bc

SUGAR BABBY [SIN SERRIES]

book_age18+
20.6K
FOLLOW
229.6K
READ
possessive
sex
arrogant
dominant
CEO
drama
suger daddy
city
affair
like
intro-logo
Blurb

Karena masalah ekonomi, Ayu menjadi seorang simpanan pengusaha kaya raya yang bernama Putra. Perbedaan usianya pun terbilang jauh, Ayu yang berumur 20tahun sedangkan Putra yang berumur 45tahun. Hubungan mereka hanya sekedar "take" and "give" , Ayu yang memberikan kenikmatan untuk Putra, sedangkan Putra yang memberikan segala kebutuhan untuknya. Awalnya semua berjalan dengan baik, namun perasaan yang seharusnya tak dimiliki oleh Ayu muncul begitu saja. Dia mencintai pria yang patut disebut sebagai ayah untuknya. Pria yang sudah memiliki istri dan juga anak.

Apakah Ayu akan mendapat kebahagiaannya dengan cara yang salah, ataukah sebaliknya??

#SIN_SERRIES

chap-preview
Free preview
SB - Chapter 01
Wanita bersurai ikal hitam berjalan sambil bersenandung membawa dua kantong plastik. Wanita itu tak henti - hentinya tersenyum. Sangat cantik. Memiliki senyum yang indah, terlebih lesung yang melekat pada pipinya. Tubuhnya pun kuning langsat tak terlalu kurus tapi juga tak terlalu gemuk. Dia membuka pintu memasuki toko. Berjalan meletakan kantong belanjaannya dimeja dan kemudian masuk kedalam mengganti bajunya dengan baju biru khas pegawai toko. "Ayu, kamu jangan lupa bersihkan meja setelah toko tutup. Baru kamu bisa pulang," ucap wanita paruh baya kepadanya. "Siap Cik," Cik adalah panggilan untuk wanita berkulit putih, memiliki mata sipit, dan biasanya berwajah Cina. Setelah kepergian wanita paruh baya itu, tiba – tiba datanglah seorang wanita, yang kemudian menghampirinya. "Yu, gue minta tolong dong." Ayu yang sedang membersihkan meja, kemudian menoleh, menatap ke samping melihat seorang wanita yang berdiri sejajar dengan dirinya. "Minta tolong apa, Mit?" tanyanya. "Bisa lo gantiin shift malam gue, nggak? Gue nggak bisa berangkat soalnya." "Oke, lagi pula jadwalku juga kosong. Aku bisa bantuin kamu buat ngisi s**t kamu, Mit." "Makasih banyak Ayu!!" peluk Mita girang. Ayu tersenyum senang melihat sahabatnya yang terlihat bahagia. Dia kemudian, menepuk bahu Mita, untuk melerai pelukannya. "Memang kamu mau kemana Mit? Bukannya kamu nggak terlalu sibuk ya, besok?" Mita melihat ke sekitar, lalu mendekat, dan berbisik ditelinga Ayu. "Gue kerja sampingan," bisik Mita. Ayu mengerutkan keningnya saat mendengar bisikan yang keluar dari mulut sahabatnya. "Kerja apa?" tanya Ayu polos. "Memuaskan hasrat seorang pria,” dengan santainya Mita mengatakannya tanpa wajah berdosa. Ayu terkejut. Dia bahkan menutup mulutnya tak percaya mendengar ucapan wanita itu. Dia memang tidak berpengalaman dalam hal dewasa, namun dia juga paham dengan apa maksud ucapan dari Mita. "Kamu gila Mit?!" teriak Ayu. Mita membekap mulut Ayu kencang supaya orang - orang tak mendengar ucapan dari Ayu yang cukup keras. Dia membekap sambil menempelkan satu jari diatas bibirnya. "Stss... jangan teriak. Nanti orang pada denger semua. Bisa mati gue ketauan!" Setelah itu Mita melonggarkan bekapannya. Ayu yang masih tidak percaya, masih saja melotot ke arah wanita itu. Sementara Mita hanya menanggapinya seperti biasa, bahkan bisa dikatakan dengan santai. "Elo tu nggak bakal bisa nolak kalau jadi gue. Jadi sugar baby suami orang, nggak bakal rugi. Kita itu malah untung besar," jelas Mita. Ayu, wanita itu nampak tak setuju dengan ucapan Mita. Dia hendak memperotes, namun Mita terlebih dahulu berbicara menyela kembali ucapan Ayu. "Kita itu ekonomi pas - pasan. Ngandalin cuma jadi penjaga toko pun, nggak akan bisa nyukupin makanan kita. Belum juga kebutuhan lainnya. Jadi perempuan itu realistis aja Yu, selagi ada yang mudah kenapa kita cari yang susah?” Ucapan Mita membuat dirinya berfikir kembali, tapi memang yang dikatakan wanita itu sangat benar. Menjadi sugar baby tidak perlu membanting keringat untuk mendapatkan uang. Mereka hanya perlu mendesah, dan memuaskan daddy mereka diranjang. Maka uang akan mengalir dengan sendirinya. Tetapi, dilain sisi, hati kecilnya menolak menyetujui ucapan dari Mita. Itu sama saja merusak pernikahan orang lain. Dan itu adalah perilaku yang sangat buruk menjadi simpanan pria yang sudah menikah. Ayu masih saja berspekulasi dengan pemikirannya sendiri. Mita yang melihat Ayu melamun langsung menepuk bahunya untuk menyadarkan kembali wanita itu. "Woy, ngalamun aja. Gue cabut dulu! Jangan lupa, lo besok harus gantiin gue shift, oke?!" Ayu terkejut hanya mengangguk, dan menjawab seadanya, “Ah, iya Mit.” *** Setelah menggantikan shift malam Mita, Ayu langsung mengayuh sepeda untuk pulang ke rumahnya. Setelah sampai dirumah, dia disambut dengan suara argumen kedua wanita. Telinganya terasa sangat panas, dia bahkan merasa sangat berdebar saat ini. "Jaga mulut kamu, Nah!" ucapnya marah menggebu - gebu. Dadanya naik turun seolah menjaga emosinya. "Halah, orang miskin seperti kalian itu bisa apa?! Kalian bisanya hutang diwarung aku, tanpa bayar!” kata wanita paruh baya sambil berkacak pinggang. "Aku bakal bayar semuanya, tapi tolong jaga ucapan kamu mengenai keluargaku!" Wanita paruh baya itu malah tertawa, "Loh, memang benarkan? Kamu diceraikan suamimu karena dia lebih memilih wanita yang sederajat dengannya. Tidak seperti kamu, wanita kelas bawah yang tidak tau malu menginginkan pria kaya raya. Seharusnya, kamu itu sadar… Sudah mlarat kok sangat belagu sekali ck!" Ayu yang diam – diam yang mendengar telinganya menjadi panas. Dia seolah yang sedang di posisi wanita yang berargumen dengan wanita baya itu. Hatinya sangat sakit. Bahkan wanita itu mengepalkan tangan, saat mendengar Ibunya dihina seperti itu. "Pergi kamu dari rumahku!!" usir Ibu Ayu. Dengan congak, Ibu bernama Inah ini keluar dari rumah Ayu. Dia sempat berpapasan dengan Ayu, namun dia malah mendapat tatapan sinis darinya. Wanita baya itu berhenti sejenak, dan menatap kembali ke belakang, menatap Bilal, ibu Ayu dengan sangat sinis. “Yang betah tinggal di gubug seperti ini siapa? Nggak betah! Oh iya, dan satu lagi ya Bilal, jangan lupa lunasi hutangmu secepatnya, awas aja kamu sampai lupa!” Kemudian Ayu masuk kedalam untuk mendekati Ibunya. Ayu, yang melihat Ibunya yang masih marah menggebu – gebu mencoba menenangkan Ibunya. "Bu...." panggilnya. Bukannya melembut mendengar putrinya yang memanggil, wanita baya itu malah menaikan suaranya. "Apa?! Kamu mau apa?!" teriaknya. "Ayu cuma mau ngasih ini aja kok Bu." Ayu menyerahkan sekantong nasi uduk untuk Ibunya. Ibunya dengan kesal, dia mengambil nasi yang Ayu berikan, tetapi wanita itu malah membuangnya, hingga nasi bungkus itu terjatuh di lantai. "Jika Bapakmu dulu tidak nafsu dengan wanita tidak tau malu itu, sudah pasti kita tidak akan hidup susah! Ibu tidak akan jadi perbincangan warga sekitar, atau menjadi seperti ini!" Ayu hanya diam mendengar unek - unek Ibunya. Sambil memilin baju, dia menatap sendu sambil memperhatikan sang ibu yang tengah marah. "Wanita itu merusak kehidupan kita, bukan hanya Ibu saja!" isaknya. Ayu mendekat, dia memegang bahu sang Ibu perlahan. Dia mengelus sambil berusaha menenangkannya, "Sudahlah Bu. Bapak juga sudah lama meninggalkan kita. Kita bisa hidup berdua disini. Ibu, dan juga dengan Ayu…." Mendengar ucapan Ayu, Ibunya menjadi berang. Dia menampis tangan Ayu yang berada diatas bahunya. "Enak saja omonganmu itu! Dia lepas kewajiban menafkahi kamu dan Ibu. Kita susah, untuk makan saja susah. Seenak udel ngomong hidup berdua. Kamu kira gaji kamu sanggup membiayai hidup kita? Membayar semua hutang - hutang? Tidak! Kamu hanya penjaga toko Yu... apa yang bisa diharapkan dengan gaji sekecil itu?!" "Apa salahnya sebagai penjaga toko..." Setelah pertengkaran dengan Ibunya, mereka masuk ke kamar masing - masing. Hingga pagi tiba, tak ada salah satu dari mereka yang saling bertegur sapa. Terlebih, Bilal Ibunya yang sangat dingin kepada Ayu. Ayu merasa sudah biasa menjalani hidup seperti ini hanya bisa menghela napas. Dia kemudian berangkat bekerja. Wanita itu menjalani, aktivitas seperti biasanya, bekerja dengan menaiki sepeda miliknya. Dia mengayuh sepeda dengan semangat. Saat sampai dipertigaan jalan, sebuah mobil mewah menghantam bagian depan sepedanya. Dia terjatuh ke tanah. Permukaan tangannya tergores, dan terluka. Permukaan tangan wanita itu mengeluarkan darah segar. "Ashh..." ringisnya. Seseorang dari balik kemudi turun dan mengecek kondisi wanita yang dia tabrak. Ayu sekilas melihat seorang pria matang menghampirinya. Dilihat dari pakaiannya, dia seperti orang yang sangat kaya. Menggunakan setelan jas hitam, sangat rapi sekali dari ujung rambut hingga kaki. Jangan lupakan harum tubuh yang sangat menyegrak diindra penciumannya. "Kamu tidak papa?" tanyanya. "Saya tidak papa Pak. Saya hanya mengalami luka ringan saja," ucap Ayu sambil bangkit untuk membenarkan sepedanya. Pria yang menabrak dirinya itu juga membantu Ayu untuk berdiri. Dia kemudian mengeluarkan sebuah kartu nama dan tersenyum lembut. “Ini adalah kartu nama saya. Kamu bisa menghubungi saya, jika sesuatu terjadi kepada kamu. Kalau begitu, saya harus pergi sekarang.” Ayu menerima kartu nama yang pria itu berikan kepadanya. Kemudian pria kaya itu menghilang bersama mobil hitam mewahnya yang baru saja melewatinya. "Putra Raksmana, CEO?" mata Ayu membulat. Dia kira, CEO hanya terdapat dinovel - novel yang dia baca sebelumnya. Namun, baru saja dia bertemu seorang CEO tampan. Walau sudah tak muda lagi, dan entah berapa umur pria tadi, tapi  pria itu masih terlihat tampan dan juga berkarisma. Kemudian Ayu menghela napasnya, "Andai aku bisa menjadi orang kantoran seperti pria tadi. Tapi, mana mungkin? Ijazahku hanya ijazah SMA. Bisa bekerja seperti apa disana? Tukang bersih - bersih?" ucap Ayu sambil mengangkat bahunya. Kemudian Ayu menyimpan kartu namanya di dalam tas. Ayu kembali melanjutkan perjalanan untuk menuju ke tokonya, dengan menuntun sepedanya. Jarak antara tempat dia pijak, dengan toko hanya beberapa meter saja. Sampai didepan toko, Ayu langsung menaruh sepedanya diparkiran dan masuk ke dalam. Baru saja dia membuka pintu toko, wanita itu melihat beberapa orang yang berkumpul. Ternyata, isi toko begitu ramai sekali hari ini. "Bukannya ini belum jam buka toko? Lalu kenapa ramai sekali?" lirihnya. Wanita itu menghampiri kerumunan. Dia dapat mendengar jelas, beberapa tangisan dari para pegawai toko. Tangisan para pegawai toko membuatnya dilema. Apa yang sedang terjadi saat ini? Akhirnya, wanita itu memutuskan untuk menghampiri seorang wanita yang sedang menangis tersendu – sendu. "Mbak, ini ada apa ya? Kenapa semuanya, Ayu lihat menangis?" Wanita itu menoleh ke arah Ayu dengan mata sembabnya, "Yu, aku dipecat hikss hikss…." Ayu membelakkan mata mendengar ucapan wanita itu. "Apa, dipecat Mbak?" “Benar, Yu. Aku di pecat. Kamu memang belum mengetahui jika Cik Lan, melakukan PHK besar – besaran terhadap pegawai?” Ayu menutup mulutnya tak percaya mendengar dari ucapan rekan kerjanya. Dia jadi berfikir bagaimana nasib pegawai yang dipecat setelah ini untuk menyambung hidupnya. Ayu dengan bingungnya, hanya menggelengkan kepalanya, “Tidak Mbak. Aku tidak tau kalau Cik Lan melakukan PHK.” “Aku salah satu yang kena pecat, Yu hiks hiks… Coba kamu cek dipapan, nama kamu tertera atau tidak. Jika tidak, artinya kamu selamat dari PHK." Mendengar ucapan Mbak Dinda, Ayu langsung membelah kerumunan dan mencari namanya disana. Dari ujung hingga akhir, dia melihat daftar nama pegawai yang terkena PHK. Matanya mengabsen daftar nama dari atas hingga bawah. Begitu banyak sekali daftar pegawai yang dipecat. Tapi, tiba – tiba sebuah nama membuat bola matanya membesar. "Ayu Wulandari..." Seketika tubuhnya lemas. Namanya berada dalam daftar list, otomatis bahwa dia juga akan ikut dipecat dan kehilangan pekerjaannya. Ayu hanya diam mematung sambil menatap kosong papan itu. Jika dia dipecat, bagaimana dia akan menyambung hidupnya kedepan. Dia tidak memiliki pekerjaan cadangan. Dia hanya mengandalkan menjadi penjaga toko dua tahun belakangan ini. "Yu!" Pundaknya ditepuk. Ayu yang kaget menoleh ke arah belakang. Ternyata yang menepuk pundaknya adalah Mita. Wanita itu datang santai seperti biasanya. "Mit, kamu sudah tau Cik Lan PHK besar - besaran?" tanyanya dengan mata memanas menahan tangisnya. "Gue tau. Terus kenapa?" "Terus bagaimana hasilnya, Mit?" "Dipecat," jawabnya santai. Ayu tidak mengerti kenapa temannya bersikap biasa saja saat dipecat. Padahal itu adalah pekerjaan mereka selama dua tahun. Apakah dia tidak sedih karena pemecatannya? "Kenapa aku liat kamu nggak sedih ya, Mit?" tanya Ayu bingung. Mita malah tertawa menatap Ayu. Bukankah sangat aneh, Mita masih sempat tertawa saat dia masuk ke dalam pegawai yang terkena PHK oleh toko tempat dia bekerja. "Yu... Yu... gue harus wow gitu dipecat, nangis - nangis bombay kayak yang lain?" kata Mita dengan nada bercanda. "Ya, aku nggak tau." "Gue dipecat atau nggak itu biasa aja menurut gue." Kemudian Mita membisikan ditelinga Ayu, "Karena gue punya daddy." Ayu merinding mendengarnya. Dia memilih untuk bungkam tidak mau meneruskan percakapannya. "Gue bisa kok kenalin lo ke daddy yang lainnya kalau lo mau. Gimana?" kata Mita dengan menaik turunkan alisnya. Ayu menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan Mita. "Nggak mau ah. Yang bener aja kamu Mit." "Pikirin dulu deh, hubungin gue kalau lo berubah pikiran," ucap Mita sambil menepuk bahu Ayu dan pergi begitu saja. *** Ayu Wulandari pulang dengan membawa rasa kecewanya. Dia dipecat. Bahkan sekarang dia masuk dalam kategori pengangguran. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Ayu adalah tulang punggung bagi keluarganya. Untuk menyambung hidup mereka, wanita itu mengandalkan menjadi penjaga toko. Jika dia dipecat sekarang, bagaimana hidupnya bisa berlanjut. Langkahnya membawa wanita itu pergi untuk menemui sang Ibu. Ditatapnya sendu wanita yang tengah mencuci beras didapur memunggunginya.  "Bu..." panggilnya.  Bilal, sang Ibu melirik wanita itu dengan tajam. "Apa?!" balasnya ketus.  "Ayu dipecat Bu," lirihnya.  Prang Panci berisi beras yang sedang dicuci oleh Bilal dibanting. Ayu yang melihatnya terkejut. Isi – isi berasnya berserakan dilantai. "Bu?!"  "Memang anak tidak berguna kamu. Sama seperti Bapakmu!" Setelah mengucapkannya, Ibu Ayu pergi ke kamarnya. Ayu yang melihat beras berjatuhan memungutinya dan membersihkan. Saat tangannya menyapu beras - beras yang jatuh, air matanya ikut luruh kebawah. Dia merasa hidupnya sangat berat untuk dia panggul sendirian.  "Sabar Yu... ini semua cobaan." Ayu kemudian masuk ke kamarnya. Dia berbaring di ranjang dan menatap dinding langit kamarnya. Selintas ucapan pagi hari dengan Mita muncul di otaknya.  "Apa aku harus terima tawaran Mita?" tanyanya ragu - ragu. Sedetik kemudian Ayu menggelengkan kepalanya.  "Astaga Ayu, apa yang kamu fikirkan," katanya sambil menggelengkan kepala. Dret Ponselnya berdering, Ayu meraihnya dan melihat siapa yang menelpon.  Mita is calling. "Halo Mit?"  "Gue denger lo berantem sama nyokap lo karena nyokap tau lo dipecat?" "Kok kamu bisa tau Mit?" "Siapa sih yang nggak tau kalau lo sama nyokap lo berantem. Semua warga denger bego, orang suara nyokap lo kaya bledek,” kata Mita. "Oh gitu."  "Lo pikirin deh tawaran gue, gue yakin lo pasti nantinya nggak bakal nyesel."  Tut Sambungan diputus oleh Mita. Wanita itu menghela napasnya bimbang. Dia memutuskan melupakannya sejenak, dan tertidur. Keesokan harinya, wanita itu berdiam diri dirumah. Dia adalah seorang pengangguran sekarang. Tak ada yang bisa dia lakukan sekarang. "Bu, kenapa belum ada makanan?"  Ibunya yang sedang menonton TV berkacak pinggang.  "Didapur persediaan habis, mau masak pake dengkul kamu?!"  Dari pada mendebat Ibunya, Ayu lebih memilih keluar rumah menyegarkan otaknya. Dia berjalan mengelilingi kampung ke kampung.  "Yu!" teriak seseorang yang memanggilnya dari jauh.  "Mita?"  "Ngapain muka lo ketekuk asem kek gitu."  "Dirumah nggak ada yang bisa dimakan. Ibu marah terus sama aku." "Ck, udah lah lo ikutin saran gue. Lo bisa bikin nyokap lo seneng dengan lo yang banyak duit yakan?" "Tapi aku nggak mau ngerusak pernikahan orang Mit." "Kalau itu yang dipikiran lo, lo salah! Mereka sendiri yang memilih untuk tidak berkomitmen dengan pasangannya. Jadi jangan salahin kita sugar baby yang buat daddy puas dengan kita." "Tapi Mit...." "Nggak ada tapi - tapian. Gini ya Yu, seandainya seorang istri ngepuasin suaminya, dia nggak akan berpaling ke wanita lain. Itu salah istrinya sendiri nggak bisa menjaga apa yang sudah menjadi miliknya..." "Tapi aku takut." "Yang lo takut in apa? Lo mikir daddy tua bangkotan wajah preman gitu?" Ayu hanya mengangguk meng-iyakan ucapan Mita.  "Ayu... Ayu... daddy sugar yang ada dipikiran lo itu salah. Lo liat cowok tampan yang ada disana?"  Mita menunjuk ke arah pria matang dengan setelan jas dongkernya dan mobil mewah miliknya. Sangat tampan, seperti aktor televisi.  "Ganteng."  "Dia Nicolas, daddy gue." Ayu melongo mendengar ucapan Mita. "Serius kamu, Mit?"  "Iyaps. Dia pria yang sudah menikah dan memiliki tiga anak. Usianya lima puluh tahun. Dia yang mencukupi materi gue selama setahun ini. Dan gue nyaman dengan profesi gue saat ini," lanjutnya. Ayu hanya mengangguk - angguk mendengar ucapan Mita. Kenapa melihat daddy milik Mita membuat dirinya sedikit tergiur.  "Yu, pikirin deh baik - baik. Lo datang ke cafe besok jam lima, kalau emang lo butuh duit. Lo bakal ketemu orang yang mau jadi sugar daddy lo disana." Mita menyerahkan secarik kertas padanya. Ayu pun, menatap alamat yang tertera pada kertas.  "Gue cabut dulu, daddy udah nunggu gue." Ayu masih menatap Mita yang berlalu pergi kemudian mencium pria matang itu lalu pergi bersama mobil mewahnya. Ayu menghela nafas dan menggigit bibir bawahnya. "Aku harus gimana?" gumamnya. Ayu merasa gusar setelah melihat semuanya. Dia tidak mungkin mengikuti jejak Mita untuk menjadi hidup enak dan bergelimangan harta. Dia tidak mungkin membuat Ibunya kecewa dengan menjadi simpanan pria yang sudah menikah... Tapi, dia ragu apakah dia akan bertahan dengan keputusannya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Istri Muda

read
392.1K
bc

Papah Mertua

read
530.4K
bc

I Love You Dad

read
283.1K
bc

Yes Daddy?

read
798.5K
bc

I LOVE YOU HOT DADDY

read
1.1M
bc

Dependencia

read
186.7K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
927.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook