"Beruntung sekali Al bisa menikahi seorang seperti anda Nyonya," tambah Falyed yang kelihatan lebih muda juga dibandingkan Alastair, tubuhnya kecil dan ramping, dan sedikit kemayu. Tanpa sadar Daphne telah mendokrin bahwa mungkin Falyed-lah yang bertindak sebagai wanita.
Astaga! Daphne langsung menepis pikiran kotornya. Itu urusan mereka. Ia tidak boleh ikut campur.
Ruangan itu berisi sebuah meja kerja, beberapa kursi, sebuah meja biliar dan lemari yang tertempel kedinding penuh dengan sejumlah berkas.
Ada empat orang laki-laki di ruangan itu, dan satu orang lagi sedang menelpon.
Siapapun diruang itu tidak ada yang tahu apa yang baru saja terjadi, istri tuan rumah tiba-tiba sudah berada dalam dekapan salah satu laki-laki dewasa di dalam ruangan itu. Yang jelas bukan suaminya.
"Kathi, kemana kau selama ini? Kau seperti hilang ditelan bumi. Taukah kau betapa aku ...," kata-kata si pelaku terhenti oleh sebuah tamparan panas.
"Tunjukkan sedikit rasa hormat anda Tuan," hardik Daphne nyaring. Dadanya turun naik menahan emosi. Dia mendongak dan tertegun.
"Tobi," gumamnya kecil tanpa sadar setelah melihat dengan jelas siapa pelakunya, seketika Daphne menjadi kaku.
Kepala Daphne Katherine Aclay terasa pusing. Laki-laki yang tadi dibicarakan ibunya sekarang ada dihadapannya dan dengan tidak tahu malu malah mendekapnya dihadapan teman-teman dan suaminya.
"Maafkan aku, maaf Kathi, maaf senior Al, aku ... Aku tidak bermaksud ... Aku hanya ... Hanya terlalu senang melihat Katherine. Sudah dua belas tahun, kemana kau selama ini? Kau tak banyak berubah sama sekali kathie, masih cantik seperti yang kuingat," jelas si pelaku bernama Tobi dengan tergagap dan gugup ketika menyadari kesalahan apa yang telah ia perbuat. "Aku begitu merasa bersalah. Kau tiba-tiba saja menghilang setelah ...."
Setelah ciuman pertama kita.
"Semua yang berlalu biarlah berlalu Tobi. Kita hidup dimasa sekarang, bukan dimasa lalu," sela Daphne, ia tahu apa yang akan dikatakan laki-laki itu. Ia sudah cukup banyak masalah dan tak ingin menambah satu lagi masalahnya.
"Waah, Tobi, kau berani sekali memeluk istri senior Al, kau tahu kan, kalau sampai dia marah tamatlah riwayatmu," kata Falyed setengah bergurau dan sukses membuat Tobi makin merasa bersalah dan memandang Alastair takut-takut.
"Kalian saling kenal?" tanya Alastair dan hampir membuat peluh Tobi berceceran.
"Aku sungguh minta maaf senior, aku ... Hanya begitu senang bertemu teman lama," jelas Tobi dengan bibir pucat.
"Kalian saling kenal?" ulang Alastair lagi, wajahnya mengeras. Ia tidak tahu apakah ia harus marah atau hanya membiarkannya berlalu. Ada hal aneh yang menggangunya.
"Kami ... kami dahulu satu sekolah," jawab Tobi tergagap.
"Bukankah kau seumur hidup bersekolah di Kambari?" tanya Kent makin memanaskan suasana.
"Kalau aku tidak salah ingat istriku tamatan Quon High," tambah Alastair.
"Benar, tapi Kathie pindah di tahun kedua."
_______ _ _ ________
Alastair Sykes berbaring di ranjangnya dengan pandangan menerawang, sedang akal pikirannya berkelana kemana-mana.
Hari ini terasa amat panjang, ia sudah menikah tiga hari yang lalu, tapi tak ada malam pertama atau apapun yang menunjukkan ia sudah menikah kecuali cincin kawin yang melingkar di jarinya. Lebih mengejutkan lagi, setelah menikah, mereka pulang ke rumah masing-masing dan wanita itu baru mengunjunginya hari ini.
Kejadian hari ini sungguh mengganggunya. Ia sudah hafal di luar kepala data istrinya bahkan sebelum mereka menikah, sebab ia sudah membacanya berulang kali saat ayahnya memaksa menikah dengan wanita pemilik Majalah terkenal, DEpH.
'Kau tidak berubah sama sekali.'
Bagaimana mungkin seseorang yang mengoperasi plastik total wajahnya tidak berubah sama sekali?
'Kathi pindah di tahun kedua.'
Setahunya Daphne Katharine Acley tak pernah meninggalkan Prevkaya, bagaimana mungkin ia pernah bersekolah di Kambari? Kambari kota yang amat jauh dari Prevkaya.
Sejumlah pertanyaan mulai berkelebat di kepalanya. Apa tujuan wanita dengan kekayaan yang banyak, kekuasaan yang luas malah menikahi dirinya yang hanya seorang pengacara biasa?
Alastair Sykes tumbuh besar dengan rasa rendah diri, ia tidak punya hal apapun yang bisa diambil wanita itu. Kekuasaan, kekayaan ataupun ketampanan, satupun ia tidak punya.
Wanita itu mestinya bisa menikah seseorang yang lebih kaya dan berpengaruh, bukan dirinya yang tak ada apa-apanya.
Perkelanaan pikiran Alastair Sykes terganggu oleh percakapan samar dari dalam kamar mandi. Ia memasang telinganya baik-baik. Apakah Wanita itu sedang berbicara di telepon? Bukankah ia sedang mandi?
Cukup lama Alastair bertarung dengan dirinya. Akhirnya dengan berat hati ia berjalan menuju kamar mandi.
Pintunya tidak dikunci? Wanita itu ceroboh? Tidak mungkin wanita itu sedang menggodanya, sebab wanita itu sudah diberi tahu ayahnya bahwa Alastair penyuka sesama.
Apakah wanita itu juga menyimpang? Sehingga pernikahan mereka dianggapnya sebagai kedok?
"Al, kau mau mandi juga?" tanya wanita itu dengan tenang, seolah-olah kehadiran Alastair diambang pintu kamar mandi tidak mengganggunya sama sekali. Meski wanita itu tidak menggunakan apa-apa di dalam bathtub, tapi yang terekspos hanya pundaknya yang mulus dan bening.
"Kau berbicara sendiri?" tanya Alastair.
"Aku sedang berbicara dengan David," katanya sambil menunjukkan layar ponselnya kearah Alastair diambang pintu.
Alastair hampir membelalakkan matanya. Panggilan video dikamar mandi dengan seorang laki-laki?
Apa-apaan istrinya!!!
_______ 3 ______
Alastair seorang aktor dunia nyata yang amat terampil, semua emosinya tersimpan dan terkendali dengan baik sebab ia sudah terlatih seumur hidupnya. Ia handal mengendalikan kemarahan dan kekesalannya, tapi tak cukup baik untuk malam ini.
Daphne Katherine Acley bukan penyuka sesama!
Ralat.
Daphne Katherine Sykes lebih tepatnya.
Apa tujuan wanita itu sebenarnya?
Alastair terus bertarung dengan pemikirannya hingga Daphne keluar dari kamar mandi hanya mengunakan handuk.
"Kau tidak jadi mandi?" tanyanya pada Alastair yang nampak berbaring di ranjang kekuasaannya.
Apakah mereka akan tidur di ranjang yang sama malam ini? Bukankah di novel-novel seharusnya laki-laki itu menawarkan diri tidur di sofa atau di kamar lain? Daphne memelototi dirinya sendiri. Mana mungkin dirinya yang mesti menawarkan diri tidur di tempat lain, besok pagi ia pasti sudah menjelma menjadi nenek-nenek peot.
"Tidak," jawab Alastair singkat tidak melirik sama sekali pada lawan bicaranya.
Kamar milik Alastair Sykes tidak terlalu besar, tapi cukup nyaman dan khas kamar lelaki. Beberapa buku kitab undang-undang yang besar dan tebal besar berjejer didinding. Sebuah mading kecil tertempel beberapa memo dan di sana terdapat sebuah foto seorang gadis. Mungkin pacarnya di masa lalu, pikir Daphne.
"Kau punya pengering rambut?" tanya Daphne lagi. Sebenarnya ia tidak juga sedang dalam mood untuk berbasa-basi.
"Tidak," jawab Alastair masih bernada sama dengan sebelumnya.
"Atau handuk kering lainnya?" tanya Daphne saat mencoba mencari dengan pandangannya.
"Tidak."
Daphne Katharine Sykes, wanita kelewat kaya itu tersenyum kecut dan mengerutkan keningnya. Setahunya tadi laki-laki itu masih baik-baik saja, masih ramah dan bersahabat. Lalu sekarang berubah ketus? Mungkinkah karena ia bakalan tinggal di rumahnya?
Daphne berjalan kearah Alastair berbaring. "Kau tidak keberatan, kan?" tanyanya sambil membuka handuk dan masuk kedalam selimut yang sama dengan Alastair.
Alastair tak mengatakan apa-apa, hanya mampu menatap keheranan. Wanita ini sarap atau sedeng?
Mana mungkin wanita itu tengah menggodanya, jelas-jelas ayahnya sudah mengatakan dengan jelas bahwa Alastair seorang penyuka sesama.
"Aku tidak bisa tidur dengan pakaian yang membuat nafasku sesak. Jangan menatapku begitu, aku tahu kau tak bakal tergoda," jelas wanita itu menelungkup dan memandang mengejek kepada Alastair.
Benar! Wanita itu tidak punya minat menggodanya.
"Kau tahu darimana aku bakal tidak tergoda?" tanya Alastair yang tiba-tiba sudah berada di atas istrinya.
Nyonya Sykes itu tergelak, tidak terpengaruh dengan kulit d**a Alastair yang menyentuh kulit punggungnya, "David dan aku sering tidur dan mandi bersama, dan dia tidak tergoda sama sekali. Memangnya kau masih tergoda oleh perempuan?"
Sialan! David gay!