Chapter 58 : Ruang Gelap

1174 Words
Kenzie lantas menerawang ke sekitar, memerhatikan dengan saksama apakah ada musuh di sekitarnya atau tidak. Tangannya sudah bersiap menebas menggunakan pedang yang ia hunuskan ke depan, karena dalam area gelap ini, telinganya masih dapat mendengar suara-suara yang sedkit mencurigakan. Tanpa ragu, pemuda tersebut menambah bola cahaya di sekitarnya, agar membuatnya lebih tenang karena bisa kembali melihat ke sekitarnya. Namun, selama beberapa saat, suara-suara yang ia dengar, kini terdengar perlahan menjauh, tidak lagi mendekat. Meski demikian, Kenzie tak lengah dan masih terus waspada, berhubung bisa saja kalau kondisi seperti ini hanya dibuat agar bisa membuatnya menurunkan penjagaannya. Kenzie kemudian melirik ke depan, di mana ada sebuah sungai yang begitu dalam, tempat ia berenang beberapa saat lalu. Di belakangnya jelas ada sebuah tebing, sedangkan di kiri dan kanannya hanya ada daratan kering yang terdapat cukup banyak pasir serta kerikil. Jadi, Kenzie tidak mendapatkan petunjuk apa pun di tempat seperti ini. Mendadak saja, seekor makhluk mirip seperti monyet, tanpa bulu, berkulit hitam licin, hendak menerjang Kenzie dari depan. Tanpa ragu sedikit pun, Kenzie menebaskan pedangnya secara vertikal, membelah makhluk tersebut menjadi dua bagian. Namun, tindakannya itu justru membuat semakin banyak hewan berkulit hitam legam tadi datang menyerang dalam waktu bersamaaan. Kini, mau tak mau Kenzie harus terus menyerang setiap makhluk yang datang ke arahnya. Hal tersebut malah membuat makhluk-makhluk tadi menyerang lebih agresif dan bertambah banyak, menyerang dengan brutal hingga menutupi bola cahaya Kenzie menggunakan tubuh mereka. Sekarang, karena bola-bola cahaya tersebut ditutup, Kenzie menjadi sulit melihat dan menyerang sesuai dengan insting saja. Tak mau terus terdesak, Kenzie kembali menciptakan beberapa bola cahaya. “Makhluk-makhluk ini sungguh tidak kenal kata menyerah ya?” gerutu Kenzie, sedikit kesal, sebab tubuhnya sebenarnya masih terasa sakit usai bertarung dengan Parvis beberapa waktu lalu. Bukan hanya itu, jauh dari ketinggian yang tak dapat ia ukur, membuat tubuhnya terluka juga, meski dapat ia netralisir sedikit menggunakan ‘Mana’-nya. Seberapa banyak pun Kenzie mengeluarkan bola-bola cahaya, ada saja beberapa makhluk berwarna hitam itu, yang menangkan semula bola cahaya tersebut. Mereka tampak sangat terganggu dengan keberadaan cahaya, jadi terus berusaha meredupkan cahaya tersebut apa pun caranya. Hal ini membuat Kenzie kian kerepotan. Setelah lama bertarung, Kenzie menyadari kalau makhluk-makhluk ini tidak memiliki mata dan bahkan darah, sudah seperti mayat hidup yang hanya bisa menyerang. Kenzie tidak tahu pasti makhluk apa mereka semua, tetapi yang jelas adalah, mereka tidak normal sedikit pun. Kenzie pikir, tidak ada makhluk yang tidak memiliki darah. Semuanya memiliki darah. “Ternyata mereka memang seperti mayat hidup saja, aku tidak menyangka kalau mereka benar-benar tidak memiliki darah. Tapi, sepertinya mereka bukan makhluk biasa ....” Kenzie kini terus melompat mundur, mencoba menjauh dari serbuah para makhluk hitam tersebut. “Apa pun itu, aku hanya bisa mengalahkan mereka dulu agar bisa selamat dari sini!” Kenzie lantas megeluarkan cahaya dari tubuhnya, membuat makhluk-makhluk yang menyerangnya tadi, mundur hingga masuk ke dalam kegelapan lagi. Mereka sangat jelas sedang menghindari cahaya, maka dari itu mereka tak lagi menyerang Kenzie, sebab Kenzie telah melapisi dirinya dengan cahaya terang. Melihat ini, Kenzie tersenyum tipis, seolah dirinya sudah menang. “Yeah, tidak peduli apa pun kalian, mau makhluk berdarah atau bukan, tetap saja kalian memiliki kelemahan,” gumam Kenzie, berjalan perlahan ke belakang. “Dan aku sangat beruntung dapat menemukan kelemahan tersebut sehingga memungkinkanku melakukan sesuatu atau sebuah serangan.” Tanpa ragu lagi, Kenzie melesat ke depan, menebaskan pedangnya ke arah makhluk-makhluk hitam yang sudah mulai berlarian akibat takut menghadapi Kenzie yang berlapiskan cahaya. Akan tetapi, Kenzie tidak mau memberikan simpati atau belas kasihan, terus menyerang dengan membabi buta, hingga akhirnya para makhluk berwarna hitam tadi terpaksa menyerang balik. Mereka lantas menyerang Kenzie dari berbagai arah, hendak mendekap Kenzie demi dapat memudarkan cahaya di tubuhnya. Sayangnya, dengan segera Kenzie menebas mereka semua, hingga terpotong-potong menjadi begitu banyak bagian. Namun, dari sini, Kenzie menemukan fakta baru yang membuatnya melompat jauh ke belakang. “Sialan, tidak kusangka kalau tubuh mereka yang tercerai berai dapat menyatu kembali. Ini sangat merepotkan, bagaimana caraku menghadapi lawan semerepotkan mereka? Kenapa juga mereka begitu merepotkan? Haah ... aku ingin segera kembali ke atas, tapi malah harus bertarung ....” Tahu kalau tidak akan bagus jika dirinya terus menyerang secara membabi-buta, Kenzie sengaja mempertahankan cahaya di tubuhnya, menarik napas panjang dan menatap tajam ke depan. Ia tidak berniat untuk menyerang lagi, sebab para makhluk hitam tadi juga tetap bertahan dalam kegelapan. Selain itu, Kenzie juga tidak merasa kalau dirinya sedang dikepung, jadi kalau ia bisa bertahan saja sekarang, mungkin makhluk-makhluk ini akan pergi dengan sendirinya, seperti datang tak diundang dan pulang tak dijemput. “Baiklah, mari kita lihat, apa yang akan kalian lakukan selanjutnya?” ucap Kenzie, waspada sambil menggenggam erat pedang di tangannya. Berbeda dengan apa yang diharapkan oleh Kenzie, sekarang dirinya sudah dikepung dari berbagai arah oleh para makhluk berwarna hitam ini. Keringat dingin pun muncul di kening Kenzie, karena ia masih belum juga mendapatkan cara bagaimana dirinya lolos dalam situasi terdesak ini. “Perhitunganku ternyata salah, mereka berniat menunggu cahaya di tubuhku ini redup, ya? Sungguh sial, aku tidak memperhitungkan hal ini.” Jantung Kenzie kian berdegub kencang, sedikit takut untuk membayangkan apa yang selanjutnya terjadi. Namun, tiba-tiba ia menyadari sesuatu. “Makhluk-makhluk ini tidak memiliki mata, artinya mereka tidak dapat melihat. Apakah mereka mengetahui keberadaanku dengan indera pendengaran, penciuman, atau mungkin indera yang lain? Pasti ada sesuatu hal yang membuat mereka tertarik padaku. Tapi apa?” Kenzie terus berpikir, masih terus mempertahankan cahaya yang keluar dari dalam tubuhnya. Tak lama berselang, ia menghela napas panjang, tetapi masih belum juga menemukan jawaban atas pertanyaannya. Sebelum berhasil menjawab pertanyaannya yang sebelumnya, Kenzie malah menanyakan hal lain pada dirinya, “Lalu, mengapa mereka terlihat takut pada cahaya, tetapi juga tak bisa pergi dariku begitu saja? Apakah karena mereka tidak dapat melihat, jadi tidak menyukai cahaya, tetapi mereka tetap memaksakan diri menghadapiku akibat sesuatu yang menarik mereka padaku, lebih penting daripada rasa takut mereka sendiri?” Kala Kenzie terjebak dalam ruang pikirannya sendiri, mendadak ia tersentak kala mendengar suara teriakan dari seseorang. “Ha!!! Rasakan ini para makhluk jelek!” teriakan tersebut menggema di dalam jurang besar ini, membuat para makhluk hitam yang tadinya mengelilingi Kenzie, berlalu pergi ke arah suara tersebut. “Ternyata kalian menyerahkan diri untuk kutebas, ya? Sungguh baik hati!” Kenzie hanya dapat terdiam mendengar seruan yang dilontarkan oleh orang yang tidak ia kenal tersebut. Lalu, beberapa saat kemudian, Kenzie pun lantas ikut menyerang makhluk-makhluk yang tadi menyerang dirinya, karena merasa sudah mendapatkan bantuan dari orang lain. Ia kini tenang mengetahui bukan hanya dia manusia yang berada di dalam jurang gelap ini. Tidak mau memikirkan banyak hal terlebih dahulu, Kenzie segera meluncurkan banyak serangan pada para makhluk hitam. Ia tampak tak peduli sekali pun serangannya itu hanya membuat tubuh para makhluk hitam hancur, tetapi akhirnya menyatu kembali, seolah tak ada yang terjadi. Hal yang penting bagi Kenzie sekarang adalah fakta bahwa ia tidak sendirian di dalam jurang ini. “Tampaknya aku diberikan secerah harapan sekarang. Kuharap setelah ini aku dapat segera keluar dari sini, kalau tidak, mungkin semuanya akan terlambat!” gumam Kenzie sembari terus menebas para makhluk hitam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD