"Kau butuh pembuktian?" tantang Alastair dan mencium leher Daphne sehingga menimbulkan sensasi dingin pada kulit wanita itu. "Semua laki-laki itu serigala, Sayang," bisiknya dan mencium sekali lagi.
"Sialan kau Al," gerutu Daphne saat Al segera bangkit dan menuju kamar mandi.
Saat selesai mandi Alastair Sykes mendapatkan istrinya tengah melakukan panggilan video lagi dengan laki-laki bernama David.
Apa hubungan mereka sehingga hingga selarut ini masih saling berhubungan?
Ia memang tidak tahu apa yang mereka bicarakan, sebab istrinya mengunakan wireless headset, tapi ia tidak suka melihat istrinya cengengesan pada laki-laki lain.
Alastair yang masih menggunakan handuk merangkak naik ke ranjang, ikut berbaring dan memeluk pinggang istrinya dari belakang lalu mencium daun telinga Daphne sambil berbisik mesra, "Waktunya tidur, Sayang."
Tentu saja lawan bicara Daphne bisa mendengar apa yang ia bisikkan, sehingga laki-laki berkacamata yang lumayan tampan itu tergelak dan melambaikan tangannya pada mereka berdua.
"Jangan coba-coba kau david, sialan ...," gerutu Daphne pada laki-laki masih bersetelan rapi itu, sepertinya ia sedang berada duduk di sebuah ruang kerja.
Laki-laki itu tersenyum penuh arti, mengedipkan sebelah matanya dan lenyap sebelum Daphne sempat menyelesaikan ucapannya.
Tak sampai beberapa detik Daphne langsung membalikkan tubuh polosnya yang masih dalam dekapan Alastair dan menatap laki-laki itu dengan geram. "Bercandamu sama sekali tidak lucu, Alastair Sykes. Si David sialan tukang gosip itu bakalan membunuhku senin depan," gerutunya.
Alastair tidak menghiraukan gerutuan Daphne, ia hanya tersenyum penuh arti dan makin mengeratkan dekapannya sehingga kulit d**a mereka saling bersentuhan. "Kau bilang, kau dan david, kalian sering tidur dan mandi bersama. Apa kalian juga seperti ini?" tanya Alastair dengan penuh selidik.
Daphne Katherine Sykes nampak begitu tenang meski mereka sama-sama tidak berpakaian, hanya dibatasi handuk hingga pinggang yang digunakan Alastair Sykes. "Apa kau tidur tanpa pakaian saat bersama David? Apa dia juga memelukmu seperti ini?" lanjut Alastair dan makin merapatkan tubuh polos Daphne padanya.
***
Tobi Parker sedang menekuni berkas kasus perceraian yang diberikan senior Al padanya, tapi pikirannya tak bisa fokus pada tumpukan berkas itu.
Pertemuan yang tak terduga, pikirnya.
Ia telah menyerah akan Katherine Acley, ia pikir gadis tegar itu benar-benar telah tiada, tapi tuhan mengabulkan permintaannya. Gadis itu kembali hidup, ia nyata, tubuhnya masih sama hangatnya.
Wanita yang selalu tersenyum dan mengatakan dirinya baik-baik saja itu telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang menawan.
Tobi Parker tak pernah tahu bahwa di sekolahnya ada seorang gadis penangis bernama Katharine Acley, hingga satu kejadian mempertemukan mereka berdua pada semester kedua tingkat pertama.
"Hei, Kau baik-baik saja?" tanya Tobi khawatir. Waktu itu ia baru saja selesai menemui penanggung jawab kelasnya ketika melihat seorang gadis berambut merah jahe keluar dari toilet wanita dengan basah kuyup.
Gadis itu tersenyum, sedang mata hijau almondnya menunjukkan hal yang bertolakbelakang dengan ucapannya "Aku baik-baik saja, tadi hanya terpeleset di dalam," gumamnya dan segera pergi.
Gadis itu pembohong.
Mana mungkin terpeleset saja bisa membuat seorang gadis basah dari ujung kaki hingga kepala, kecuali dia mandi dengan mengunakan pakaian di toilet.
Tobi menyusul gadis itu. "Kau yakin akan pulang seperti ini?" tanyanya makin penasaran. Apa yang sebenarnya gadis itu coba sembunyikan.
"Saat aku sampai di rumah pasti sudah kering," katanya mencoba menyakinkan lawan bicaranya dan tersenyum menipu sekali lagi.
Tobi Parker langsung membuka sweater yang ia gunakan. "Pakai ini saja," katanya sambil mengulurkan sweater yang baru ia lepas. "Kau akan sakit sebelum kau sampai di rumah. Pakai saja, aku tidak akan menagih sewa."
Dengan enggan si gadis berambut merah jahe itu menerima tawaran tobi dan menggantinya di toilet tadi.
Tobi menunggu hingga gadis itu keluar dari sana, dan ia terkejut melihat sejumlah lebam pada paha gadis itu.
Dasar pembohong! Dia tidak baik-baik saja.
Esoknya Tobi tahu alasan dibalik basah kuyup dan lebam gadis itu, ia menjadi sasaran perundungan karena tindak licik sepupu perempuannya, Renae Cueva.
Tobi meringis, benar juga kata teman-temannya, perempuan lebih mengerikan dalam perundungan. Saat makan siang, dengan sengaja mereka menumpahkan makan mereka ke kepala Katherine.
Tak ada yang membantu.
Tak ada yang peduli.
Dan yang lebih menyakitkan untuk diketahui, bahwa gadis itu dirundung hanya karena ia miskin dan tentu saja karena gadis lain iri akan pesona dan kecantikan Katharine.
Katharine Acley punya kecantikan tersendiri, ia bagai mutiara dalam kubangan lumpur. Ia menarik dan memukau, senyumannya yang Tobi tahu adalah cara ia menipu banyak orang menyembunyikan kesakitan dan kesedihannya, juga bagian dari kecantikan itu.
Tak sulit untuk berteman dengan Katharine Acley, ia sebenarnya cukup periang dan bersahabat. Sebisa mungkin saat istirahat dan pulang sekolah Tobi Parker melindungi gadis itu dari perundungan gadis lain. Tapi mustahil baginya melindungi gadis itu saat berada di kelas dan rumah.
Saat mengantar Katherine-nya pulang, Tobi mengetahui bahwa Katharine tinggal di rumah yang sama dengan Renae Cueva. "Ibuku berjanji akan menjemputku kembali," gumam gadis itu. "Tapi jangan khawatir, paman dan bibi sangat baik padaku."
Bohong! Gadis itu berbohong lagi! Pikir Tobi.
Keluarga Cueva tidak pernah memperlakukannya dengan baik, Renae diantar mengunakan mobil sedangkan Katherine pergi jalan kaki atau kendaraan umum.
Mereka bahkan memperlakukan Katherine bagai b***k, itu terbukti dari tangannya yang penuh luka dan kapalan.
Gadis itu menggigit bibirnya. "Jangan," kata gadis itu ketika Tobi akan memeriksa tangannya.
"Kenapa? Aku tidak akan memakan tanganmu," kata tobi saat mereka sedang makan berdua di atap dan gadis itu berubah menjadi kidal.
Semburat rona merah menghiasi pipi gadis itu. "Aku malu dengan tanganku," katanya mencoba menyembunyikan bagian tubuh yang ia bicarakan itu.
"Kathie, apa aku pernah malu dengan keadaanmu? Tidak kan. Kau, apapun yang menjadi bagianmu, aku tetap akan menyukaimu. Mengerti? Nah sekarang berikan tanganmu," kata Tobi dengan keseriusan menghiasi wajahnya.
Dengan ragu-ragu gadis itu mengulurkan tangannya dan meringis saat Tobi memeriksa sejumlah luka terbuka di tangannya. Luka itu tidak dalam tapi banyak.
"Kali ini tanganmu kenapa?" tanya Tobi dengan prihatin. Kehidupannya di rumah Cueva pasti amat berat.
"Hanya kecelakaan kecil. Tidak perlu dibesar-besarkan. Aku tidak apa-apa, sungguh," kata Katherine Acley mencoba meyakinkan dengan senyum palsunya lagi.
"Tatap mataku dan katakan dengan jujur Katherine Acley,l" hardik tobi dengan geram. Ia benci saat gadis itu terus tersenyum dan mengatakan dirinya baik-baik saja, padahal tidak.
Air mata Katherine mengalir dengan deras, membuat Tobi merasa bersalah karena sudah menaikkan nada bicaranya, dengan lembut Tobi Parker memeluk gadis itu dan mencium puncak kepalanya. "Maafkan aku."
Katherine Acley masih saja tersenyum diantara air matanya yang tak setuju berhenti, "Aku baik-baik saja, Tobi."
Dengan gemas Tobi mencium bibir merah merona yang terus berucap baik-baik saja itu. Itu ciuman pertama mereka. Tapi esoknya, Katherine Acley, gadis pembohong dengan senyum menipu itu menghilang.
Tiga tahun kemudian, tak di sangka Tobi malah mendengar berita kematian gadis pujaannya itu. Ia hancur dan tidak bisa menerima kenyataan itu. Katherine-nya tidak mungkin telah tiada. Dan Tobi Parker tidak bisa menerima kenyataan itu, setiap malam ia terus berdoa semuanya hanya mimpi dan Tuhan mengabulkannya.
Kathie-nya kembali hidup dan telah menjadi gadis dewasa memukau, bahkan menjadi pemilik tunggal majalah terkenal, DEpH.
Dan Ia tidak bisa membayangkan bagaimana gadis pujaannya itu malah menikah dengan senior yang dia hormati, Alastair Sykes.