Chapter 24 : Perburuan III

1181 Words
Di dalam rimbunnya hutan, angin berembus pelan, menyejukkan tubuh Zidan, Kenzie, Kyra dan Vani. Keempat remaja ini tengah sangat waspada pada sekitar, sebab tahu kalau musuh sedang mengintai dari kejauhan. Meski keadaan terdesak, Kenzie masih dapat tenang, berbeda dari Zidan dan Vani yang sudah tersulut oleh emosi usai mendapatkan surat yang memprovokasi. Segera Kenzie menarik keluar pedangnya sembari menyuruh Kyra untuk sedikit menjauh dari dirinya. Kyra menurut, berdiri dengan tenang di belakang Kenzie. Di sebelah Kyra, Vani mengeluarkan bunga mawarnya, bersiap melakukan serangan juga. Tentu saja Zidan tak ingin ketinggalan dan langsung mengeluarkan pedang kecilnya, masih terus mengamati sekitar dengan saksama tanpa mau kehilangan petunjuk sedikit pun. Sejenak Kenzie melirik ke arah Zidan, lalu berkata, “Zidan ... sepertinya pikiranmu sedang tidak ada di sini ....” Zidan menggenggam erat pedang pendeknya. “Aku ingin segera menghabisi para siluman sialan ini!” jawab Zidan dengan nada yang ditekan. “Saat ini pasti ada sebagian dari mereka yang sudah menghadang kelompok berburu kita.” Tidak ada angin, tidak ada hujan, mendadak muncul di hadapan mereka berempat, siluman dengan tanduk panjang dan dua pedang panjang di tangan. “Haha, untuk melawan para cecunguk seperti kalian, tidak memerlukan banyak orang! Satu dari kami saja sudah lebih dari cukup untuk menghabisi hewan tak berharga seperti kalian!” kata siluman itu, angkuh. Refleks saja Zidan membentuk kuda-kuda, waspada pada siluman yang ada di hadapannya saat ini. “Sialan! Apa yang kalian rencanakan?!” Tampak dengan jelas amarah muncul dari kalimat pendek Zidan. “Tidak ada yang spesial ...,” jawab si siluman. Emosi Zidan semakin tersulut, tetapi Kenzie menepuk pundak pemuda itu untuk menenangkan. “Jangan terpancing, Zidan. Itu hanya provokasi. Aku yakin kalau mereka masih belum dapat menangkap orang-orang kita.” Kendati tahu kalau kata-kata Kenzie tidak memiliki bukti, Zidan menarik napas panjang, mengosongkan pikirannya dari hal-hal yang tidak diperlukan. Tatapan mata Zidan tidak begitu tajam lagi dan tubuhnya pun berdiri tegak dengan tenang kembali. “Kau benar. Seharusnya aku tidak terpancing olehnya. Maaf ....” Zidan sangat sadar akan kesalahannya. “Kalian sungguh membosankan ...,” kata si siluman. “Karena kalian seperti itu, aku menjadi tidak ingin berbasa-basi lagi. Cepat serahkan diri kalian untuk menjadi makan malam kami! Aku tidak mau menerima protes apa pun, cepat lakukan apa yang aku perintahkan ini!” Kenzie maju di depan Zidan, membentuk kuda-kuda yang kokoh sembari menghunuskan pedangnya ke depan. “Maaf saja, tapi aku tidak akan menuruti semua perintahmu itu, karena aku bukan bawahanmu!” Kali ini Kenzie yang memprovokasi. Si siluman tersenyum tipis, lalu menghunuskan kedua pedangnya ke depan. “Memangnya apa yang bisa kaulakukan, huh?! Sadarlah kalau kalian para manusia itu tak lebih dari seekor hewan liar di mata kami para siluman!” Sejenak, Kenzie melirik ke belakang, ke arah Zidan, kemudian kembali menatap si siluman angkuh. “Kami memang lemah, tetapi kami bukan sejenis hewan liar layaknya para siluman. Kami adalah manusia, makhluk paling cerdas di dunia ini!” Kenzie mempererat genggaman ke pedangnya sembari berbisik pada Zidan, “Zidan, bawa Vani bersamamu untuk menyelamatkan kelompok berburu. Biar aku yang mengatasi siluman ini ....” Zidan menggelengkan kepala beberapa kali, menolak untuk tunduk pada ucapan Kenzie. “Hanya satu siluman, aku bisa mengatasinya dengan mudah!” Saat ini, Zidan tampak begitu yakin dengan kemampuannya. Akan tetapi, Kenzie malah memberikan argumen lain, “Kau sudah menggunakan jurus itu sekali, bisa saja siluman ini sudah menebak beberapa hal mengenai jurus tersebut sehingga dia berani ke sini. Selain itu, yang kita lawan di sini bukan hanya dia, tetapi ada siluman lainnya.” Ucapan Kenzie terjeda beberapa saat. “Kalau kita berpencar, kurasa ada kemungkinan waktu kita cukup untuk menyelamatkan kelompok berburu. Sedangkan kalau kita mengalahkan siluman ini dengan cepat, ada kemungkinan kalau siluman lain akan membombardir kita dengan anak panah. Aku sarankan untuk mengambil risiko yang jauh lebih kecil, Zidan.” Walaupun berat, pendapat yang Kenzie lontarkan cukup masuk akal. “Haah ....” Zidan mengembuskan napas panjang, melemaskan tubuhnya kembali. “Aku percayakan yang di sini padamu, Kenzie. Vani, ikut denganku menyelamatkan yang lainnya!” Segera Zidan bergegas menyusul kelompok berburu bersama dengan Vani. Siluman di depan Kenzie hanya tersenyum tipis, tengah mengejek keputusan Kenzie dan Zidan. “Kau bilang kalau kalian adalah makhluk paling pintar, tetapi fakta mengatakan hal sebaliknya! Hahaha!” Tepat usai si siluman berpedang ganda mengucapkan kalimat itu, begitu banyak anak panah melesat cepat ke arah Vani dan Zidan. “Itulah mengapa kubilang kalau kalian tak lebih dari sekedar hewan liar di mata kami!” “Khawatirkan dirimu sendiri!” Dalam sekejap mata, Kenzie melesat ke depan, melesatkan satu tebasan pedang yang sangat kuat. Namun, berbeda dari perkiraannya, siluman berpedang ganda tadi mampu menangkis serangannya. Kenzie pun terpaksa mundur, mendekatkan jarak antara dirinya dengan Kyra yang hanya diam mematung. Siluman berpedang ganda melirik Kenzie dengan lirikan tajam, berkata, “Kau ternyata tidak buruk juga, bocah manusia. Aku, Daya, mengakui kecepatanmu itu dan juga gadis yang di sana ....” Siluman berpedang ganda yang bernama Daya ini, melirik ke arah Vani yang mampu menahan semua serangan anak panah yang diarahkan ke arah Zidan dan dirinya sendiri. “Tapi, aku tidak pernah mengatakan kalau itu cukup!” Daya melesat ke depan, menebaskan kedua pedangnya dengan brutal dari berbagai arah. Kenzie menggenggam pedangnya dengan kedua tangan, menangkis dan menghindari setiap tebasan yang melesat cepat ke arahnya. Ia tak bergerak maju atau pun mundur karena memikirkan keselamatan Kyra yang kini berdiri di belakangnya. Setelah beberapa saat, Daya melompat mundur, menatap Kenzie yang sudah sangat kelelahan akibat menahan begitu banyak serangan, dengan senyum tipis yang terlihat sangat licik serta merendahkan. “Sudah kukatakan sebelumnya, kekuatanmu masih belum cukup. Jadi, serahkan saja dirimu untuk menjadi santapan malam kami, bocah manusia yang sombong ....” Kenzie melirik ke belakang, ke arah Kyra yang hanya dapat mematung kaku. “Kyra, mundurlah sampai di dekat pohon besar di belakang itu. Aku akan melindungimu dari kejauhan ....” Awalnya Kyra ingin membantah, tetapi melihat Kenzie yang terengah-engah, Kyra melangkah ke belakang tanpa mengatakan apa pun. Dia sadar kalau keberadaannya sekarang sangat membebani Kenzie yang masih sangat fokus pada pertarungan satu lawan satu dengan siluman hebat. Saat Kyra sudah mundur cukup jauh, Kenzie kembali menatap tajam ke depan. “Kau yang memintaku melakukan ini. Aku tidak akan ragu lagi!” “Aku tidak pernah menyuruhmu untuk ragu! Seranglah aku dengan seluruh kekuatanmu yang tersisa!” Daya melontarkan sebuah tantangan yang bermaksud untuk memprovokasi Kenzie. Sebelum kembali beradu pedang dengan lawan, Kenzie menawarkan satu syarat. “Aku tidak masalah dengan kekalahan, tetapi aku ingin kau berjanji, selama pertarungan, kau dan siluman yang lain tidak boleh menyerang Kyra! Jika aku kalah, kau bebas untuk membawa mayatku, tapi kalau aku menang, aku juga bebas membawa mayatmu!” Daya tersenyum tipis, mengerti dengan apa yang Kenzie maksud. “Jadi, kau ingin bertaruh? Tapi taruhanmu masih belum menantang. Bagaimana kalau begini saja; kalau kau menang, kau dapat mengambil mayatku dan siluman yang tadi menyerang kalian dengan anak panah. Tapi kalau aku menang, aku akan membawa mayatmu dan mayat gadis yang kau lindungi itu ....” “Cih!” Kenzie kini kembali dihadapkan dengan pilihan yang sulit.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD