OL (02)

1383 Words
Hari ini merupakan hari pertama Molly berganti status dari siswi SMP menjadi siswi SMA. Tradisi Ospek di sekolah tentu saja harus dia ikuti, karena itu merupakan hal yang di wajibkan oleh pihak sekolah. Jika tidak ikut Ospek tahun ini, maka tahun besok akan tetap ikut Ospek meskipun sudah 1 tahun menjadi siswa-siswi di sekolah itu. Di dalam mobil menuju perjalanan ke sekolah, Molly terus memandangi dirinya di kaca yang dia pegangi. “Memangnya harus ya berpenampilan gembel seperti ini? kenapa tidak ada dobrakan terbaru saat ospek, berdandan seperti putri kerajaan di zaman kuno misalnya.” Ocehan Molly duduk di kursi belakang. Dia sangat kesal dengan penampilan super gila ini. Rambut di kepang 2 dengan ikat rambut yang berbeda warna. Name tag dari kertas kartoon yang harus selalu melakat di leher. Kalung dan gelang dari permen warna warni. Serta tali sepatu yang juga harus berbeda warna dan masih banyak lagi pernak pernik lainnya yang terdapat dalam tas kantong kreseknya. Lebih gilanya lagi, hari ini Molly memakai seragam yang ukurannya kebesaran. hal ini terjadi karena kesalahan ibu yang membelikannya dengan ukuran yang salah. Molly juga baru pagi ini menyadarinya. Jadi mau tidak mau dia harus mengenakan seragam sial ini dulu untuk hari ini. Seragam big size di tubuh mungilnya, membuat penampilan gembel itu sangat berpihak padanya. “Nona Molly tetap cantik meski dengan penampilan seperti itu.” ucap Pak Odeng sambil tertawa. “Yakk.. Pak Odeng” Molly berteriak sangat kesal. Dia sangat bisa mencerna kalimat pujian penuh ejekan itu. “Haha.. serius nona. Nona memang selalu cantik dengan penampilan apapun. Bukankah penampilan ini sangat menarik? Di dalam kisah romansa sering menceritakan tantang penampilan jelek atau cupu menjadi ratu. Hal ini juga bisa menimpa nona. Hari ini berpenampilan seperti ini, tapi ketika OSPEK berakhir maka nona bisa menunjukkan pesona dari diri nona yang sebenarnya. Jika seandainya nona di hukum dalam ospek ini, maka orang menghukum pasti akan sangat menyesal. Kemudian nona bertemu dengan seorang pangeran yang bisa saja jahat, dingin atau memang baik dari awal tapi walau bagaimanapun karekternya, tetap saja akhirnya akan bertekuk lutut di depan nona. Haha.. kisah itu pasti sangat menarik.” Pak odeng tiba-tiba bersemangat dengan luapan isi pemikirannya. Dalam penjelasan yang hanya beberapa kalimat itu, pak odeng sudah bisa menyelesaikan I buah naskah novel. Hey pak Odeng, akan lebih baik jika pak Odeng jadi penulis saja. “Sudahlah pak Odeng, aku tahu diri dengan penampilaku.” Molly menjawab malas sambil memutarkan bola matanya dengan kesal. Molly menyandarkan kepalanya ke belakang sambil memejamkan mata. Kalimat Pak Odeng meski dia respon dengan malas tapi terus di reka ulang dalam pikirannya. Akankah aku mengalami hal seperti itu? kisah romansa penuh fiksi yang hanya di atur sesuka hati oleh sang penulis naskah. Keberuntungan seperti itu mana mungkin aku mengalaminya. Molly menyeringaikan senyum penuh ketidakmungkinan. Dia tahu diri dengan penampilannya sendiri. Dengan tinngi yang hanya 158cm dan wajah biasa ini mana mungkin aku bisa menggaet hati seorang pangeran. Begitulah senyum itu menjabarkan. *** Molly turun dari mobilnya dari jarak yang cukup jauh dari gerbang sekolahnya. Molly memang selalu begitu, tak pernah mau diantarkan sampai di depan gerbang oleh supirnya. Tap tap tap. Derap langkah kaki Molly yang tergesa-gesa ketika hendak memasuki gerbang sekolah yang sudah sepi. Satpam yang bertugas juga terlihat sudah bersiap-siap di pagar, hal itu pasti menandakan bel masuk akan segera berbunyi. Molly melirik jam di tangan, matanya terbelalak. Alangkah terkejutnya karena dia sungguh akan terlambat jika tidak lebih cepat lagi. Ya ampun.. ini 8 detik lagi. Aku harus berlari, aku tidak boleh terlambat di hari pertamaku Molly mengambil ancang-ancang. Jalan cepatnya langsung berubah dengan lari cepat. Dia benar-benar berpacu dengan waktu. Matanya tertuju tertuju pada satpam yang sudah mulai bersiap-siap menutup pagar. Tap tap tap.. Langkah kakinya, ‘8,7,6,5,’ waktu berjalan mundur Pak tunggu.. aku ingin masuk…. Sorot mata Molly semakin bergejolak dengan perpacuan waktu itu. Kakinya berusaha untuk berlari secepat mungkin. ‘4, 3,’ Tiiiit…… Tiba-tiba suara klakson motor panjang, penuh arrogant mengejutkan Molly. Dimana motor itu melaju dengan kencang ke arahnya. “ Aaaaa….” Molly menoleh dengan terbelalak, lalu dia langsung memejamkan mata penuh rasa takut. Ciittttt… brackkk… Suara tabrakan yang cukup keras. Apa aku mati konyol seperti ini? menjadi hantu penunggu sekolah ini? aku bahkan belum mengenal lingkungan sekolah ini, bagaimana jika rohku tersesat? Mengapa takdir kehidupanku begitu singkat. Eh, tapi tunggu dulu! Ini.. ini kenapa tidak ada rasa sakit sama sekali? Apa aku langsung di boyong ke surga? Tapi ini gelap? Dimana aku? “Hey siswi apa kau baik-baik saja?” Suara panggilan itu benar-benar mengejutkan Molly, hingga pikirannya tak berjalan dengan semestinya. Itu siapa yang memanggilku? Aku tak bisa melihatnya. “Maaf aku tidak bisa melihat, kenapa gelap sekali di sini? dan bagaimana aku harus memanggil anda?” Molly berbicara penuh santun. Ini pasti malaikat yang mengarahkan ku. Aku harus menanyakan kenapa hidupku sangat singkat? Pikirannya benar-benar sudah di alam yang berbeda. Bahkan dia sudah berencana untuk saling bercakap dengan malaikat. “Hey siswi kau benar-benar bodoh. Buka matamu, dan bantu aku!” “Hah, jadi aku menutup mataku sendiri ya?” Ujar Molly sambil tertawa awkward. “Hey.. Malaikat kenapa kau sangat galak? Kau baru saja mengakhiri kehidupanku yang berharga.” Lanjut Molly sambil membuka matanya. Dia berucap dengan nada yang lebih tinggi penuh kekesalan. Namun, setelah membuka matanya, Molly sangat di kejutkan dengan hal yang dia lihat. Dia masih berada di tempat dia terakhir kali berada dan kakinya juga masih menapak di jalanan beton itu. “Apa aku masih hidup?” gumam Molly sambil melompat-lompat untuk memastikan bahwa kakinya benar-benar menapak. “Hey siswi..” teriak suara itu lebih keras. Molly terkejut dan langsung menoleh pada sumber suara. “Hahh….?” Matanya langsung terbelalak, karena faktanya ada orang yang sudah tergeletak terhimpit motor besar yang menabrak pagar sekolah. Pak satpam di sana tampak kesusahan mengangkat motor tersebut. Ja..jadi aku memang masih hidup? Beruntung siswa ini tidak menatapku, tapi pak satpam aaaa… ini sungguh memalukan. Apa tadi aku terlihat sangat bodoh? Tapi pria ini sungguh kasihan. Tanpa pikir panjang lagi Molly langsung bergegas untuk membantu pak satpam untuk mengangkat motor tersebut. Dia tidak peduli dengan keterlambatannya, yang terpenting baginya saat ini adalah menolong orang yang ada di depannya. “Ya Tuhan.. ini pasti menyakitkan.” Suara Molly terdengar sangat bersimpati. Molly langsung membantu pria itu, mata Molly tertuju pada lutut yang berdarah. Dia tidak memperhatikan apapun kecuali Luka di depan matanya. “Ini harus di bersihkan dengan segera.” Dia berucap dengan terus memperhatikan Lutut yang sudah di penuhi darah. Lalu Molly mengeluarkan sapu tangan dari dalam tasnya. Sementara sang pria terus memandangi wajah Molly yang terlihat khawatir. “Lukanya harus segera di bersihkan untuk sementara tutupi lukanya dengan sapu tangan ini, lalu bersihkan di UKS. Ini akan sedikit sakit, tahan ya.” “Siswi apakah anda tahu tentang medis?” Pak satpam memastikan, ekspresi wajahnya terlihat sangat khawatir. “Sedikit. Luka ini cukup dalam. Darahnya harus segera di hentikan.” Molly Mengikatnya dengan lembut, ekspresi wajahnya seperti menahan sakit seolah dia yang mengalami Luka. “Argh..” rintih pria itu terdengar tertahan. “Erk, maaf maaf, aku mengikatnya terlalu keras ya?” Molly melepaskan kembali ikatan tersebut. “Ini tidak apa-apa.” ucap pria itu sambil menahan tangan Molly. Sontak Molly menatap wajah pria itu. Mata mereka saling beradu dengan jarak yang sangat dekat. “Ya Tuhan” Tubuh Molly mundur tanpa aba-aba, sehingga gerak cepat itu membuat dia hilang keseimbangan. Dia terduduk dari posisi jongkoknya. “Siswi kamu kenapa.?” “Pak tiba-tiba saya mabuk darah. Saya tidak bisa melanjutkannya. Bapak bawa saja ke ruang UKS , seharusnya perawat di ruang UKS sudah datangkan.” Molly menundukkan wajahnya. Suaranya juga terdengar datar. “Tapi ini..” “Pak saya siswi baru, dan sekarang saya sudah sangat terlambat. Saya pasti akan di hukum.” Potong Molly dengan nada suara yang memelas. Molly berdiri dan dengan ekspresi canggungnya. Dia berbalik badan dan berjalan cepat memasuki gerbang yang sudah hampir tertutup itu. Molly menggigit bibir bawahnya sambil memegangi tangannya yang di pegangi oleh pria itu. Dia tidak akan menahanku kan? Lagian kecelakaan ini salah dia juga. Kenapa melajukan motornya dengan cepat di zona sekolah. Pak satpam ingin teriak menyuruh Molly untuk kembali, tapi pria itu menahannya. Meski pria itu terlihat sangat bingung dan mengerutkan dahinya, tapi tiba-tiba dia tersenyum lembut menatap kepergian Molly hingga tak terlihat lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD