Chapter 23 : Perburuan II

1136 Words
Kenzie berlari tak jauh di sebelah Kyra dan Vani, sedangkan Zidan berlari tak jauh di depan mereka bertiga. Selang beberapa saat saja, Zidan berhenti, Kenzie dan yang lainnya pun ikut berhenti, lalu berjalan mengendap-endap bersama dengan Zidan. Tampaknya Zidan telah merasakan sesuatu hal di sekitar, sehingga semakin berhati-hati dalam bergerak. Zidan melirik sekitar, kemudian bersembunyi di balik sebuah batu besar bersama dengan Kenzie, Kyra dan Vani. Mereka berempat bersembunyi dengan tenang di belakang batu, tidak mengeluarkan suara berisik yang tidak diperlukan. Hal ini tentu saja membuat suasana menjadi lebih tenang dan tenteram, seolah tak ada yang sedang terjadi, tetapi apa yang sebenarnya terjadi adalah hal sebaliknya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, langsung saja Zidan memberikan sebuah perintah pada Kenzie, “Kenzie, apakah kau bisa merasakan kelompok pemburu kita di sekitar?” Lantas Kenzie memejamkan kedua mata, fokus pada pencarian. Seperti yang sudah Zidan duga sebelumnya, Kenzie memberikan sebuah informasi biasa, “Tak jauh dari sini, aku masih dapat merasakan pergerakan mereka. Tapi, aku juga merasakan adanya keberadaan para siluman yang seharusnya tidak ada di sekitar mereka semua ....” “Haah ....” Zidan mengembuskan napas panjang, kemudian melirik sekitar dengan cermat, kemudian berkata, “Seperti yang sudah kuduga. Ada yang tidak beres hari ini. Kurasa lebih baik kalau kita menunda operasi kita hari ini!” Mendengar keputusan Zidan itu, Kenzie hanya diam, tidak ingin memberikan komentar. Ia masih belum tahu apa yang ada di dalam kepala Zidan, jadi ia merasa tidak baik kalau ia membantah tanpa mengerti keadaan yang sesungguhnya. Untuk itu, ia mengembuskan napas panjang. “Aku tak tahu situasinya, tapi aku harus menghormati keputusanmu ....” Sama seperti sebelumnya, Kyra dan Vani tidak keberatan sedikit pun. Mereka hanya diam, mengikuti arus ke mana pun Kenzie pergi. Kedua gadis ini sudah seperti daun yang jatuh ke sungai dan berlayar ke mana pun arus sungai mengalir, dan Kenzie adalah sungai tersebut. Kembali Zidan berjalan terlebih dahulu, menuntun tiga temannya yang berjalan mengikuti di belakang. Agar tidak membuang banyak waktu, mereka pun kembali berlari, mengejar kelompok pemburu yang sudah pergi cukup jauh di depan mereka. Situasi ini adalah akibat dari perubahan rencana yang dilakukan oleh Zidan. *** Di tempat lain, tim berburu masih terus berlari, mengikuti pemimpin tim mereka. Arah mereka berlari sekarang ini memang sangat jauh dari tempat yang ditandai Zidan sebagai tempat para siluman berpatroli. Akan tetapi, mereka tidak sadar kalau sebenarnya ke mana pun mereka pergi, selalu ada sekelompok siluman yang sudah bersiaga. Mendadak, langkah kaki mereka semua berhenti kala muncul satu siluman yang berdiri di depan mereka. Siluman tersebut menggenggam erat tombak panjang di tangan kanannya, sedangkan kedua matanya menatap tajam tim berburu yang tadi tengah mencari hewan buruan. Salah seorang pria dari tim berburu lantas melangkah mundur dengan mata terbelalak, tidak percaya akan hal ini. “Mustahil ... bagaimana mungkin ada siluman di sekitar sini? Bukankah Tuan Zidan sudah memastikan kalau tidak ada bahaya di sini?” gumam pria tersebut. Pemimpin mereka semua, pria yang ada di tengah, merentangkan tangan kanannya ke samping, mencoba menenangkan pria lainnya. “Tenang. Aku yakin Tuan Zidan akan segera datang menolong. Dia tidak akan pernah meninggalkan kita ....” Meski tubuhnya gemetar, tetap saja pria yang diberikan kepercayaan untuk menjadi ketua ini, tidak membiarkan rasa takut menyelimuti hatinya. “Sepertinya aku beruntung dapat menemukan sekelompok hewan liar yang kelaparan ...,” gumam si siluman dengan begitu tenang, sembari memutar-mutar tombaknya beberapa kali. *** Cukup jauh dari tim berburu, Zidan dan yang lainnya segera mempercepat langkah kaki mereka. Akan tetapi, tiba-tiba saja ada sebuah bayangan yang bergerak cepat melintasi mereka, lalu berhenti tepat di hadapan mereka berempat. Bayangan tersebut tak lain adalah siluman yang di punggungnya terdapat dua bilah pedang panjang. Kendati tahu kalau di depan sana terdapat siluman yang lumayan berbahaya, Zidan tetap maju. Sementara itu, Kenzie menghentikan langkah, diikuti oleh Kyra dan Vani yang juga berhenti. Tubuh Kenzie lantas mematung kaku, melihat Zidan dengan santai menusuk jantung siluman yang ada di depan sana. Anehnya, siluman yang Zidan tusuk itu tidak bergerak sedikit pun, hingga akhirnya si siluman memuntahkan darah dan terbaring tanpa daya. Tidak mau menghiraukan Kenzie dan yang lainnya, Zidan masih terus berlari sekuat tenaga usai membunuh satu siluman dengan santai menggunakan tangannya sendiri. Saat ini dia menjadi kian khawatir dengan keadaan para pria yang dia kirim untuk berburu. Kenzie terdiam sejenak, lalu kembali berlari mengikuti Zidan, bersama dengan Kyra dan Vani tentu saja. Kini, Kenzie sudah sangat yakin kalau Zidan pastilah memiliki kekuatan yang sangat kuat dan tidak dapat diremehkan begitu saja. Ia tahu kekuatan ilusi yang Zidan miliki memang kuat, tetapi ia masih tidak menyangka dapat sekuat tadi. Meski baru beberapa detik setelah Zidan mengalahkan satu siluman, mendadak saja begitu banyak anak panah melambung tinggi ke udara, lalu jatuh mengarah tepat ke arah Zidan. Menyadari hal tersebut, Kenzie melepaskan genggaman tangan Kyra dari tangan kanannya, kemudian melesat cepat ke depan. Mengalirkan ‘Mana’ ke kedua kaki, gerakan Kenzie menjadi semakin cepat, hingga berhasil menarik Zidan jauh dari area serangan anak panah. Namun, kali ini anak panah lain melesat ke arah Kyra dan Vani. Dalam keadaan darurat ini, Vani menyemburkan api yang begitu panas dari mulutnya, membakar semua anak panah yang melesat cepat ke arah Kyra dan dirinya. Tak berselang lama, anak panah kembali melesat ke arah mereka. Tanpa membuang waktu, Kenzie segera menarik Zidan berkumpul kembali dengan Vani dan Kyra, lalu Vani pun membakar semua anak panah yang melesat cepat tadi dengan semburan api panasnya. Ketika keadaan kembali tenang, Kenzie, Zidan, Vani dan Kyra semakin waspada. Satu anak panah lantas melesat tepat ke arah kening Kenzie, tetapi Kenzie berhasil menangkap anak panah tersebut dengan mulus. Di sana terdapat sebuah surat yang diikat erat di batang anak panah itu. Berhubung Kenzie tidak dapat membaca, ia langsung memberikan surat tersebut kepada Zidan. Sayangnya, Zidan juga tak dapat membaca, sehingga Kenzie menyerahkan surat tersebut kepada Kyra yang bisa membaca. Akhirnya Kyra membacakan isi surat itu pada Kenzie dan yang lain. “Kalian para manusia lemah, menyerahlah pada kami para siluman! Atau kami akan menghancurkan kalian dengan mengenaskan!” Kyra membacakan isi surat. Vani langsung mengepalkan kedua tangannya dengan erat, terpancing oleh provokasi yang dituliskan oleh para siluman. Sedangkan Kenzie terlihat tenang, berbeda dari Zidan yang sudah menggertakkan gigi karena merasa sangat diremehkan oleh kaum siluman. “Mereka sungguh tidak menganggap keberadaan kita!” Zidan bergumam pelan, menyalurkan emosinya yang kuat pada setiap kata yang terlontar. Kyra segera memeluk tangan kanan Kenzie, sedangkan Vani menyisir sekitar dengan kedua matanya. Angin pun berembus pelan, menghantarkan kesejukan ke sekujur tubuh. Kenzie memalingkan pandangan ke arah lain, lalu mengamati sekitar dengan saksama. “Sepertinya mereka telah mengepung kita ...,” Kenzie bergumam pelan. “Situasi sangat berbahaya, bagaimana cara kita keluar dari sini? Sial ....” *** Di balik pepohonan, terdapat beberapa siluman yang bersembunyi dengan panah di tangan. Mereka begitu tenang, menunggu komando berikutnya dari pemimpin mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD