molly mengumpati dirinya sendiri sambil memukul pelan kepalanya sendiri. “Hey.. kalian di sini?” tiba-tiba panggilan keras dari belakang. Sehingga Molly dan JB melihat ke arah sumber suara secara bersamaan. Ternyata itu adalah Shally dan Mimo yang juga sudah lengkap dengan peralatannya. “Kami datang untuk membantu kalian.” sambil berjalan mendekat. Molly langsung berdiri, dia terlihat sangat histeris, hingga dia memeluk Shally secara tiba-tiba. “Benarkah? Kalian memang malaikat penolongku.” “Haha.. jangan sungkan. Kita sama-sama terlambat, sudah seharusnya begitu. Tapi.. bolehkah aku bertanya, penampilan apa ini?” dengan senyum. Karena saat dia melihat Molly di lapangan pandangannya juga langsung terfokus dengan celana training yang di gunakan Molly. Molly langsung melepaskan pelukannya dengan tertawa ringan. “Ini untuk melindungi kita. Tidak mungkin hanya menggunakan Rok untuk berjongkok seperti ini.” bisik Molly dengan percaya diri. Tapi bisikan itu tetap saja terdengar oleh 2 pria itu. Shally mengangguk anggukkan kepalanya dengan senyum. Jadi ini fungsi penampilan anehnya. Sekilas senyum samar muncul di bibir JB. “Tapi aku benar-benar berterimakasih sama kalian. Aku tidak bisa membayangkan jika aku sendiri mengerjakan ini.” Molly kembali bertingkah penuh semangat dan rasa terimakasih yang tiada henti. “Kenapa terlalu bereaksi seperti itu. Ini hanyalah hukuman ringan, kita bisa mengerjakannya dengan santai.” Tanggap Shally. “Haha.. sepertinya kalian tidak tahu ya..” Molly tertawa cengigisan sambil mengggaruk kepalanya. “Apa maksudmu?” Shally mulai gelisah melihat ekspresi Molly. “Kita harus membersihkan semua permen karet di sekolah ini. Bahkan jalanan di gerbang sekolah juga.”dengan suara semangat dan senyum. “Apa???” Shally dan Mimo berucap bersamaan. Molly hanya bisa tertawa dengan bodoh dan menggeruk kepalanya. Lihatlah semua manusia normal merasa hukuman ini tidak seharusnya. Si Kenzo b******k itu sungguh tak punya hati. “Kalian sudah tau tugas kaliankan. Sekarang tunggu apa lagi. ayo kerjakan!” tiba-tiba JB bersuara. “Baik, baik” semuanya langsung bergerak. Huh.. jika tahu seperti ini. Aku pasti akan menerima tawaran senior saja. Gumam Mimo sambil mulai mengikis. Baiklah Shally semuanya memang butuh perjuangan. Aku Shally mana boleh mengeluh hanya dengan hal seperti ini. fighting Shally. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD