Kecurigaan

1042 Words
“Ingat apa yang dikatakan dokter tadi. Kamu harus lebih hati-hati dalam menjaga kesehatanmu. Jaga pola makan dan istirahat yang cukup,” ujar Albert saat mereka sudah keluar dari ruangan Dokter Mega. Dia memberikan wejangan dengan mengulang penjelasan dokter. Akira hanya menanggapinya dengan diam. Mereka kemudian berjalan menuju mobil. Albert mengemudikan sendiri mobil itu dan menyuruh Akira untuk duduk di kursi depan bersebelahan dengannya. Mobil melaju dan membelah jalanan menuju arah kantor. Di tengah perjalanan, Albert tiba-tiba menghentikan mobilnya. Akira kebingungan saat Albert mengajaknya turun di depan sebuah toko sepatu. Tak menunggu waktu lama, Albert langsung menarik Akira untuk masuk ke dalam. Albert berkeliling melihat deretan sepatu wanita. Sementara Akira masih tak mengerti apa-apa. Laki-laki itu kemudian memilih sebuah flat shoes dan meminta Akira mencobanya. “Bapak ingin membeli sepatu untuk siapa?” tanya Akira sudah tak dapat menahan rasa ingin tahunya. “Memangnya aku datang ke sini bersama siapa? Ya jelas saja aku memilihkan sepatu itu untukmu,” jawab Albert. “Tapi untuk apa, Pak?” “Kamu ini bagaimana? Apa kamu tidak sadar bahwa sekarang ini kamu sedang hamil? Lihatlah, kamu masih saja memakai sepatu hak tinggi seperti itu ke kantor. Itu bahaya, Akira. Jangan banyak bertanya lagi. Mulai sekarang aku melarangmu memakai sepatu hak tinggi,” titah Albert membuat Akira tercengang. Laki-laki itu begitu memperhatikannya bahkan untuk urusan kecil seperti sepatu. “Apa semua ini tidak terlalu berlebihan?” tanya Akira merasa tidak nyaman. “Sudah jangan banyak berkomentar. Kalau ukurannya sudah pas dengan kakimu, kita akan langsung membawanya ke kasir dan melakukan pembayaran. Kamu tidak perlu khawatir karena aku tidak akan memotong gajimu untuk itu. Anggap saja itu pemberian dariku. Hadiah ucapan selamat atas kehamilanmu,”ucap Albert lagi. Perkataan itu membuat Akira menelan ludah kasar. “Apa dia tidak bisa mengerti bahwa aku tidak mengharapkan kehamilan ini? Dia jelas tahu aku hamil tanpa menikah,” gerutu Akira dalam hati. Setelah merasa sepatu itu nyaman di kakinya, Akira pun memberitahu Albert dan mereka membayar ke kasir. Akira keluar dari toko itu sudah dengan mengenakan flat shoes. Sementara sepatu hak tingginya ia simpan di dalam paper bag. Mereka kemudian masuk ke mobil dan kembali melanjutkan perjalanan. Sejak mendapat perintah langsung dari Albert hari itu, Akira mulai memakai flat shoes setiap kali bekerja. Di samping karena menjaga kehamilannya, dia merasa senang karena sejak awal memang tidak terbiasa menggunakan sepatu hak tinggi. Akira menikmati keringanan yang diberikan sang atasan. Di samping itu, semakin hari Akira semakin merasa gelisah. Memang sangat tidak enak menyimpan sebuah kebohongan. Entah itu pada ibunya di rumah atau pada orang-orang di kantor. Belakangan ini rasa mual dan frekuensi muntahnya sulit dikendalikan. Gejala itu tidak hanya muncul di pagi hari tapi bisa terjadi kapan pun dan di mana pun termasuk saat dia sedang di kantor. Akira semakin takut perlahan rahasia kehamilannya akan terbongkar. Suatu ketika saat sedang memiliki waktu luang di kantor, ia pun membuka laman pencarian di internet. Akira mencari artikel tentang cara-cara mengurangi gejala mual pada kehamilan trimester pertama. Akira membacanya dengan fokus dan menandai beberapa tips yang ingin ia coba. Tak lama setelah itu, Levin tiba-tiba mengajaknya keluar untuk makan siang. Akira langsung mengikutinya hingga lupa menutup laman pencarian artikel-artikel itu di layar komputernya yang masih menyala. Sementara Levin dan Akira sedang pergi, Stevia, seorang manager bidang pemasaran tiba-tiba masuk ke ruangan itu karena ada keperluan dengan Levin. Tak menemukan seorang pun di ruangan itu, Stevia justru tertarik melihat-lihat meja kerja Akira. Jujur saja dia memang masih penasaran pada sosok Akira yang menurutnya hanya memiliki kemampuan terlalu biasa tapi langsung mendapatkan posisi sebagai asisten CEO. Stevia sempat cemburu karena itu membuat Akira menjadi salah satu orang yang terlibat dekat dengan Albert. Padahal sudah sejak dulu dia yang berusaha merebut perhatian sang pemimpin perusahaan. Tidak hanya itu, Stevia juga terkenal dengan sepak terjangnya sebagai biang gosip di kantor. Meski sudah mendapatkan posisi sebagai manager, tetap saja tidak membuat dia menginsafi kebiasaan yang sudah mendarah daging itu. Stevia adalah orang yang begitu bersemangat dalam menyebarkan isu-isu yang berkaitan dengan karyawan di kantor. Jika menemukan sebatang kayu yang sedang terbakar, bukannya menyirami air dia justru akan menambahkan bahan bakar hingga membuat sebuah ledakan. Stevia sangat menyukai perbuatan seperti itu. Perempuan itu berjalan mengitari meja kerja Akira. Dia membayangkan alangkah senangnya jika dirinya yang berada di posisi Akira. Dia bisa memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk mendekati Albert. Stevia tidak puas dengan jabatannya sebagai manager pemasaran. Gajinya memang sudah lebih dari cukup untuk memenuhi hidup, tapi jika bisa meninggikan kehormatan dengan menjadi pendamping seorang CEO maka dia pasti tidak akan menolaknya. Saat itulah tanpa sengaja Stevia melihat layar komputer Akira yang masih menyala. Lebih terkejutnya lagi karena layar itu menampilkan artikel-artikel seputar kehamilan. Keningnya berkerut saat membaca sebagian isinya. “Untuk apa gadis itu membaca artikel-artikel seperti ini? Apa jangan-jangan dia sedang hamil?” ujar Stevia menduga-duga. Artikel-artikel itu membuatnya menaruk kecurigaan besar pada Akira. “Sepertinya aku harus mencari tahu lebih lanjut tentang gadis ini. Bisa jadi dia hanya perempuan busuk yang sedang menyembunyikan aibnya. Nama baik perusahaan tidak boleh tercoreng karena mempekerjakan perempuan yang hamil di luar nikah,” ucap Stevia penuh ambisi. Stevia keluar dari ruangan itu dengan rasa penasaran yang tinggi. Sekarang persoalan Akira seperti menjadi kasus besar yang harus ia pecahkan. Dia senang jika bisa menemukan bahan gosip yang baru. Tapi Stevia bukanlah penggosip bodoh yang akan berbicara tanpa berdasarkan fakta. Api itu akan cepat padam hanya dengan hembusan angin. Sebelum benar-benar menyebarkan suatu isu, biasanya dia akan mencari tahu dulu kebenarannya agar perkataannya nanti tidak menjadi isapan jempol belaka. Stevia berniat untuk mulai memata-matai gerak-gerik Akira. Sekembalinya dari makan siang, Akira kembali menempati kursinya dan melanjutkan pekerjaan yang terjeda. Dengan santainya ia menutup laman pencarian itu tanpa tahu bahwa ada seseorang yang sudah melihatnya dan menaruh curiga padanya. Ia menganggap rahasianya masih aman hari itu. Bahkan Albert yang sudah mengetahui kehamilannya juga tidak menyebarkan pada siapa pun. Buktinya saja, orang-orang kantor masih bersikap seperti biasa padanya. Sore hari setelah jam kerja berakhir, Akira kembali dibuat terkejut dengan sikap Albert yang bersi keras untuk mengantarnya pulang ke rumah. Itu pertama kalinya dan tidak biasa. Namun Akira juga tidak bisa menolak ketika Albert bahkan mengancam akan memotong gajinya jika dia tidak menurut. Gadis itu pun pasrah dan masuk ke dalam mobil mewah milik sang CEO.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD