Fero menutup telponya dan langsung melanjutkan perjalanan untuk pulang.
Karena Fero sudah mendapatkan tips dari konsumennya tadi, seperti biasa setiap ada uang Fero selalu membelikan martabak manis rasa coklat keju untuk adiknya dirumah.
Fero kembali menepi di pinggir jalan dekat pertigaan karena mang Juharta suka berjualan martabak disitu memakai mobil buntung, kenapa Fero bisa tahu namanya ya karena banner nya saja bertuliskan MARTABAK MANG JUHARTA SPESIAL!
"Mang biasa bungkus 2 ya!," Ucap Fero sambil mendekati mang Juharta.
"Okeee mas ditunggu yak!, ini pesanan si ibu dulu!," Jawab Mang Juharta sambil membanting-banting adonan martabak asin.
Fero pun mengambil roko di kantongnya sambil menunggu pesanannya, sebetulnya dia bukan perokok aktif merokoknya tidak seperti kereta, mungkin sehari cuma 1 atau 2 batang yang dia bakar.
Karena Fero masih merasa lemas mengambil rokonya pun pelan-pelan.
Seeeuuttt.... Cekesssss... roko pun menyala.
Satu hal yang sering dilakukan oleh Fero saat merokok yaitu melamun.
Fero melamunkan kejadian tadi, ternyata dia masih penasaran dengan perempuan itu, sesekali dia kesal karena memikirkannya terus, padahal bukan suatu kewajiban terlalu memikirkan konsumennya, tugas Fero hanyalah menservice dengan baik.
Disaat yang sama Fero malah kepikiran dengan adiknya, dia takut kalau adiknya seperti perempuan itu, sekalipun Fero adalah seorang Raja Ranjang namun tetaplah dia tak mau adiknya sendiri terjun ke dunia tersebut, apalagi sekarang adiknya akan menginjak usia dewasa, dan selama ini Fero tidak tahu sejauh mana adiknya bergaul, karena Fero fokus mencari uang untuk mengisi perutnya dan adiknya.
Fero pun menyimpan rokonya di trotoar dan menundukan kepalan dan merapatkan kedua tangannya dia menarik nafas panjang, berlaga seakan-akan sedang galau.
"Aku harus memberikan petuah kepada adiku, supaya tidak macam-macam!" Ucap Fero dalam hatinya.
Fero pun menatap kedepan jalan dan mengambil kembali rokonya dan menghisapnya, sial seperti film saja gayanya.
"Aaaaaaahhhh!" Fero berteriak dan membuang rokonya.
Dia langsung memegangi bibirnya, ahaaa ternyata dia salah menghisap, dia malah menghisap bagian yang terbakar.
Semua orang yang disana terkejut dengan teriakan Fero.
"Kenapa mas?" Tanya Mang Juharta ikut panik!
"Salah isep rokok mang!" Jawab Fero sambil memegangi bibirnya.
"Ohwww, ada-ada saja mas ah saya kaget tadi, hahaahaha!" Jawab Mang Juharta dengan tertawa.
Fero ada-ada saja, sudah keren-keren seperti aktor film gayanya malah keliatan bego jadinya.
Pesanan pun sudah selesai Fero pun langsung mengambilnya dan secepatnya pergi karena malu.
"Duluaan ya mang!" Ucap Fero sambil melambaikan tangan.
"Iya mas makasih hati-hati!" Jawab Mang Juharta sambil membuat martabak.
Fero pun menancap gas dan tak lama kemudia sampai di rumahnya.
Kreeeekkkk... Suara Fero membuka pintu.
"Yunnn kaka bawa makanan kesukaan kamu nih!" Fero teriak mencari adiknya.
Namun tak ada jawaban.
"Ah sudah tidur kali!" Ucap Fero dalam hatinya.
Fero pun berjalan menuju kamar Yuni, dan ternyata memang yuni sudah tidur.
"Yun..,yun..yun, bangun!" Fero menggoyang-goyangkan badan Yuni.
"Apaan sih ka aku baru tidur.!" Jawab Yuni dengan ekspresi kesal.
"Ini kakak bawain martabak kesukaan kamu!" Ucap Fero menyodorkan martabaknya.
Yuni langsung secepat kilat bangun dan ekspresinya berubah dari kesal menjadi gembira tersenyum.
"Ahhhh kakak kasih tau dong!" Jawab Yuni membuka martabaknya.
"Eummmm dasar!!" Jawab Fero agak manyun.
Yuni langsung memakan martabak yang masih hangat itu, dan Fero langsung kedapur mengambil air, kenapa begitu? Karena fero tahu dalam hitungan 30 detik Yuni akan cegukan karena makan martabaknya terlalu cepat.
"Euuukk..euuuukk...eukkk, kaaaaaaa!" Yuni memanggil Fero.
"Iya ini sedang di ambilkan sabar!" Jawab Fero.
Fero pun memberikan minum kepada adinya yang sedang cegukan itu.
"Kamuu gak ada berubah-berubahnya, santai dong kalo makan itu!" Ucap Fero sedikit kesal.
"Susah kak kalau martabak gak nahan pokonya!, kalau orang lain kan seblak nah akumah ini!" Jawab Yuni sambil mengunyah.
"Yasudah abisin dulu aja!" Jawab Fero sambil ikut makan, tapi cuma dibagi sedikit sama adiknya.
"Eh iya kak kenapasih kalau kerja berangkat selalu dari sore atau malem, jarang banget pagi-pagi malah molor aja!" Tanya Yuni.
Fero terdiam sejenak memikirkan alasan yang logis untuk menjawab pertanyaan adiknya.
"Gini yun kalau siang yah tukang ojeknya masih pada bangun jadi banyak pesaingnya susah dapet orderan, nah kalau malam kan sepi jadi kakak lebih gampang dapet orderan!" Jawab Fero meyakinkan adiknya.
"Ouhhww aku ngerti kak!, pinter juga ternyata kakak aku!" Yuni tersenyum karena pertanyaannya terjawab.
"Yeeeeehhh!" Jawab Fero memeluk adiknya dengan tersenyum, namun sesungguhnya dia menutupi kesedihannya karena membohongi adik kesayangnya.
Ketika melihat adinya Fero terkadang suka merenung atas apa yang selama ini dia perbuat, sejujurnya dia sangat takut apabila dikemudian hari dia harus ketahuan bekerja sebagai lelaki penghibur.
Fero tak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi, dan apa yang akan dipikirkan oleh adiknya, Fero tahu resiko apabila ketahuan pasti adiknya akan merasa malu dan kecewa.
Yuni tak mungkin rela melihat kakaknya menjadi seorang sampah dimata masyarakat, menjadi seseorang yang dianggap hina.
Namun apakah Yuni akan sampai kepada alasan sesungguhnya Fero melakukan semua ini? Apakah Yuni akan mengerti mengapa kakanya rela menjadi seorang sampah yang dianggap hanya pantas bertempat di pembuangan? apakah Yuni akan mengerti?.
Fero rela menerima hujatan,celaan,hinaan dari orang lain, namun apakah Fero bisa menerima jika itu keluar dari mulut adiknya yang dia sayangi dan yang selama ini menjadi semangatnya untuk mencari uang?
Sepertinya Fero juga akan tersungkur jika itu terjadi, dan jika adiknya mengerti dengan alasan mengapa semua itu terjadi, Fero akan menangis bahagia, bukan karena merasa dibenarkan akan tetapi Fero juga tidak mampu jika harus disalahkan oleh semua orang terutama orang yang dia sayang.
"Kak kenapa matanya berkaca-kaca?" Tanya Yuni dengan heran.
"Ini martabak pedes banget!" Jawab Fero dengan spontan.
"Baru dibilang pinter sekarang bego lagi!, judulnya aja martabak manis!,mana ada pedes!, hahahaha canda kak!" Jawab Yuni dengam tersenyum memeluk kakaknya.
"Hehehehe kakak juga becanda!" Fero berusaha ber alibi.
" kalau sudah habis lanjutkan tidurnya ya!, kakak mau tidur dulu!, nih uang buat bekel besok jangan bangunin pagi-pagi ya!" Jawab Fero sambil pergi meninggalkan bekal untuk Yuni.
"Makasih kakak ku tercinta!" Teriak Yuni dengan riang.
Saat Fero sudah pergi menuju kamarnya Yuni mengkerutkan wajahnya.
"Apasih yang dipikirin!, apa-apa suka engga cerita huhh!" Ucap Yuni dengan kesal mengetahui bahwa kakanya sedang menyembunyikan sesuatu.
Yuni pun melanjutkan makannya dan tak lama kemudian dia tidur kembali tak mau terlalu memikirkan urusan orang dewasa seperti kakaknya
Fero kembali melamun di kamarnya, mungkin dia masih memikirkan hal yang tadi, namun tetap saja 10 menit kemudian dia kerekkk!.