Chapter 29 : Tragedi III

1207 Words
Terus berlari tanpa memedulikan hambatan apa pun, akhirnya Zidan tiba di tepian sebuah tebing yang cukup tinggi. Kala melirik ke dalam ngarai, Zidan langsung tahu ada yang tidak beres di sekitar sini. Ia pun tanpa ragu langsung melompat masuk ke dalam ngarai, lalu melihat pintu masuk ke dalam desa bawah tanah, telah terbuka lebar. Zidan masuk ke dalam lorong dengan hati yang panas. Langkah kakinya begitu cepat, menapak dengan pasti ke atas tanah. Lagi-lagi, ia tidak memedulikan apa pun dan hanya terus berlari dengan sekuat tenaga, berharap dapat tiba di desa bawah tanah sesegera mungkin untuk memastikan apa yang sebenarnya telah terjadi di sini. Kala dirinya masuk ke dalam desa bawah tanah, tubuhnya seketika mematung kaku melihat para siluman menghancurkan tenda dan membunuh para penduduk. Para siluman yang melihat kedatangan Zidan, tanpa rasa bersalah langsung berteriak kencang pada Zidan, “Hahaha! Apakah kau anak tidak berguna yang menjaga mereka semua?! Lihatlah, mereka semua sudah tak memerlukan perlindunganmu lagi!” Zidan hanya diam, wajahnya datar, sedangkan tangan kanannya memegang erat pedang pendek yang menjadi senjata utamanya. Melihat ekspresi Zidan itu, para siluman tidak merasa takut sedikit pun, bahkan masih sempat mengejek Zidan dengan menjulurkan lidah mereka. Dalam diam, Zidan menatap tiga siluman yang berada tak jauh di hadapannya, lalu melesat ke depan. Ia dengan cepat memotong leher dari ketiga siluman tersebut. Akan tetapi, siluman lain segera bergerak menyerang Zidan bersamaan. Tanpa rasa takut sedikit pun, Zidan menyerang mereka satu per satu dengan ilusi, kemudian memotong leher mereka tanpa ekspresi. Darah para siluman yang mati, lantas menetes bagai hujan di atas tanah, menggenang. “Bocah tengik!” Siluman berbadan besar melesat dan melompat ke depan, hendak meremukkan Zidan dengan kepalan kedua tangannya yang menyatu dan diayunkan secara vertikal dari atas ke bawah. Zidan menatap mata siluman tersebut, kemudian menusuk jantung si siluman yang mendadak jatuh tepat di hadapannya. Kini, pedang pendek Zidan kembali dilumuri oleh darah tebal. Tatapan matanya tajam ke depan, dan setiap siluman yang bertatap langsung dengan matanya itu, langsung mematung kaku, tidak dapat bergerak sedikit pun. Merasa situasi sedang sangat tenang, Zidan melesat ke depan, hendak menebas para siluman yang sudah terjebak dalam ilusinya. Namun, mendadak muncul satu siluman yang menebaskan cambuk panjangnya ke depan, hampir saja mengenai Zidan. Zidan melompat jauh ke belakang, memerhatikan siluman yang memegang cambuk itu. Wajah Zidan tetap datar meski mengetahui kalau siluman bercambuk yang menyerangnya ternyata tidak memiliki mata, tetapi mengandalkan telinga untuk bergerak. “Kedengarannya kau sudah melakukan banyak p*********n tepat di hadapanku, bocah manusia ...,” ucap siluman tanpa mata itu, sembari menyemburkan asap tebal dari hidung serta memamerkan tanduk besarnya. “Aku tebak, kau pasti menggunakan jurus yang dapat digunakan pada mereka, tetapi tidak dapat digunakan padaku. Apakah aku salah?” Zidan tidak mau menjawab, melainkan mengambil kayu dari tenda yang dirubuhkan, lalu melemparkan kayu tersebut pada siluman tanpa mata di hadapannya. Seperti yang sudah ia duga, siluman tersebut dapat menangkis kayu yang ia lemparkan, menggunakan cambuk yang tadi hampir mengenai tubuhnya kala menyerang siluman lain. “Bocah manusia sepertimu sangat sombong ternyata. Aku hanya bertanya, tetapi kau tidak ingin menjawab dan malah menyerangku dengan sampah yang bahkan tidak layak disebut sebuah serangan.” Siluman tanpa mata segera membentuk kuda-kuda kokoh, bersiap menyerang Zidan kapan saja. Kali ini, Zidan membuka mulut sedikit untuk menjawab, sekaligus menunda sedikit waktu untuk menyiapkan strategi dalam pertarungan, “Aku merasa tidak ada yang perlu dijawab dari para siluman biadab seperti kalian!” “Biadab?” Si siluman mengangkat bahu. “Kami tidak biadab, tetapi kami hanya menjalankan apa yang diperintahkan pada kami. Salah kalian lemah, sehingga kalian tidak jauh berbeda dari hewan liar yang dapat kami jadikan santapan makan malam atau makan siang setiap harinya! Hahaha!” “Ternyata kalian memang mengganggap diri kalian sebagai makhluk mulia, padahal kalian hanyalah makhluk biadab yang tidak jauh berbeda dari hewan liar yang hanya mengandalkan insting, tetapi tidak memiliki akal budi sedikit pun.” Zidan mengedarkan pandangan ke sekitar, melihat mayat para warga yang bertaburan, lalu melirik ke arah para siluman yang kini berdiri di balik siluman yang sudah terkena ilusi juga siluman tanpa mata. “Aku tidak akan pernah membiarkan makhluk tanpa akal budi seperti kalian, menguasai benua Kura-kura ini!” “Meskipun kau tak ingin. Itu tidak akan mengubah apa pun.” Siluman tanpa mata lantas memutar-mutar cambuknya. “Tapi, sebagai penghargaan karena sudah berbicara denganku, aku akan memberikanmu seratus cambukan sebelum kau mati!” Sekarang, Zidan sudah mengetahui kalau sebagian penduduk aman di tempat persembunyian darurat. Namun, setengah penduduk yang dibantai di sini, membuat dirinya begitu muak dan marah. Siluman tanpa mata langsung melesat ke depan, menebaskan cambuknya secara brutal dari segala arah. Dengan susah payah, Zidan menghindari semua serangan itu. Ia mundur dan terus menggerakkan tubuhnya ke tempat lain agar tidak terpojok ke dinding. Zidan masih belum memiliki rencana apa pun untuk melawan siluman yang tak memiliki mata ini. Satu hal yang pasti, ia tidak diberikan opsi menggunakan ilusi, tetapi kalau menyerang menggunakan tebasan pedang, pedang yang ia pegang sekarang sangat pendek, tidak akan efektif untuk melawan cambuk yang panjang dan digunakan secara brutal. Segera Zidan melesat jauh ke belakang, siluman tak bermata masih terus mengikuti. Zidan menyimpan pedang pendeknya, lalu mengambil salah satu pedang panjang yang ada di tanah—milik salah satu siluman yang tewas—kemudian menangkis cambuk si siluman menggunakan pedang tersebut. Akan tetapi, cambuk si siluman malah mengikat batang pedang yang Zidan pakai, lalu menarik pedang tersebut lepas dari tangan Zidan. Zidan kembali kehilangan senjata, membuatnya terpaksa berbaring ke samping untuk menghindari cambukan keras lainnya. Situasinya sekarang benar-benar terpojok, tanpa ada bantuan apa pun. “Hahaha! Bagaimana bocah manusia?!” tanya siluman tanpa mata. “Aku akui kalau gerakanmu memang cukup bagus untuk menghindar, tetapi kau masih belum dapat menggunakan senjatamu dengan maksimal!” Meski benci untuk mengakui, Zidan tidak dapat menolak fakta kalau sedari tadi dirinya sedang dipojokkan oleh siluman tanpa mata di hadapannya ini. “Cih! Ternyata gorila bertanduk sepertimu dapat bergerak tanpa hambatan!” Zidan memperkecil suaranya hingga tak terdengar oleh siluman tanpa mata. “Bagaimana caraku mengalahkan siluman biadab ini?!” Siluman tanpa mata berdiri dengan tegak, lalu berkata dengan nada angkuh, “Terserah kau ingin menyebutku apa! Tapi, satu hal yang jelas, kau tak dapat mengalahkanku hanya dengan kata-kata! Tarik pedangmu dan bertarunglah lagi denganku, bocah manusia yang tidak tahu batas kemampuannya sendiri!” Zidan pun berdiri dengan tegak, menarik keluar pedang pendek yang ia simpan, kemudian menjawab, “Akan kupastikan kau merengek meminta ampun padaku!” *** Di tempat lain, di dalam hutan, Vani dan Kyra yang tadinya tengah berlari sekuat tenaga, malah dihadang oleh satu siluman yang memakai katana. Siluman dengan tubuh tinggi itu, berdiri tegak sembari memasang wajah datar pada Vani dan Kyra. “Wah, wah, wah, apa yang sedang dilakukan oleh dua puteri manusia di sini? Apakah kalian tersesat? Mau aku antarkan pulang?” kata siluman itu. “Tapi pulang ke alam mimpi! Hahaha!” Vani berdiri di depan Kyra, sedikit merentangkan tangan kanannya untuk melindungi Kyra. “Maaf, kami tidak sedang memerlukan bantuan!” Vani berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Tapi kalau kau memang bersedia membantu, bantu aku dengan menyingkir dari jalan kami!” Si siluman lantas menebas-nebaskan katananya perlahan. “Sayangnya, hal itu tidak dapat kulakukan, bahkan untuk gadis-gadis cantik seperti kalian berdua.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD