Chapter 7 : Gadis

1093 Words
Pagi datang begitu cepat, udara segar berembus memberi napas kehidupan di hari yang baru bagi dunia. Mentari bersinar cerah, embun-embun di dedaunan pun mulai menguap. Kenzie pun bangun dari tidurnya, berjalan-jalan masuk ke dalam hutan untuk berburu. Usai meminum pil penyembuh, tubuh Kenzie sekarang sudah terasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Sesekali ia berhenti sejenak sambil menarik napas panjang, menikmati segarnya udara di hari yang baru. Sebelum melanjutkan perjalanan, karena udara yang segar dan sangat nyaman, Kenzie memutuskan melakukan pemanasan dan mengatur napas, kemudian berlari ke depan dengan pedang di tangan kanan. Ia dengan lincah melompat ke setiap batu besar, lalu beberapa kali melakukan gerakan berputar di udara sambil menebaskan pedang secara vertikal. “Hia!” Kenzie masih tetap melanjutkan gerakan sebelumnya, sampai ia benar-benar merasa lebih mudah menggunakan pedangnya. Waktu semakin berlalu, tetapi Kenzie tidak menyadarinya karena sedang keasikan berlatih. Gerakan berpedangnya yang tadi terlihat kaku, perlahan menjadi lebih halus. Kenzie lantas mendarat di tanah, kemudian menebas beberapa ranting kecil. Ia pun tersenyum setelahnya. “Haah ... akhirnya aku terbiasa dengan senjata ini,” ucap Kenzie, pelan. Akan tetapi, segera perutnya berbunyi, menandakan kalau dirinya lapar. “Haih ... aku lupa kalau aku seharusnya berburu. Tapi sudahlah, aku bisa melakukannya dengan cepat.” Tak lama mencari, akhirnya Kenzie menemukan seekor kijang yang tengah memakan rumput. Tanpa ragu ia melesat dan menebas kepala hewan itu sampai putus. “Ini terlalu mudah!” Beberapa saat berlalu, kini Kenzie telah menyantap daging kijang panggang seorang diri dengan lahapnya. Sepertinya, karena sudah sangat kelaparan, ia tidak mampu menahan diri agar makan dengan perlahan. “Tolong!!!” Sebelum mengunyah daging terakhir, suara teriakan mendadak menggema di dalam hutan. Kenzie dibuat berhenti mengunyah, dan burung-burung menjadi panik hingga berterbangan ke segala arah. “Tolong!!!” Teriakan tersebut kembali menggema, membuat Kenzie tidak dapat mengabaikannya begitu saja. “Sepertinya nafsu makanku menghilang,” kata Kenzie sembari bangkit berdiri, melirik ke sekitar. Tak lama berselang, teriakan tadi kembali terulang. Agar dapat menemukan sumber suara tersebut, Kenzie menutup mata, menajamkan pendengarannya. Seketika Kenzie membuka mata, segera berlari menuju ke arah timur. “Itu dia!” Tentu saja Kenzie sudah tahu dari mana suara teriakan minta tolong tersebut berasal. Akhirnya Kenzie berhenti, mengendap-endap di antara pepohonan serta semak-semak. Terlihat olehnya seorang gadis berambut perak panjang tengah berdiri tepat di tepian jurang. Di hadapan gadis tersebut ada tiga siluman bertubuh kekar yang mengepung. “Tolong!!!” Gadis tersebut berteriak, tetapi kakinya sudah tak bisa lagi melangkah mundur. “Ckckck, gadis manis, menurutlah. Ikutlah dengan kami,” ucap salah satu siluman sambil berjalan mendekati si gadis perlahan-lahan. Tubuh si gadis kian gemetar kala para siluman itu mendekatinya. Akan tetapi, kepala salah satu siluman seketika terpotong, jatuh menggelinding di tanah. Tepat di belakangnya, Kenzie memegang pedang di tangan dengan erat. Wajah pemuda itu datar, aura pembunuh yang kental keluar dari dirinya. “Kapten!” Dua siluman lainnya tersentak kala melihat kepala kapten mereka terpenggal. Namun, karena merasakan aura pembunuh yang kental, mereka segera mundur sejauh mungkin. “Cih! Apakah dia adalah buronan itu?” Siluman yang melompat jauh di samping kanan Kenzie mengupat kesal. “Jig! Mundur!” Siluman di samping kiri berteriak. “Mundur?” Kenzie lantas melesat ke samping kiri. “Jangan bermimpi!” Ia dengan brutal menebaskan pedangnya secara horizontal. “Jangan sombong kau!” Siluman yang diserang Kenzie langsung mengeluarkan rantai di balik bajunya, menariknya dengan dua tangan, menahan tebasan pedang Kenzie. Benturan keras terjadi, membuat suara nyaring menggema di dalam hutan. Namun, Kenzie segera melompat mundur, dan naasnya siluman lain menyerangnya dari belakang menggunakan balok besi besar. Bereaksi secepat mungkin, kali ini Kenzie memukul balok tersebut sekuat tenaga, hingga membuat si siluman yang menggunakannya terpelanting jauh. Serangan tidak berhenti cukup sampai di sana, sebab dari belakang, siluman lainnya menyerang Kenzie memakai rantai panjang. Seolah sudah tahu akan hal ini, Kenzie dapat dengan mudah menangkis serangan tersebut menggunakan pedangnya. “Cih!” Siluman berantai mengupat kesal sambil menarik kembali rantainya. “Ternyata kekuatan orang ini tidak main-main. Ia benar-benar kuat!” “Hanya ini kekuatan kalian?” Kenzie sengaja memprovokasi, mencoba membuat musuhnya kesal dan menyerang dengan ceroboh. Ia tahu benar kalau kekuatannya saat ini masih belum cukup menahan mereka terlalu lama, tetapi ia juga tak bisa kabur begitu saja. Terlebih, ia juga harus menolong gadis yang diganggu oleh para siluman ini. “Hia!” Seolah tak kenal menyerah, siluman berbalok yang bernama Jig melompat lagi, mengayunkan pedangnya secara vertikal, hendak menghantam Kenzie dari belakang. “Cev, pergilah, biar aku menahannya di sini!” “Cih!” Segera Kenzie menahan serangan dari Jig menggunakan pedangnya. Jig masih tidak menyerah, dia malah mendarat dan menyerang dengan lebih brutal. Kenzie dan Jig lantas saling menyerang dengan begitu cepat. Keduanya pantang menyerah menundukkan satu sama lain. Benturan antara pedang dan balok membuat suara nyaring menggema dan debu berterbangan di udara. Tak cukup sampai di sana, mendadak saja serangan peluru angin menghantam punggung Kenzie. Beruntung Kenzie terlindungi oleh Energi Sihir-nya, kalau tidak, mungkin sekarang ia sudah mati konyol. Masih belum terbiasa dengan pertarungan pedang, Kenzie memutuskan mundur sejauh mungkin, menjaga jarak dari Jig. Kenzie tak mengira kalau pertarungan ini akan menguras tenaganya cukup banyak. “Gawat ... kalau dia tak segera kubereskan, temannya itu pasti akan kembali dengan membawa pasukan. Sial!” gumam Kenzie sambil memutar otak, memikirkan penyelesaian dari masalah ini. “Baiklah, sudah kuputuskan! Akan kugunakan teknik itu!” Teknik yang akan digunakan Kenzie ini hanya bisa digunakannya satu kali dalam sehari, karena menguras cukup banyak tenaga dan Energi Sihir. Setidaknya, sekarang ini batasnya sekali dalam sehari. Akan tetapi, itu sudah lebih dari cukup untuk mengalahkan musuh dalam sekali serang. “Ha!!!” Jig melesat ke depan, mengayunkan pedangnya dari atas ke bawah. “Aku akan mengirimmu pergi ke tempat Kapten berada!” “Maaf ....” Kenzie merendahkan tubuh, membentuk kuda-kuda kuat di kedua kakinya. Pedang ia arahkan ke belakang, dari samping kirinya. Pedang tersebut memancarkan cahaya terang, Kenzie pun menundukkan kepala, lalu dalam sekejap mata ia telah berada di belakang Jig. Mulut Jig terbuka lebar, balok besi dan tubuhnya kini terpotong menjadi dua bagian. Sementara itu, Kenzie hanya berdiri dalam diam sambil menatap ke depan, tidak terlalu memeduli mayat Jig yang telah terbaring dan terpotong menjadi dua bagian. Ia sedikit menyesal karena membiarkan salah satu siluman melarikan diri, tetapi ia tidak mungkin mengejarnya sekarang, karena waktu tak mencukupi. “Haah ....” Kenzie mengembuskan napas panjang, lalu melirik sekitar. Terlihat olehnya gadis berambut perak tadi, yang menyaksikan pertarungan, telah jatuh berlutut di tanah dengan mata yang terbelalak lebar. Karena merasa bersalah, Kenzie memalingkan wajah ke arah lain. “Maaf ....”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD