Chapter 15 : Jurang

1082 Words
Embusan angin yang cukup kencang menerbangkan dedaunan. Langit juga begitu cerah, tidak ada tanda-tanda hujan akan turun. Setelah mengobrol dengan Kenzie selama beberapa waktu, akhirnya Kyra yang tadinya murung, sekarang menjadi ceria kembali seperti sebelumnya. Bahkan kini, dia dan Kenzie berjalan bersama sambil bercakap-cakap, hingga mereka sampai di tepi sebuah tebing. Mereka berhenti mengobrol, lalu Kenzie segera melirik ke sisi lain tebing. Di ujung sana terdapat tebing lainnya, sementara di bawah adalah ngarai dengan sungai kecil dan dataran berbatu. Kenzie pun segera mengarahkan pandangan ke sekitar, mencari jembatan atau apa pun yang menghubungkan kedua tebing, tetapi ia tidak menemukan apa-apa. “Haah ....” Kenzie mengembuskan napas, lalu berbalik. “Sepertinya kita harus pergi ke arah lain.” “Baiklah,” jawab Kyra. Setelahnya, mereka melanjutkan perjalanan, masuk ke dalam hutan, mencari apakah ada desa. *** Saat dalam perjalanan, dan mereka berdua sedang asik mengobrol, tiba-tiba Kenzie berhenti. Ia mendengar keributan jauh di depannya. Segera ia dan Kyra berlari sekuat tenaga, mencoba secepat mungkin sampai ke sumber suara. Kenzie berhenti di belakang sebatang pohon besar bersama dengan Kyra. Di depan mereka ada semak-semak yang juga menghalangi penglihatan. “Jangan berisik, jika tidak, kita akan ketahuan,” bisik Kenzie yang hanya ditanggapi anggukan kecil oleh Kyra. Dengan hati-hati Kenzie melirik ke depan. Tampak oleh kedua matanya, satu siluman tengah mencambuk-cambuk seorang pria tua di belakang sebuah gerobak. “Tidak berguna! Cepat bangun, angkat karungmu!” bentak si siluman tanpa menghentikan cambukannya. “Ampun ... ampuni aku, Tuan ....” Pria tua bertubuh kurus dan penuh luka yang dicambuk oleh si siluman, mencoba berdiri sambil meminta ampun kepada siluman, dengan gemetar. “Cepat bangun!” Satu cambukan lagi dilancarkan si siluman pada si pria tua, hingga pria tua itu jatuh terkapar di tanah, tak sadarkan diri lagi. Hal ini membuat si siluman menjadi marah. “Dasar tidak berguna!” Tanpa belas kasihan sedikit pun, siluman tersebut mencambuk si pria tua. Leher si pria tua patah, tetapi siluman itu tidak menghiraukannya. Dia malah menendang-nendang mayat si pria, sementara orang-orang yang ada di sana mematung kaku. “Tidak berguna. Kalian semua, buang mayat ini!” Siluman tersebut lantas menyuruh manusia yang ada di sekitar untuk membuang mayat pria tua yang dia bunuh. Kenzie melirik ke belakang, terlihat jelas kalau Kyra gemetaran melihat pembunuhan tadi. Akan tetapi, tanpa memedulikan gadis itu, Kenzie kembali mengarahkan pandangannya ke depan. “Siluman-siluman ini sangat kejam. Tapi, sayang sekali manusia tidak dapat memberontak dari mereka ...,” ucap Kenzie, pelan. Tak lama berselang, akhirnya siluman tadi pergi bersama dengan pria lain yang mendorong gerobak dengan muatan yang sangat banyak. Terlihat jelas kalau manusia hanya diperbudak untuk bekerja secara paksa, sementara para siluman menyiksa mereka sesuka hati. Kenzie dan Kyra masih tetap mununggu waktu yang tepat untuk memasuki desa, sebab tampaknya saat ini masih banyak siluman yang berkeliaran. Kenzie melirik ke belakang, lalu mengelus lembut rambut Kyra. “Tenanglah, kita akan baik-baik saja,” ucap Kenzie, sembari duduk. “Kita tunggu dulu mereka semua pergi, barulah nanti kita ke sana.” “Hm.” Kyra pun duduk bersama dengan Kenzie. *** Matahari sudah hampir tenggelam sepenuhnya. Cahaya berwarna jingga juga telah terpancar dari ufuk barat. Kenzie berdiri, diikuti oleh Kyra, kemudian melirik ke arah desa. Ia tidak melihat adanya tanda-tanda kehadiran para siluman, dan desa itu juga terlihat sepi seperti tidak dihuni. Akan tetapi, Kenzie masih terus mengamati, hingga akhirnya yakin kalau keadaan telah aman. “Sepertinya para siluman sudah kembali ke markas mereka,” kata Kenzie. “Ayo kita masuk ke desa itu, siapa tahu di sana ada informasi yang bisa kita peroleh.” “Ya ....” Setelah Kyra menjawab, mereka berdua pun memasuki desa dengan sembunyi-sembunyi. Mereka melihat kalau para penduduk desa telah masuk ke rumah masing-masing. Kenzie dan Kyra terus berjalan menyusuri jalanan desa yang sepi. Kenzie melirik ke sekitar, dan tidak menemukan siapa pun yang berada di luar rumah. Namun, ia tetap berjalan sampai akhirnya melihat seorang pria tua, berbadan kurus dan penuh luka. Belum sempat Kenzie menyapa pria tua itu, tiba-tiba ia mendengar sebuah ledakan di tempat lain. Sontak ia mencari sumber suara, dan melihat asap di arah barat. “Kyra, kita lihat ke sana!” Segera Kenzie menggendong Kyra pergi secepat mungkin ke sumber suara. Kenzie melompat ke atas atap rumah salah seorang warga. Dari atas sini ia melihat tiga siluman tengah meledakkan dan membakar sebuah rumah. Hal ini membuat ia bergidik kesal, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa, karena takut desa ini akan dihancurkan jika ia melawan mereka sekarang. “Ken ... zie ...?” Kyra gemetar kala melihat wajah Kenzie yang mengeras. “Kita pergi dari sini, Kyra ....” Kenzie pun lantas membawa Kyra masuk ke dalam hutan. Sesampainya di hutan, dalam diam Kenzie menurunkan Kyra, lalu menundukkan kepala. Kedua tangannya mengepal erat, dan giginya gemeretak, tidak tahan melihat perlakuan para siluman tadi yang semena-mena terhadap manusia. Satu pukulan keras dari Kenzie membuat pohon yang dipukulnya bergetar. Setelah itu, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Para siluman itu benar-benar tidak beradap!” Kenzie sekali lagi memukul pohon di sebalah kanannya untuk menghilangkan kekesalan. “Mereka harus membayar semua ini!” “Ken ... zie ..., tenanglah.” Kyra mencoba membuat Kenzie kembali tenang. Kenzie pun menghela napas panjang, lalu mulai melangkahkan kaki ke depan. “Aku akan mencari tempat aman untuk mengungsikan warga, lalu akan kuhabisi mereka semua!” “Aku ikut denganmu ....” Akhirnya Kenzie dan Kyra pergi mencari tempat atau lokasi untuk mengevakuasi warga, sebelum akhirnya Kenzie menyerang para siluman yang berkuasa di desa. Tak lama setelahnya, mereka berhasil menemukan sebuah lapangan luas yang dikelilingi oleh pepohonan. Sebelum pergi, Kenzie terlebih dahulu memastikan sekali lagi kalau tempat ini benar-benar aman. Ketika sudah yakin, barulah ia memutuskan akan menjalankan rencananya malam ini. “Tempat ini sepertinya bisa kugunakan untuk mengevakuasi mereka.” Kenzie pun menatap langit yang hampir gelap. “Kyra, aku perlu bantuanmu untuk mengevakuasi warga ketika aku bertarung. Bisakah kau melakukannya?” Kyra tersenyum tipis, lalu menjawab, “Tentu saja aku akan dengan senang hati membantumu. Aku pasti melakukan yang terbaik untuk itu.” Kenzie cukup senang mendengarnya. “Baiklah, sudah diputuskan.” Sontak Kenzie menepukkan kedua telapak tangannya, sampai-sampai membuat Kyra sedikit tersentak. Cahaya muncul dari telapak tangan pemuda itu, kemudian ia mengarahkan kedua telapak tangannya ke depan. Lingkaran sihir berwarna keemasan muncul di tengah-tengah lapangan, kemudian menyebar hingga membentuk pelindung yang melingkupi lapangan layaknya sebuah tempurung besar. Pelindung yang tadinya bercahaya itu, kemudian memudar dan menjadi transparan. Setelahnya, Kenzie berbalik, bersiap untuk menghabisi semua siluman.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD