Saat menggeliat bangun, Alastair Sykes langsung merutuki ponsel miliknya yang sekarang terletak di atas meja ruang tamunya. Jika benda sialan itu tidak berdering nyaring semalam, tentu saja Daphne Katherine Acley tidak bakal bisa menguncinya di luar.
Berkat panggilan sialan Tobi Parker, Wanita itu dengan licik malah memonopoli kamarnya.
Membuat Alastair Sykes, si pemilik rumah, mesti tidur di sofa ruang tamu tanpa pakaian, untung saja di ruang kerjanya ada cadangan persediaan selimut dan bantal. Jika tidak tentu ia sudah mati beku di luar karena pemanas ruangan yang sialnya rusak.
Tidur di sofa yang kecil, hingga kakinya harus menjuntai, dan sofa yang keras benar-benar tidak nyaman. Hanya Tuhan yang tahu betapa ia amat tersiksa sepanjang malam, dan hanya karena kelelahan dia bisa tertidur di kursi ruang tamu yang sempit dan dingin.
Alastair Sykes bangkit dan merasakan tulang-tulangnya yang remuk. Tidur di sofa ruang tamu amat tidak menyenangkan. Ia memasang handuk yang ia pakai semalam kembali.
Dari arah dapur ia mendengar kesibukan di sana dan percakapan samar serta tawa renyah yang ia tahu berasal dari istrinya yang memasak dan tentu saja sedang panggilan video lagi dengan si sialan David.
Sedekat itukah hubungan dua umat manusia itu hingga harus terhubung di pagi buta begini?
Karena apartment Alastair Sykes memang kecil, memungkinkan ia melihat dengan jelas ke arah dapur dengan takjub. Wanita ramping itu bergerak lincah memasak di dapurnya. Ia benar-benar tidak menyangka wanita sesibuk Daphne Katherine Acley bakal bisa memasak. Tidak heran kopi buatannya mendapat pujian dari teman-temannya kemarin.
Aroma masakan mengundang Alastair Sykes untuk mendekat, atau pembuat makanan yang membuatnya mendekat, tapi langkahnya langsung tercekat.
"Kecil dan pendek," kata Istrinya dan tertawa lagi sebelum melanjutkan, "Kurasa tidak sebesar milik Austin atau Nathan."
Alastair Sykes spontan menunduk dan wajahnya langsung berubah seperti udang rebus, kecil dan pendek, sebagai laki-laki ia merasa amat terhina.
Tidak! Tidak!
Alastair Sykes menepis pikiran berantakannya. Mungkin dia terlalu banyak berfikir.
Tapi, tapi sekarang permasalahannya siapa lagi Austin dan Nathan?
Dua orang yang terhubung panggilan Video itu masih sibuk tertawa saat Alastair Sykes dengan sengaja memeluk tubuh istrinya yang terbungkus kimono tidur dari belakang. "Selamat pagi, Dear," sapanya dengan suara rendah dan serak.
Laki-laki berkacamata bernama David itu tertawa terpingkal-pingkal, kali ini istrinya tidak mengunakan wireless headset sehingga ia bisa mendengar suara lembut laki-laki itu.
"Bangunmu pagi sekali, Bro," sindir si sialan David. Karena jelas-jelas Alastair bangun lebih siang dari biasanya. "Tidurmu pasti sangat nyenyak sekali."
Nyenyak pantatmu! Kutuk Alastair Sykes dalam hati.
"David, jangan mulai!" ancam Daphne dengan mengarahkan spatula di tangannya kearah David. Nyonya Sykes yang satu ini lebih terganggu dengan ucapan David dari pada tangan suaminya yang melingkar tiba-tiba, juga bergerak dengan tidak terkekang.
"Apa itu tadi yang kecil dan pendek?" tanya Alastair Sykes dengan suara rendah dan serak khas orang baru bangun tidur ditelinga Daphne. Sengaja atau tidak, bibirnya menyapu cuping Daphne.
Apa saraf-saraf istrinya memang terganggu atau ia memang tidak tergoda dengan laki-laki?
Buktinya saat sesuatu yang mengeras di diri Alastair Sykes dan pasti dapat dirasakan wanita itu, dia tampak biasa saja.
Dengan jahil Alastair Sykes mengelus bagian dalam paha Daphne, hasilnya tangannya mendapat serangan brutal spatula yang tadi diancamkan kepada david.
Alastair Sykes mengaduh karena tindakan brutal istrinya barusan. "Kau kejam sekali, Dear," keluhnya.
"Maka jaga tangan anda Tuan Sykes," katanya mengancam dan melototi Alastair Sykes dengan geram.
"Jangan mau bercinta di dapur Kathie-sayang, itu sama sekali tidak nyaman," goda David si laki-laki bersuara lembut itu yang langsung membuat Daphne berapi-api.
"Aku bersumpah memotongmu menjadi empat, David Abraham. Kau pergi sarapan dengan benar sana. Aku harus mengurus bayi besar ini," kata Daphne Katherine Acley mengomel seperti ibu yang memarahi anak-anak nakalnya.
"Baik ibu," kata David dengan wajah pura-pura memelas. Lalu segera memutuskan sambungan, jika tidak Daphne benar-benar bakal memotongnya menjadi empat.
Daphne Katherine Acley langsung mendorong Alastair menjauh darinya. "Nah, Tuan Sykes anda vegetarian atau bukan?" tanyanya dengan santai.
Alastair Sykes menggeleng, sekejap ia mengomel, lalu kembali normal. Dasar wanita aneh.
"Bagus, aku membuat sandwich kalkun. Kau suka?" tanya Daphne dan menghidangkan sandwich di bar sarapan.
Sebelum sempat Alastair Sykes menjawab wanita itu bertanya lagi "Kopi?" tawarnya sambil mengangkat cangkir.
"Boleh," jawab Alastair dengan senyum mengembang dan duduk di bar sarapan dapurnya yang memiliki dua kursi di sana.
Daphne Katherine Acley lalu menghidangkan secangkir kopi di samping piring sandwich milik Alastair. "Kau punya pembuat kopi, tapi sepertinya jarang digunakan," gumamnya saat mengambil duduk di samping Alastair.
"Aku sudah terbiasa dengan kopi instan," Kata Alastair dan mencicipi kopi buatan istrinya itu. Aroma kopinya memabukkan dan rasanya jauh lebih enak dari kopi instan. "Ngomong-ngomong David pacarmu?" tanyanya dengan santai. Aroma kopi membuatnya lebih santai.
Daphne tertawa terpingkal-pingkal. "Kenapa?" tanyanya setelah tawanya reda, "David Gay. Aku hanya menjaganya. Kalau kau tertarik dengannya, aku bisa mengatur waktu untuk kalian."
Alastair Sykes hampir tersedak kopi. "Kenapa kau berpikir begitu?" tanyanya dengan kaget. Atas dasar apa istrinya mendokrin dirinya tertarik dengan si sialan David itu?
"Kalau bukan, kenapa kau begitu penasaran dengannya? Kau bahkan terangsang saat melihat dia," kata Daphne dengan polosnya.
Alastair Sykes tak bisa menahan tawanya, sehingga kopi yang ia minum menyembul keluar.
Daphne merasakan ereksi karena gairahnya yang bangkit tadi dan mengira semua itu karena si sialan David!
Apa-apaan!
"Itu karena aku menginginkanmu, bukan David," kata Alastair Sykes membela diri, suaranya sangat cepat dan keras, hampir berteriak.
Daphne langsung memutar kepalanya kearah Alastair, "Kau biseksual?" tanyanya keheranan.
Alastair langsung menarik Daphne sehingga garpu dan pisau ditangan Daphne jatuh ke lantai dan seketika wanita itu sudah berada dalam dekapannya dan bibirnya sukses menempel di bibir Daphne.
Daphne Katherine Acley meronta, mencoba menjauhkan diri dari Alastair Sykes. Tapi laki-laki itu tidak mau melepaskannya begitu saja. Malah terus memaksa menciumnya.
"Aku masih normal, Daphne. Dan aku menginginkanmu sekarang, disini, di dapurku," katanya Alastair Sykes belum melepaskan wanita itu dari dekapannya.
Gairahnya bangkit dan matanya telah berkabut.
Daphne terperangah dengan tindakan Alastair barusan. "Apa yang kau bicarakan Tuan Sykes? Bercandamu sama sekali tidak lucu. Jika kau marah karena aku menguncimu diluar semalam, kau boleh balas nanti. Tapi bukan begini caranya," gerutu wanita itu dan mencoba melepaskan diri tapi sekali lagi Alastair tidak bakal melepaskannya.
"Al!" pekik wanita itu saat salah satu tangan Alastair mulai nakal lagi meremas bokongnya.
"Kenapa? Kau istriku. Aku suamimu. Bukankah yang seperti ini dibenarkan?" tanya Alastair makin bersemangat melanjutkan aksi tidak senonohnya.
"Astaga, Alastair Sykes," pekik wanita itu dengan geram sambil berusaha menghentikan tindakan Alastair. "Jangan main-main."