Perempuan itu memiliki paras yang cantik, Fero sudah banyak bertemu dengan perempuan cantik namun baru kali ini pancaran kecantikan seseorang bisa meneduhkan hatinya.
Dikala dia sedang risau dan gundah gulana seketika semua itu seperti hilang dari kepala, seketika semua kejadian pelik seperti tidak pernah terjadi.
Fero seperti tidak bisa mengendalikan matanya, matanya terus mengikuti paras perempuan itu, dan satu hal yang Fero tak sadari, Perempuan itu mulai tidak nyaman karena ditatapi terus oleh Fero.
"Maap kak ada yang salah dengan wajah saya?" Tanya perempuan itu.
Sontak Fero pun terkejut dan merasa malu.
"Itu kak ada cabe di hidung!" Fero asal jeplak saja.
Gimana ceritanya cabe bisa di hidung, paling kan di bibir atau engga di gigi.
"Hahhh?? seriusan kak??!" Sekarang perempuan tu yang terkejut.
"Maap ya kak biar saya ambilkan!" Fero berpura-pura mengambilkannya dan pura-pura juga membuangnnya.
"Wusssshhh..,, udah saya buang kak!" Ucap Fero sambil berpura-pura lagi membersihkan tangannya.
Perempuan itupun menunjukan wajah malu.
"Makasihh ya kak!, maap saya gak tau jika ada cabe di hidung saya!" Ucap Perempuan meski sebetulnya dia heran.
Es kelapanya pun selesai dibuat dan perempuan itu mengambilkannya.
"Ini kak! maap cuma ada ini saja karena sudah pada tutup!" Ucap Perempuan itu.
"Engga papa kak, segini saja saya sudah senang kok kak!" Ucap Fero berlaga cool kembali.
Perempuan itu pun tersenyum dengan prilaku Fero.
"Ohh iyaa kak kalau boleh saya ingin tahu nama kakak siapa?" Tanya Perempuan itu seperti memaksakan diri.
ekheemmm...Fero batuk jaim.
"Ferollan Dwi Anggara kak!" Jawab Fero.
Harus banget kayanya Fero jawab nama panjangnya.
"Bagus kak namanya!" Jawab perempuan itu.
Bagus darimananya, namanya kaya plaboy.
"Kalau nama kakak siapa?" Tanya balik Fero.
"Eliya kak sering di panggil El!" Jawab perempuan itu.
"Nama kakak juga bagus!, salam kenal ya kak El!" Celoteh Fero.
"Iya kak salam kenal juga!" El Tersenyum.
Mereka pun terus mengobrol, dari yang awalnya sangat kaku sampai mulai cair.
pertanyaan demi pertannyaan saling dilontarkan, waktu dipaksa untuk bergerak cepat agar mereka mengenal satu sama lain.
Entah apa yang dipikirkan Eliya tentang Fero, apakah Eliya hanya berpura-pura baik di depan Fero karena dia telah menolongnya, atau sebaliknya.
Namun yang jelas Fero merasa nyaman di dekat Eliya rasanya hampir sama persis ketika dia di dekat Fey.
"Minta nomor WA nya aja kali ya!" Pikir Fero.
"Ah engga ah!" Fero menyela pikirannya sendiri.
Fero sudah mulai sadar kembali bahwa dirinya tidak boleh terlalu dekat dengan perempuan baik itu dengan Eliya atau pun dengan Fey.
Karena Fero merasa dirinya bukanlah lelaki yang pantas dicintai, karena pekerjaannya bisa menyayat hati yang mencintainya, sekalipun Fero tidak lagi bekerja seperti namun bukanlah perkara yang mudah bagi orang lain menerima masa lalunya.
Namun apakah Fero mampu hidup tanpa cinta? Apakah Fero mampu untuk tidak mencitai siapapun seumur hidupnya?apakah Fero mampu tidak menerima indahnya dicintai seumur hidupnya?, namun jika ada yang mencintainya itu tidaklah sepenuhnya tanggung jawab Fero.
Namun jikalau berbicara cinta, bukanlah hal yang mustahil ada orang yang mencitai Fero dengan semua keadaan,masa lalu dan kekurangannya, pertanyaannya sederhana, siapa?.
Karena Fero berpikir seperti itu, dia pun berniat menyudahi pembicaraannya dengan Eliya.
"Eh iya maap sepertinya aku harus pergi duluan!, ada urusan yang belum di selesaikan!" Ucap Fero kepada Eliya.
"Eumm.. Baiklah kalau begitu!" Jawab Eliya dengan terseyum.
"Makasih ya kak buat minumannya!, saya pergi dulu!" Ucap Fero sambil beranjak dari duduknya.
"Oh iya sama-sama kak ini gak seberapa!, iya silahkan hati-hati dijalannya!" Eliya ikut beranjak dari duduknya.
Fero pun lalu pergi meninggalkan Eliya.
Fero terpaksa harus menahan keinginannya untuk tetap mengobrol dengan Eliya, dia harus memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengannya.
Belakangan ini Fero seperti tertimpa sial melulu, namun juga belakangan ini dia merasa hatinya yang selama ini kosong pelan-pelan mulai terisi, dan itu merupakan lampu kuning baginya, memiliki perasaan pribadi akan membuat semua pekerjaannya kacau.
Fero kembali pulang kerumah,wajahnya sangat tidak enak dipandang kecut sekali, bagaimanapun dia beralasan semua orang akan tahu bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja.
Krekkkkkkkkkkk.... Fero membuka pintu
"Yun masih bangun? kakak pulang!" Ucap Fero dengan nada lemas.
"Iyaaa kak!, selamat datang!" Jawab Yuni tapi tetap fokus dengan hpnya.
Biasanya jika Yuni belum tidur dan kakaknya pulang dia selalu menanyakan martabak manis, namun kali ini Yuni teralihkan oleh handpone barunya.
"Main hp mulu! udah ngerjain tugas belum?" Tanya Fero sedikit kesal melihat adinya tidak lepas dari Hp.
"Udah dong kak!,sekarang ngerjain tugas lebih gampang!" Jawab Yuni.
"Yaudah bagus!, jangan kemalaman tidurnya!" Ucap Fero memperingati Yuni.
Fero langsung masuk ke kamarnya dan meratapi nasibnya malam ini yang begitu sial tidak bisa mendapatkan uang.
Fero sampai lupa bahwa dirinya sedang lapar karena baru makan sekali sehari.
"Kakkkkk Bawa makan engga?" Teriak Yuni.
Fero langsung merasa lapar karena mendengar teriakan adiknya.
"Engga!, yaudah kakak cari makan dulu keluar!" Jawab Fero.
"Yaudah ka cepetan!, aku udah kelaperan!" Teriak kembali Yuni.
"Iyaaa!" Jawab fero dengan kesal.
Fero pun pergi keluar mencari orang yang berjualan nasi goreng.
singkat cerita Fero sudah menjingjing dua nasi goreng dan akan makan bersama dengan adiknya.
"Waahhhh nasi goreng!" Ucap adiknya dengan gembira, biasanya Yuni langsung memakan makanannya namun sekarang dia foto terlebih dahulu makanannya.
"Leeebaaaayyy!" Celetuk Fero kesal.
"ini namanya dokumentasi!" Sela Yuni.
"Terserah!" ucap Fero dan langsung makan.
"Oh iya kak!, kenal sama kak fey dimana? tumben punya temen!" Tanya Yuni sambil makan.
Fero langsung keselek..
Uhukkkkk..uhukkkkk...
Yuni langsung mengambilkannya minum.
Aaaaaahhhhhhhh... Fero merasa lega.
"Makannya makannya pelan-pelan!, ke aku aja bisa ngomong!" Ucap Yuni.
Fero berharap Yuni tidak mengulangi pertanyaannya lagi.
"Kak jawab dulu kenal dari mana?, habisnya baik banget loh ih udahmah cantik!" Tanya kembali Yuni.
"Panjang ceritainnya nanti aja!" Fero berusaha menghidari pertanyaan dari Yuni.
"Eummm.... kapan kak kalian bakalan pacaran?" Tanya kembali Yuni.
Uhuuuukkk..uhukkk.. Fero kembali keleseq.
"Kamu nanyanya aneh-aneh terus!" Fero menjawab dengan kesal.
"Kok aneh sih!, kalian cocok banget kak! pokonya aku dukung!" Ucap Yuni dengan antusias.
"Kan kemarin kak Fey nya udah bilang kita cuma temenan!" jawab Fero pelan-pelan.
"Yah cuma temenan doang!" Ucap yuni yang sepertinya kecewa.
Fero hanya melirik dengan kesal adiknya.
Sehabis makan Fero langsung pergi menuju kamarnya dan meluruskan kakinya, Karena kondisi Fero yang mulai tenang dia hanya melamun dan mentertawakan dirinya sendiri karena kejadian tadi hampir bertempur dengan konsumen cap lonceng.