Bercanda

1133 Words
“Kamu nakal sayang,” ucapnya menghunjamku keras tanpa irama, aku tidak dapat berbohong permainan yang dilakukannya sangat aneh bahkan membuatku tak kuasa harus meremas seprei. Terdengar suara ketokan pintu dari luar, Chaing He langsung menutup mulutku. “Maaf mengganggu Pak, ada sesuatu yang harus Bapak tanda tangani.” Aku melihat Chaing He tidak peduli sama sekali. Rasanya aku sulit bernapas saat tangannya menutup rapat mulutku, kulihat dia dan tampak wajahnya kesal. “Katakan pada semuanya, satu jam lagi baru boleh datang ke ruanganku.” “Baik Pak.” Dilepasnya mulutku. “Sakit, cepat hentikan,” ucapku yang tak dapat menahannya lagi. “Sebentar lagi,” balasnya dan dia membuat kecepatan penuh bergerak, aku hanya bisa pasrah merasakan setiap sentuhan yang menggerayangiku Hingga akhirnya dia keluar di dalamku. Aku menatapnya sayu, jika dia terus melakukannya aku bisa hamil. Dipegangnya kepalaku. “Hari ini minumlah obat, besok aku akan pakai pengaman,” ucapnya. “Kamu kira aku boneka seks setiap hari diperkosa?!” teriakku dan dia hanya tersenyum merapikan bajunya. “Mandi sana, sebentar lagi mereka akan datang,” ucapnya dan itu membuatku kesal setengah mati, ingin rasanya aku melempar kursi ini tepat ke kepalanya. Aku mengambil bajuku yang berserakan dan pergi ke kamar mandi yang ada di ruangannya dengan mengentakkan kakiku kuat, aku mendengarnya terkekeh kuat. Selesai aku mandi, aku melihat ruangan ini kosong, ke mana dia pergi? Apa yang dia lakukan sekarang? Aku menata rambutku, sebelum aku keluar aku melihat rak bukunya yang tersusun rapi. Satu per satu aku perhatikan sampai akhirnya aku melihat sebuah foto, terlihat di sana foto Chaing He dengan keluarganya mungkin? Karena aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya. Aku langsung melihat jam dan keluar memulai kembali pekerjaanku, aku melihat dia sedang sibuk meeting, apa yang aku lakukan ini benar? Menjadi wanita simpanannya? Apa hidupku akan bahagia setelah kontrak ini atau aku akan menjadi sangat menderita. Lebih baik aku sekarang melakukan pekerjaanku, satu jam setelah meetingnya selesai aku langsung menemuinya. “Malam ini kamu harus menemuiku menjumpai klien!” ucapnya saat aku masuk. Aku menganggukkan kepalaku dan pamit untuk keluar. “Bentar!” panggilnya lagi dan aku berbalik. “Kemari,” ucapnya dan aku menghampiri dia. “Temani aku, sebentar lagi akan selesai dan kita akan makan siang,” ucapnya dan aku hanya membuat mataku malas. Aku menunggunya di sofa sambil bermain dengan ponselku, aku melihat postingan lucu dan terkekeh sendiri. “Jangan bersenang-senang sendiri.” Aku langsung mematikan ponselku dan melihatnya cepat. “Apa yang kamu lihat?” tanyanya dan aku hanya membulatkan mataku saja. Dia menatapku tajam lalu menarik tanganku, dia menarikku keluar. Apa dia sudah gila, jika orang kantor berpikiran aneh bisa-bisa aku jadi bahan gosipan mereka. Aku hanya duduk di mobil dan dia menyetir dengan gaya yang menurutku biasa saja. Beberapa menit kemudian kami sampai, aku melihat sekelilingku. Ini adalah sebuah restoran ternama. Saat aku berbalik mau melihatnya, mataku sontak melihat dia tepat di depan mataku dengan jarak hanya 1 inci saja. Dia membuka bibirnya sedikit, kutelan salivaku melihat bibirnya yang merah tersebut. Kumundurkan kepalaku pelan, tapi dengan sigap dia menarikku tepat mengenai bibirnya. Seperti biasa dia mulai melumatnya dengan pelan lagi, kali ini aku akan merasakan nikmatnya. Gerakan benda panjang di mulutnya yang lihai serta mengabsen setiap gigiku membuatku sedikit panas, aku tidak boleh masuk ke tempat yang jauh lagi. Kudorong tubuhnya dan dia langsung menatapku kesal sambil membersihkan bibirnya begitu pun denganku. “Aku sudah lapar, kita makan saja ya,” ucapku agar dia tidak tambah kesal lagi. “Hm,” ucapnya keluar dari mobil. Aku mengikutinya dari belakang, dia melihatku dan langsung menarikku tepat di sampingnya. “Berjalan di sebelahku,” ucapnya dan aku sedikit terkekeh. Setelah kami masuk dan duduk dia langsung memesan makanannya. “Kamu mau apa?” Aku mengangkat kedua bahuku dan akhirnya bosku sendiri yang memilihnya. Beberapa menit setelah makanan itu sampai, aku melihat semua hidangannya dan percayalah tak ada makanan yang mau aku makan, di sana ada cumi-cumi yang Cuma direbus, daging mentah yang harus dimasak sendiri dan itu mau membuatku muntah. Aku memanggil pelayan itu lagi. “Aku pesan nasi goreng ya,” ucapku dan saat aku melihat ke arah Chaing He matanya tampak heran. “Itu ... aku tak biasa makan-makanan seperti ini,” ucapku langsung tanpa mendengar pertanyaannya dulu. Dia menatapku malas dan makan terlebih dahulu, beberapa menit kemudian pesananku sampai, dia langsung saja memasukkan daging yang dimasaknya tadi ke piringku. “Itu, biar kamu tambah sehat dan bisa melayaniku,” ucapnya dan membuatku sedikit kesal. “Tidak perlu kamu bisa mengambilnya,” balasku berniat menaruh daging ini ke piringnya. “Eh, kamu berani melawan? Cepat makan! Lagian apa vitamin hanya makan nasi goreng dengan irisan daging sedikit saja?” tanyanya kesal sambil memasukkan daging ke mulutnya. “Aku tidak mau makan, bisa saja daging ini belum masak, aku tidak suka,” tolakku dan dia menjatuhkan sumpitnya. Aku menatapnya takut, apa dia akan memarahiku? Di ambilnya garpu dari tanganku dan menusukkan daging tersebut lalu mengarahkannya padaku, aku menutup mulutku tapi dia langsung memandang dadaku menyeringai. Dari pada aku diperkosa lagi lebih baik aku memakannya, aku membuka mulutku dan dia langsung memasukkannya aku mengunyahnya dengan sedikit takut, tapi benar yang dia katakan daging ini enak, gigitan pertamanya saja mengandung rasa yang luar biasa. “Bersihkan mulutmu,” ucapnya melempar sapu tangan ke arahku. Aku langsung membersihkannya, tapi dia berdecit saat melihatku. Apa aku salah lagi? Kenapa dia membuat wajah seperti itu. Dia mengambil sapu tangan dari tanganku dan langsung membersihkan mulutku, itu membuatku terpaku dan tak bisa berkata, sentuhan tangannya yang lembut dan besar membuatku terpesona. “Makan!” ucapnya lagi dan aku langsung makan. Beberapa menit kemudian dia mengantarku pulang. “Siap-siaplah dua jam lagi aku akan menjemputmu. Ingat, berpakaianlah yang rapi dan cantik!” ucapnya. “Jadi aku tidak cantik selama ini?” tanyaku dan memasang mata sinis. “Maksudku yang lebih cantik!” tegasnya lagi. “Kalau begitu temani aku beli baju,” ucapku lagi dan dia langsung menjalankan mobilnya. Dua jam di rumah? Siapa yang mau tidak ada siapa pun di sana, aku tidak suka sendirian. Selama perjalanan dia hanya diam seperti patung aku pura-pura mencubit pahanya dan membuatnya menatapku kesal, aku langsung mengalihkan mataku dan dia berhenti menatapku. Aku cubit lagi pahanya dan dia tidak menatapku, kini aku akan membuatnya lebih keras. Aku mencubit pahanya kuat dan dia langsung berteriak, lalu tiba-tiba menepikan mobilnya. Dia menatapku dan aku tertawa melihat mukanya yang menahan sakit, didekatkan kepalanya ke arahku dan membuatku diam. “Kamu harus membayarnya.” “Aku salah apa?” jawabku polos dan dia hanya menatapku malas, dengan cepat dia langsung mencium bibirku, aku hanya bisa diam, tapi ada yang aneh biasanya dia selalu melumatnya tapi kenapa sekarang hanya dicium begitu saja. “Sudahlah,” ucapnya kembali melajukan mobil. Selama perjalanan aku hanya diam, dari pada dia memakanku lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD