OL (03)

1230 Words
Molly beridiri dengan satu kaki dan kedua tangannya memegangi telinganya. Dihukum seperti hukuman anak SD saja. Ternyata tak hanya dia yang terlambat. Ada 3 orang lagi yang lebih terlambat darinya. Disisi kirinya berdiri 2 orang pria, yang satunya terlihat polos dan berkaca mata tebal sepertinya dia kutu buku. Pria satu lagi terlihat tampan, proporsi badannya juga bagus, tapi auranya sangat dingin. Auranya sangat kuat, mampu membuat orang tertekan hanya dengan 1 kali tatap. Satu orang lagi adalah wanita yang berdiri di sisi kanannya. Wanita itu terlihat sangat cantik, modis meski dengan aksesoris super gila ini dan juga terlihat ramah. Berbeda dengan Molly yang sekarang di balut seragam big size, hingga tubuh mungil ini terlihat lebih kurus. Tidak ada modisnya sama sekali. Mereka berempat berdiri di depan semua orang. Sementara para senior memberikan intruksi. Ah bukan intruksi, lebih tepatnya ancaman jika melakukan kesalahan serta dengan aturan-aturan gilanya. Mereka menjadikan Molly sebagai contoh, mengenai hal buruk apapun selalu Molly yang mereka contohkan. Aku tahu kalian melakukan ini karena aku yang paling jelek kan? Molly menyumpat dalam hatinya. Lalu menirukan cara bicara para senior wanita yang selalu menunjuk dia sebagai contoh. Semua mata tak luput menatap Molly dengan berbagai ekspresi. Tatapan kasihan dan ejekan, ah masa bodoh perkara itu. Senior memang selalu berkuasa, apa lagi pada siswa/siswi baru. Ya ya ya... kalianlah aturannya di sini. Molly sudah mulai goyah, sesekali dia menurunkan kakinya dan mengangkat kembali. “Hey berdiri dengan tegap!” Suara lantang seorang wanita yang mengejutkan. Bukan membuat Molly berdiri tegap tapi malah membuat dia ambruk. Kaget setengah mati ya Tuhan.. itu pita suara ada toanya ya? Molly bergumam kesal, tapi tetap menampilkan wajah polosnya. Dia kembali berdiri dengan tegap, lalu berdiri dengan satu kaki. “Maaf kak, aku mempunyai jantung yang lemah. Suara kakak bisa saja membawaku ke ruang ICU.” Jawab Molly dengan polos, karena senior wanita itu menatapnya seolah meminta permintaan maaf darinya. Penjelasan Molly mengundang gelak tawa senior lainnya, begitupun para siswa/siswi baru juga terlihat menahan tawa. Apa yang lucu, kalian semua bodoh ya aku bukan sedang membuat lelucon. “Haha.. Luye di hari pertama sudah ada yang berani sama kamu. Ini sangat menarik.” Senior lainnya datang mendekati Molly dan senior yang bernama Luye itu. Hah menantang? Apa maksudnya, hey kakak kau jangan membuat masalah untukku. “Kakak aku tidak bermaksud untuk menentang siapapun di sini. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya.” Molly berusaha membela diri. Dia tidak ingin dirinya dijadikan sasaran olokan empuk dalam ospek ini. Waktu ospek 3 hari, ah ini pasti akan menjadi waktu yang panjang. Selain itu jika dia benar-benar menjadi sasaran bagi senior, pasti akan tetap berlanjut meski ospek ini telah usai. Jika itu terjadi hari-hari di sekolah pasti seperti memasuki neraka. “Jadi kau benar menghina suaraku? Berani sekali.” Molly langsung terkejut, karena jawaban yang dia berikan malah membuat Luye mengeluarkan suara toanya kembali. “Bukan! bukan seperti itu.” jawab Molly sambil mengibaskan kedua tangannya dengan cepat. “Pegang kembali telingamu!” Perintah Luye. Molly segera memegang telinganya. Nyalinya tak kicut, hanya saja dia tau posisi bahwa dia adalah junior dan ini memang hari dimana mentalnya sebagai siswi baru di uji oleh para senior. “Kak Luye aku minta maaf.” ujar Molly dengan wajah dan suara yang memelas. “Haha.. teman-teman lihatlah. Anak ini benar-benar punya nyali yang besar. Dia masih saja berani berbicara.” Beberapa orang senior wanita maupun pria mendekatinya. Menatap Molly dengan sorot mata dan senyum penuh ejekan. Ya Tuhan.. apa aku membuat masalah untuk diriku sendiri? “Kak Kenzo datang, kak Kenzo datang.” Suara ribut-ribut dan semua orang yang tadinya mendekati Molly langsung berbaris dengan rapi. Dan para senior wanita galak tiba-tiba nada bicaranya mejadi manja dan merapikan penampilan mereka. Hufft.. hampir saja. Siapa ini kak Kenzo? Aku hampir saja tidak bernafas melihat tatapan mereka. Dia pasti malaikat penolong yang di kirim Tuhan untukku, hehe.Mendengar namanya saja orang-orang langsung berbaris dengan rapi. “Hah, kak Kenzo kenapa? Kenapa dia pakai tongkat?” Tiba-tiba orang mulai berbisik ketika melihat kemunculan seorang pria tampan dan juga di segani itu memakai tongkat. Tapi berbeda dengan Molly dia hanya masa bodoh. Dia bahkan tidak menoleh sama sekali. Matanya hanya tertuju ke bawah. Seolah tatanan beton di bawah lebih menarik perhatiannya dari pada Kenzo pria yang di segani semua siswa/siswi di sana. “Apa yang terjadi dengannya?" “Kalian tidak tahu ya? aku dengar kak Kenzo mengalami kecelakaan.” “Hah, kecelakaan? Bagaimana bisa?” “Ini aku baru dengar, belum tau pastinya.” “Maksudmu?” “Aku dengar ada siswi baru yang menghalangi laju motor kak Kenzo di gerbang sekolah, dan lebih parahnya lagi aku dengar siswi itu tidak bertanggung jawab dan pergi begitu saja. Dia belum tahu ya kak Kenzo itu siapa, benar-benar cari mati.” ujar siswi itu dengan tawa jahat. Molly langsung terkejut dan menelan ludah mendengar perbincangan 3 senior yang berbaris di depannya. Matanya terbelalak, sepertinya siswi yang mereka maksud adalah dia. Apakah itu..? aaa.. aku bisa gila. Kenapa begitu banyak kesialan. Dia melepaskanku, apa karena ingin membalasku sekarang? tapi aku tidak salah apa-apa. Salah dia yang melajukan motor terlalu kencang di area sekolah. “Aish..” Molly berdiri tak stabil lagi. Dia juga menggigit bibirnya kelu. Pria di samping Molly menyadari kegelisahannya. Pria itu melirik Molly dengan tatapan tidak senang. “Hey jelek. Jika tidak sanggup, turunkan saja kakimu! Senior juga tidak memperhatikan kita.” ucap pria berkaca mata tebal dengan setengah berbisik. Apa? jelek? Kamu juga jelek tau tidak. Meskipun kontra di dalam hati, namun Molly tetap menoleh dengan tenang. “Hah? Bolehkah?” tanya Molly polos. “Tentu saja.” jawab wanita cantik di sisi kanannya. Molly melihat ke bawah, ternyata kaki 3 orang itu memang sudah di bawah. Aish.. ternyata cuma aku anak yang penurut. Bahkan si kaca mata tebal saja berani. Molly cengingisan mengangguk anggukkan kepalanya, lalu menurunkan kakinya. Gelak tawa para senior dan juga siswa/siswi baru pecah seketika, ternyata Kenzo yang terdengar menyeramkan dari percakapan 3 orang senior itu tidak seburuk itu. Dia menyapa dan memperkenalkan diri dengan ramah, sambil bergurau hingga suasana tidak tegang. Molly masih menundukkan kepalanya. Kakinya yang jinjit di gerak-gerakkannya. Sedari tadi dia tidak melihat sama sekali ke arah pria bernama Kenzo itu. Dia masih was-was, takut hal sial benar-benar menimpanya meski dia belum yakin jika Kenzo itu adalah pria yang dia tinggalkan tadi pagi. Semoga Tuhan memberkatiku. Kalimat itulah yang terucap terucap berulang kali di hatinya. “Kenapa kamu tidak mengangkat kakimu?” Kalimat yang mengejutkan Molly, sepertinya kalimat itu tertuju padanya. Dengan wajah yang masih menunduk, Molly melirik ke samping kiri dan ke kanan. Waahhh.. ini gila. Kalimat ini benar-benar tertuju padanya, 3 orang itu sangat tidak setia. Mereka kembali ke posisi semula tanpa memberitahunya. Bahkan senior di depannya sepertinya juga sudah beranjak. Mati aku.. Molly mengangkat kakinya dengan geliat wajahnya penuh kekahawatiran. “Apa yang kamu lakukan?” suara yang penuh bentakan. Molly benar-benar terkejut dan menelan ludah. Kali ini dia benar-benar kicut. Molly masih belum juga menjawab pertanyaan itu. Dia bingung dan mulutnya juga serasa terkunci, tak mampu untuk di gerakkan. “Angkat kepalamu! ” Molly mengangkat kepalanya. pemandangan di depan matanya serasa akan langsung menebas lehernya seketika. Pria bernama Kenzo itu benar pria yang dia tinggalkan di insiden tadi pagi. Keringat dinginnya bercucuran serasa sudah membasahi badannya. Sementara di segala penjuru sekolah terdengar orang yang mentertawainya penuh ejekan. Berbisik-bisik gembira seolah sedang menonton drama komedi yang mengocok perut. “Kemari!” perintah Kenzo dengan gestur jari telunjuknya penuh perintah. Apa ini? apa dia mau memukulku? Walaupun gemetaran Molly tetap berjalan mendekat. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD