Chapter 43 : Desa Damai III

1198 Words
Beberapa saat setelah Kyra pergi meninggalkan Kenzie, kini Kenzie juga melompat turun dari batu, kembali ke desa. Di desa, ia bertemu dengan Zidan dan Vani yang tengah berjalan bersama. Mereka bertiga pun kini menghentikan langkah kala mereka berjarak beberapa langkah, saling berhadapan. Dalam sekilas, satu hal yang Kenzie ketahui sekarang adalah, ada sesuatu yang salah pada Vani. “Karena kita sudah bertemu, aku tidak akan berbasa-basi, Kenzie,” ucap Vani, mendadak, membuat Kenzie terdiam, tidak tahu harus berbuat apa lagi. Vani lantas melanjutkan ucapannya, “Katakan padaku, kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau dan Kyra akan pergi siang ini?” Mendengar pertanyaan sederhana itu, Kenzie tidak lagi tegang, melainkan sedikit melongo karena tahu kalau pertanyaan Vani hanya sebuah pertanyaan yang remeh. Akan tetapi, pemuda itu lantas sedikit mengingat-ingat, lalu menjawab, “Apakah aku belum memberitahumu beberapa hari lalu? Kurasa aku sudah berencana memberitahumu, hm ..., apa aku benar-benar belum mengatakan padamu kalau aku akan pergi siang ini?” Tanpa mau mendengarkan lebih jauh, Vani sudah terlebih dahulu memukul kepala Kenzie dengan keras. “Dasar kau pak tua pikun! Kau tidak mengatakan apa-apa padaku, selain menawarkan padaku untuk ikut berpetualang bersamamu atau tidak!” Sembari terus mengoceh, Vani memukuli Kenzie hingga dia benar-benar puas. Tak lama berselang, akhirnya Vani puas memukuli Kenzie yang kini sudah babak belur dihajar oleh gadis itu. Kenzie hanya dapat diam, menerima takdirnya dengan tenang tanpa mau membantah, karena kalau ia membantah, Vani pasti akan menghajarnya lagi tanpa ampun sedikit pun. Namun, Kenzie lantas mengalihkan percakapan ke arah yang lebih serius, “Dari pada itu, bagaimana keputusan kalian berdua sekarang?” Mendengar pertanyaan itu, Vani dan Zidan saling menatap satu sama lain. Wajah mereka berdua pun tampak murung, tetapi tiba-tiba saja datang seorang pria dengan rambut sedikit memutih, menghampiri ketiga remaja yang sedang mengobrol ini. “Kalian bertiga seperti sedang membicarakan sesuatu. Apa aku dapat bergabung dengan kalian?” tanya pria paruh baya tersebut. Vani dan Zidan yang tadinya murung, seketika bereaksi mendengar ucapan pria paruh baya yang sekarang berdiri satu langkah di depan mereka. “Pak Khong? Apa ada yang perlu kami bantu?” tanya Zidan, refleks, sedangkan Vani hanya diam, tidak mengatakan sepatah kata pun. Sama dengan Vani, Kenzie juga diam saja, membiarkan Pak Khong berbicara dengan Zidan yang sekarang tampak kebingungan. Tentu Kenzie tidak tahu apa yang ada di pikiran Pak Khong, tetapi Kenzie tidak akan menyela apa yang hendak dikatakan oleh pria paruh baya tersebut pada Zidan. Spontan saja, Pak Khong memegang pundak sebelah kiri Zidan, menggunakan tangan kanannya. “Tuan Zidan, selama ini tuan selalu melindungi kami mau apa pun keadaan. Kami bisa hidup sekarang juga karena tuan. Tapi, maukah kau setidaknya mendengarkan apa yang hendak aku katakan?” Melihat arah pembicaraan ini sepertinya serius, Vani langsung berpindah dan berdiri di sebelah Kenzie, meninggalkan Zidan bersama dengan Pak Khong. Sedangkan Zidan sendiri, masih kebingungan bagaimana harus menanggapi, tetapi pemuda itu segera berkata, “Ya, aku tidak masalah untuk mendengarkan apa yang hendak Pak Khong katakan. Silakan katakan, aku akan mendengarkan dengan senang hati.” Pak Khong menghela napas sejenak. “Kalau begitu, aku akan membuatnya singkat saja untuk tuan. Apa yang hendak aku katakan adalah, sudah waktunya tuan memikirkan dan melakukan apa yang tuan inginkan. Jangan hiraukan kami, sebab kami di sini sudah sangat bahagia dapat beraktivitas dengan tenang di luar gua.” “Apa yang katakan?” Zidan berpura-pura tidak mengerti. “Aku hanya ingin melindungi kalian semua, jadi jangan berkata seolah ini adalah sebuah perpisahan. Ini bukanlah sebuah perpisahan, aku masih akan melindungi kalian dengan kedua tanganku sendiri ....” Pak Khong menggelengkan kepala. “Aku sudah tahu kau pasti akan menyangkalnya, tapi aku juga tahu apa yang sebenarnya kau inginkan selama ini.” Pria paruh baya itu pun melirik ke sekitar, dan dalam sekejap mata, para penduduk berkumpul di sekitar. Saat para penduduk mulai bermunculan, Kyra segera datang dan berdiri di sebelah Kenzie. Kenzie pun langsung melirik gadis yang sekarang tengah tersenyum lebar itu. “Pasti kau yang melakukan semua ini,” kata Kenzie pada Kyra yang tersenyum senang. “Hihi, aku kan sudah mengatakan padamu kalau aku akan menyiapkan segalanya sebelum memulai petualangan baru kita ...,” jawab Kyra. Di depan sana, Pak Khong masih menepuk-nepuk pundak Zidan, pelan, memberikan Zidan dorongan. Dia pun lantas menunjuk hati Zidan dengan tangan kanannya, berkata, “Kami senang kau melindungi kami selama ini, sepanjang waktu, agar kami selamat dan dapat hidup. Tapi, kami juga ingin, kau hidup sesuai dengan apa yang diinginkan oleh hatimu ....” Para penduduk pun segera bersorak, setuju dengan apa yang baru saja Pak Khong katakan. “Ya, apa yang Pak Khong katakan benar,” seru mereka. Melirik ke sekitar dari sudut ke sudut, membuat Zidan tidak sanggup menahan air matanya untuk keluar, karena terharu. Namun, ia tetap saja masih tidak jujur dengan dirinya sendiri. “Kalian adalah orang-orang yang sangat baik, yang membuatku merasa seperti memiliki rumah untuk pulang. Aku akan tetap melindungi kalian. Tapi, tapi ....” Pak Khong pun mengelus lembut kepala Zidan yang kini tertunduk. “Kami tahu. Dan kami berjanji untuk selalu dan selamanya menjadi rumahmu untuk pulang. Tapi, karena itulah, kau harus mengikuti kata hatimu. Sebagai seorang Tuan, kau bisa sedikit mengikuti keinginanmu sendiri.” Kali ini, Zidan sudah tak sanggup lagi menahan tangisannya. Ia sungguh terharu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat baik dan perhatian seperti mereka semua. Akan tetapi, setelah mengatahui semua itu, ia tidak lagi menyangkal keinginannya untuk ikut berpetualang melihat dunia bersama dengan Kenzie, Kyra dan Vani. “Terima kasih semuanya. Terima kasih. Sungguh terima kasih ....” Zidan sudah tak tahu lagi harus berkata apa, tetapi yang jelas, dia sangat senang sekarang karena para penduduk dengan sendirinya membiarkan Zidan melakukan apa yang Zidan lakukan. Di sini, tidak hanya Zidan yang menangis terharu, tetapi juga para penduduk yang melihat dan merasakan apa yang Zidan rasakan. Mereka semua sangat menghargai Zidan sehingga dapat sangat tersentuh seperti sekarang ini. Kenzie pikir, Zidan sangat beruntung mendapatkan orang-orang seperti mereka. Ketika yang lain sedang terharu mendengar Zidan mengungkapkan keinginannya, Kenzie malah melirik ke samping, tepatnya ke arah Vani yang sedari tadi hanya berdiri, tidak mengatakan sepatah kata pun. “Sekarang bagaimana denganmu? Zidan sudah memutuskan apa yang hendak dilakukannya. Apa kau juga sudah memutuskan?” Vani tersenyum tipis. “Mau bagaimana lagi, aku juga sudah tak memiliki beban, jadi aku harap kau melindungi dengan serius mulai sekarang ....” Kenzie lantas memalingkan pandangan ke arah lain. “Maaf saja, aku bukan penjagamu, jadi kalau kau ada dalam masalah, aku tidak akan mau terlibat dengan masalah itu. Kau pasti mengerti dengan apa yang aku katakan, kan?” Seketika bulu kuduk Kenzie merinding, lalu ia pun melirik ke samping. Benar saja, sekarang senyum menyeramkan terlihat jelas di wajah Vani. Gadis itu terlihat sangat menyeramkan, membuat Kenzie gemetaran. “Aku sangat paham dengan apa yang kau katakan ....” Meski mengatakan kalimat itu, ekspresi Vani benar-benar sangat berbeda dengan kalimat yang dia ucapkan dengan mulutnya sendiri. Akhirnya, Kenzie mengangkat kedua tangan, tersenyum canggung, berkata, “Aku hanya bercanda. Aku tidak akan mungkin membiarkanmu terjebak dalam sebuah masalah seorang diri ....” Namun, itu terlambat, karena sekali lagi Vani menghajar Kenzie tanpa ampun. Di sisi lain, Kyra hanya dapat melihat mereka berdua dengan canggung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD