Chapter 31 : Perjuangan

1197 Words
Dalam desa bawah tanah, Zidan terbentur ke dinding tanah membuat mulutnya memuntahkan darah segar. Di depan pemuda itu, terlihat siluman tanpa mata yang tengah memukul-mukulkan cambuknya ke tanah. Siluman itu tampak sangat tidak berempati sedikit pun pada Zidan yang sudah sekarat ini. Bahkan, siluman itu tersenyum lebar kala mengetahui Zidan sekarat. Zidan membuka mata perlahan, kembali hendak menggenggam erat pedang pendek di tangan kanannya. Akan tetapi, karena sudah menerima begitu banyak luka, tangannya tak sanggup menggenggam erat pedang pendeknya itu lagi. Namun, ia tidak mau menyerah dan terus saja memaksakan diri untuk berdiri, walau kedua kakinya telah berteriak kesakitan, tidak sanggup lagi untuk menopang tubuhnya. Siluman tanpa mata lantas berhenti selangkah di hadapan Zidan, lalu berkata, “Kau sudah kalah, jadi bersiaplah untuk menghadapi akhir dari hidupmu!” Tanpa keraguan sedikit pun, siluman itu langsung mengangkat cambuknya setinggi mungkin, hendak mencambuk Zidan dengan sekuat tenaga. *** Jauh di tepi sebuah tebing tinggi, Kenzie melompat tinggi lalu melesat ke bawah, menebaskan pedangnya dari atas ke bawah. Meski dalam keadaan hujan deras seperti sekarang, kecepatan Kenzie tidak berkurang sedikit pun. Pemuda itu masih gesit dan terus meluncurkan serangan demi serangan tanpa henti pada lawannya—siluman bersenjatakan sebilah katana. Kenzie melompat jauh ke belakang, tetapi sekarang siluman berkatanalah yang melesat ke depan, menyerang dengan katananya. Tebasan demi tebasan terus diluncurkan tanpa henti oleh si siluman, tetapi Kenzie sanggup menahan semua serangan itu dengan pedang panjangnya. Namun, ketangkasan Kenzie itu tidak membuat sang siluman menyerah untuk menyerang. Bahkan, setiap serangannya terus bertambah kuat waktu demi waktu. Kenzie yang merasa terpojok, seketika melesat ke samping, membuat tebasan katana si siluman hanya mengenai tanah yang tadinya Kenzie pijak. Hujan kian deras, tetapi pertarungan di antara mereka berdua masih belum juga berakhir. Tidak ada yang mau mengalah di antara mereka, jadi sangat wajar kalau pertarungan masih terus berlanjut tak peduli hujan bertambah deras atau mereda. Bagi mereka, pertarungan ini sangatlah penting. Suara guntur seketika menggema di langit. Kenzie dan siluman berkatana, berdiri saling berhadapan dalam jarak yang tidak begitu jauh. Mereka berdua masing-masing menatap tajam ke depan, meski pandangan mereka terhalang oleh derasnya hujan yang mengguyur. Kenzie membentuk kuda-kuda yang begitu kokoh, memposisikan pedangnya untuk bersiap menyerang dan bertahan kapan saja. Ia tidak kehilangan fokus, masih terus mengamati gerakan musuhnya sekarang tanpa mau mengabaikan sedikit pun petunjuk yang terlihat. Sama seperti Kenzie, siluman berkatana tidak lagi meremehkan lawan, melainkan semakin fokus demi dapat mengalahkan Kenzie yang sekarang sedang dia lawan. Dia dengan perlahan membentuk kuda-kuda, memegang katana dengan kedua tangan dan menghunuskan senjata tersebut ke depan. Sekali lagi suara guntur menggema, Kenzie dan si siluman segera melesat ke depan dalam waktu bersamaan. Dalam satu tebasan yang saling berbenturan, kini keduanya berdiri saling membelakangi. Selama beberapa saat, semuanya tampak begitu tenang. Namun, mendadak potongan katana si siluman, jatuh menancap di tanah. Siluman berkatana seketika jatuh terbaring di tanah, karena lehernya terpotong oleh Kenzie. Sedangkan Kenzie sendiri hanya berdiri dengan tenang kala melihat darah yang melumuri pedangnya, dibersihkan oleh curah hujan yang begitu lebat. Akan tetapi, pemuda itu juga seketika ambruk ke tanah, sebab tenaganya sudah banyak terkuras akibat pertarungan sengit beberapa saat lalu. Pandangan matanya juga mulai kabur disertai dengan kepalanya yang terasa berat. Tahu kalau tugasnya masih belum selesai, Kenzie segera bangkit, berjalan perlahan mendekati Vani dan Kyra yang ada di dekat pohon. Saat melihat Kenzie yang sangat kelelahan, langsung saja Kyra membantu Kenzie duduk bersandar di batang pohon, berdekatan dengan Vani. Tiba-tiba saja Kyra bersujud di depan Kenzie, berkata dengan penuh penyesalan, “Maafkan aku telah membuat kalian harus melindungi aku yang sangat lemah ini ....” Sebelum Kenzie menjawab, Vani lantas membuka mulut sembari mengangkat setangkai bunga mawar di tangan kanannya, menjawab, “Kau tidak salah. Sudah tugas kami melindungi orang yang perlu dilindungi.” Kenzie mengembuskan napas pelan, melanjutkan ucapan Vani, “Apa yang Vani katakan adalah benar. Kami adalah orang yang sudah seharusnya melindungi orang yang perlu perlindungan.” Segera Kenzie mengelus pelan rambut Kyra yang dibasuh habis oleh hujan. “Jadi, kalau kami melindungimu, itu wajar dan kau tidak perlu merasa bersalah telah bergantung pada kami.” Akhirnya, Kyra menjadi tenang kembali, meski di hatinya masih terdapat rasa bersalah. “Terima kasih ..., Kenzie, Vani.” Kenzie kembali bangkit berdiri bersama dengan Vani. Dengan tenang, Kenzie memasukkan pedangnya kembali ke dalam sarung pedang, lalu berkata, “Baiklah, saatnya kita membantu Zidan!” Vani mengangguk. “Kau benar! Dia sedang memerlukan bantuan.” Melihat Kenzie dan Vani yang masih ingin memaksakan diri, Kyra segera berdiri dan merentangkan kedua tangannya di depan kedua temannya itu, mencoba untuk menghalangi jalan mereka. “Kalian masih perlu istirahat sebanyak mungkin! Aku tidak akan membiarkan kalian pergi memaksakan diri kalian lagi! Tidak akan!” Kenzie tersenyum tipis, lalu menurunkan tangan kanan Kyra dengan perlahan. “Aku juga masih ingin beristirahat, tetapi kita memiliki seorang teman yang perlu untuk diselamatkan. Aku tidak akan meninggalkannya begitu saja, Kyra.” “Kenzie benar, Kyra ....” Vani setuju dengan apa yang Kenzie katakan. “Selain Zidan, di dalam desa bawah tanah juga terdapat banyak penduduk tak bersalah dan lemah yang perlu kita selamatkan dari para siluman. Jadi, maafkan kami karena tidak akan menuruti perkataanmu kali ini!” “Ayo!” Tanpa ragu, Kenzie menarik tangan kanan Kyra, memaksa gadis itu untuk berlari bersama dengan dirinya. *** Di dalam desa bawah tanah, Zidan sudah tak sanggup lagi berdiri, sementara siluman tak bermata sudah bersiap untuk mencambuknya. Dalam kondisi seperti itu, Zidan hanya dapat diam, pasrah pada kenyataan, dan mungkin saja kalau sebentar lagi ia akan meninggalkan dunia ini. Namun, Zidan tidak merasa keberatan untuk itu, sebab ia sudah melakukan yang terbaik yang dapat ia lakukan untuk dapat bertahan sampai sejauh ini. Siluman tanpa mata langsung menebaskan cambuknya sekuat tenaga, tetapi mendadak Ceri datang dan mendorong Zidan ke samping. Debu pun bertebaran di sekitar, menutup penglihatan. Mata Zidan segera terbelalak lebar kala melihat kedua kaki Ceri hancur akibat terkena cambukan keras dari siluman tanpa mata. “Ceri?!” Zidan berteriak histeris melihat kondisi gadis yang baru saja menyelamatkan nyawanya. Bukannya berteriak kesakitan atau pun malah bersedih, Ceri malah tersenyum tipis pada Zidan, lalu berkata dengan pelan, “Kenapa kau terlihat sedih? Tersenyumlah ..., Tuan.” Zidan segera memeluk erat Ceri, tidak sanggup melihat kondisi Ceri yang sangat mengerikan. “Apa yang kau lakukan?!” Zidan berteriak semakin keras kala air matanya menetes pelan membasuh kedua pipinya. “Ceri, bertahanlah ....” Sekuat tenaga, Zidan mencoba mengangkat tubuh Ceri. Meski meneteskan air mata karena harus berpisah dengan Zidan, Ceri tetap tersenyum dan berbisik pelan di telinga Zidan, “Tuan, Ceri sangat bahagia dapat bertemu dengan Tuan. Ceri ingin Tuan tetap hidup demi Ceri dan Cira juga. Kami sangat menyayangi Tuan ....” “Jangan berbicara lagi ....” Zidan masih memaksa tubuhnya yang gemetar untuk berdiri. Tarikan napasnya sudah tak karuan lagi mendengar kata-kata yang Ceri bisikan padanya. “Ceri, kumohon, bertahanlah ....” “Selamat tinggal, Tuan ....” Menggunakan sisa tenaganya, Ceri mendorong Zidan jauh dari dirinya. Kala Zidan sudah terlepas dari pelukannya, Ceri masih tersenyum tipis, lalu siluman tanpa mata yang kesal karena mangsanya diselamatkan, langsung mencambuk kepala Ceri hingga hancur. “Ceri!!!” Kini suara teriakan Zidan menggema dengan keras di dalam desa bawah tanah ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD