Chapter 25 : Perburuan IV

1169 Words
Zidan berlari sekuat tenaga agar dapat mencapai kelompok berburu secepat mungkin. Vani juga berlari dengan sangat cepat sembari terus meniup bunga mawar merah di tangannya untuk menghancurkan setiap anak panah yang datang. Mereka berdua terlihat sangat tenang, tidak terkecoh sedikit pun oleh hal lain, kendati hati mereka saat ini tengah memanas seperti dibakar oleh api amarah yang sangat sulit dipadamkan. *** Sementara itu, cukup jauh di tempat lain, para pria yang menjadi kelompok pemburu, kini terbaring tanpa daya di tanah. Satu-satunya yang berdiri di antara para pria ini hanyalah siluman dengan pedang panjang yang menyerang mereka semua. Siluman itu lantas tersenyum tipis, tampak senang karena sudah berhasil menghajar banyak manusia. “Tenanglah, kalian masih memiliki sedikit waktu untuk bernapas di dunia ini, karena aku masih memerlukan kalian untuk sesuatu hal. Tunggulah saat itu tiba, maka kalian akan bebas dari ikatan dunia ini dan terikat ke dunia lain, bukankah itu yang selama ini kalian dambakan?” kata siluman itu, bangga pada dirinya sendiri, sebab dapat membuat para manusia pasrah akan keadaan. Tidak seperti yang siluman itu bayangkan, ada satu di antara para pria yang terbaring yang memaksakan diri untuk berkata, “Kau pasti akan menyesali ini. Tuan kami akan datang dan menghabisimu!” Wajah si siluman menjadi sangat masam, tidak suka dengan ucapan pria tadi. “Lihatlah, aku akan membuat ‘tuan’ kalian itu memohon ampun padaku nanti! Aku di sini sedang menunggunya datang untuk membuatnya bersujud meminta ampun di hadapanku! Camkan itu dalam kepala kalian yang kosong itu, para manusia tak berguna dan menyusahkan!” *** Kembali ke tempat di mana Kenzie berada saat ini. Angin berembus pelan, Kenzie berpikir keras untuk memutuskan pilihan mana yang harus ia ambil. Ia lantas melirik ke belakang, kemudian kembali menatap tajam ke depan. Daya—siluman berpedang ganda—terlihat sangat menikmati ekspresi Kenzie yang kesusahan dalam memilih. “Kalau kau sangat kesulitan dalam memilih, aku akan membantumu melakukannya ...,” ucap Daya, tenang. “Kalau kau tidak memutuskan dalam sepuluh detik, aku akan menyuruh para bawahanku untuk menyerang gadis yang sedang kau lindungi mati-matian itu, agar perjuanganmu selama ini menjadi sia-sia dan kau pun menjadi orang yang hidup segan mati tak mau! Hahaha! Cepat putuskan!” Keringat dingin keluar dari kening Kenzie, menjadi semakin kesulitan menentukan pilihan karena tekanan yang diberikan oleh Daya. Ia pun menutup mata, berpikir apakah dirinya dapat menang di pertarungan ini? Apakah ia memang seharusnya menyeret orang lain dalam sebuah taruhan hidup dan mati? Semua pikiran itu membuat Kenzie semakin frustasi akan keadaan. Dengan berat hati, Kenzie pun membuka mata, lalu menentukan pilihannya, “Baik, aku menyetujui taruhanmu!” Kenzie tahu kalau keputusan ini mungkin akan menjadi penyesalan seumur hidupnya, tetapi demi menaikkan presentase keselamatan Kyra, mau tak mau Kenzie harus menentukan pilihan berat yang tak pernah ia inginkan ini. Daya pun menghunuskan kedua pedangnya ke depan, masih menampilkan ekspresi licik untuk menekan Kenzie secara mental. “Kau sungguh seorang teman yang baik, yang tak ragu memutuskan untuk menjual temanmu sendiri ... aku tidak membenci hal itu.” Kenzie tersentak mendengar kalimat itu. Ia sangat tahu kalau itu adalah sebuah provokasi, tetapi ini mengingatkannya dengan sebuah tragedi di masa lalu, di mana ia menghancurkan desanya sendiri. Sontak saja napas Kenzie menjadi semakin berantakan, tetapi sebisa mungkin ia menenangkan diri untuk dapat fokus pada pertarungan dengan Daya. Sejenak, Kenzie mengembuskan napas panjang, menatap tajam ke depan dengan raut wajah datar, memperlihatkan kalau dirinya tak akan lagi memberikan simpati apa pun. Namun, hal ini bukan membuat Daya takut, malah sebaliknya, ekspresi Kenzie membuat Daya tersenyum lebar. “Itulah apa yang aku mau!” Daya berseru lantang. Tanpa basa-basi, Kenzie melesat ke depan, menebaskan pedangnya secara horizontal dari kanan ke kiri. Dengan sangat sigap Daya menangkis tebasan pedang yang sangat kuat itu, mengakibatkan gelombang udara yang menerbangkan dedaunan kering. Kenzie tidak menyerah begitu saja, melainkan melompat ke samping, lalu menebaskan pedangnya dengan sangat kuat secara vertikal, dari atas ke bawah. Lagi-lagi, Daya sanggup menahan serangan Kenzie menggunakan kedua pedang panjangnya. Akan tetapi, tekanan yang diberikan oleh pedang Kenzie kali ini sangat jauh berbeda, sangat kuat bila dibandingkan dengan tebasan pedangnya yang sebelumnya. Tubuh Daya sedikit terdorong ke belakang, lalu Kenzie kembali melompat jauh ke belakang, mengatur ulang pola serangan. Semua tekanan yang diberikan oleh Kenzie, membuat Daya semakin tersenyum lebar. Seolah-olah rasa sakit adalah obat yang bisa membuatnya semakin bersemangat. Masih tanpa mengatakan apa pun, Kenzie melesat cepat ke depan, menebaskan pedangnya dari segala arah, bergerak ke sana kemari, tetapi Daya tetap dapat mematahkan semua serangan kuat yang diluncurkan oleh Kenzie itu. Namun, Kenzie tidak putus asa dan terus saja menyerang dengan sekuat tenaga. *** Dari kejauhan, Kyra terus saja menyaksikan pertarungan sengit antara Kenzie dan Daya dalam diam, tidak mengatakan apa pun. Raut wajahnya terlihat ketakutan, sementara kedua tangannya gemetar hebat, takut kalau terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan. Sebelumnya ia berpikir untuk membantu, tetapi tidak ada yang dapat ia bantu sekarang, jadi mau tak mau ia harus tetap diam saja, menunggu hasil dengan tangan yang gemetar. *** Jauh di balik bayang-bayang hutan yang begitu rimbun, para siluman yang tadinya sibuk menyerang Vani dan Zidan dengan anak panah, kini hanya diam, memerhatikan pertarungan antara Kenzie dengan Daya. Mereka tidak menerima tanda perintah apa pun dari Daya, jadi mereka hanya dapat menunggu dengan siaga perintah dari Daya, pemimpin mereka. Terlihat dengan sangat jelas, tidak ada satu pun di antara mereka yang ragu kalau Daya akan menang. Bahkan, mereka malah merasa kasihan pada Kenzie yang malang, yang harus bertarung dengan seorang siluman sekuat Daya di tempat seperti ini. Mereka tak ragu kalau Kenzie pasti mati setelah ini. *** Tanpa ada sedikit pun niat untuk menyerah, Kenzie kembali melesat dengan sangat cepat, menyerang Daya dengan tebasan pedang dari atas ke bawah. Berbeda dari sebelumnya, Daya tidak hanya menahan, melainkan menangkis tebasan pedang Kenzie dengan pedang di tangan kanannya, membuat Kenzie terpaksa melompat jauh ke belakang. Daya pun tidak mengabaikan kesempatan emas kala Kenzie sedang menyeimbangkan tubuh. Siluman itu segera menebaskan pedangnya dari dua arah secara horizontal. Dalam keadaan terjepit itu, Kenzie melompat tinggi, menghindar dari serangan, kemudian menyerang balik dengan tebasan pedang kuat dari atas ke bawah. Tidak dapat memaksakan diri untuk menyerang lagi, langsung saja Daya melompat mundur sejauh mungkin. Kala Kenzie sudah kembali mendarat, Daya langsung melesat lagi ke depan, menebaskan pedangnya dari segala arah. Namun, dengan begitu sigap dan siap, Kenzie menangkis semua serangan itu hanya dengan satu pedang saja. Tebasan pedang mereka begitu kuat dan cepat, tetapi tidaklah seimbang. Diserang menggunakan dua pedang sekaligus oleh satu lawan, Kenzie mundur sejauh mungkin karena tidak sanggup terus menahan tekanan yang sangat kuat. Malangnya, Daya tidak memberikan Kenzie waktu istirahat sedikit pun. Saat Daya sekali lagi melesat cepat ke depan, Kenzie menarik napas panjang, bersiap menebaskan pedangnya secara horizontal dari kanan ke kiri. Kenzie dengan sangat tenang mengalirkan ‘Mana’ ke pedangnya, sedangkan matanya fokus mengamati gerakan Daya yang begitu cepat. Daya mengangkat pedangnya cukup tinggi ke atas, hendak menebas Kenzie secara vertikal. Namun, sebelum Daya dapat melakukannya, kurang dari satu kejapan mata, Kenzie sudah memotong kedua tangan Daya menggunakan pedangnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD