Kalla dan anak laki-laki itu berada di taman dekat rumah Kalla. Tempat Kalla bersembunyi sebentar dari pertengkaran orang tuanya, yang tak seharusnya Kalla saksikan. Kalla mundur perlahan, menjauhi anak laki-laki yang menggandengnya sejak tadi. Kalla melihat sedikit sinis namun juga penuh ketakutan. Kalla ingin berlari, tapi sayangnya Kalla sudah kelelahan, Kalla juga belum mengisi perutnya seperti yang dilakukan kebanyakan anak setelah pulang sekolah.
"Jangan takut," ucap anak laki-laki itu kepada Kalla dengan sangat lembut. Anak laki-laki itu paham jika Kalla takut dengan kehadirannya. Namun, tidak ada niat jahat seperti yang sedang Kalla pikirkan.
"Aku nggak punya maksud jahat kok. Lagian kan kita masih sama-sama kecil. Kalau aku culik kamu, gimana caranya? Aku juga belum bisa nyetir mobil, aku juga belum kuat kalau harus gendong kamu kaya penculik-penculik yang ada di TV. Jadi, kamu salah kalau berpikir aku ini mau culik kamu.
"Terus kenapa kamu mau nolongin aku?" tanya Kalla dengan wajah yang masih ketakutan.
"Memang kenapa kalau aku mau nolongin kamu? Kata mama sama papa aku, kita itu harus tolong menolong. Kalau ada yang butuh bantuan kita, ya harus kita tolong dong," Jawab anak laki-laki yang mengajak Kalla ke taman untuk menghindari perkelahian kedua orang tua Kalla.
"Aku Aksa, kamu siapa?" Aksa memperkenalkan diri, sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
Kalla masih terlihat takut dengan Aksa. Masih ragu untuk mengulurkan tangannya, masih ragu untuk menyebutkan namanya. Kalla masih melihat Aksa dengan sedikit sinis, menatap dengan penuh ketakutan, tapi terkadang tatapan Kalla seperti membutuhkan seorang teman. Sayangnya, perasaan itu tertutup dengan perasaan takut karena baru hari ini Kalla bertemu dengan Aksa.
"Kita kenalan dulu, yuk. Biar kamu lebih tenang, lebih nyaman, dan lebih percaya sama aku. Aku nggak punya niat jahat sama sekali kok sama kamu. Mau ya?" Aksa membujuk Kalla untuk berkenalan, Aksa mengulang mengulurkan tangannya.
"Aku Ayudia Kalla. Kamu bisa panggil aku Kalla," Kalla menjawab perkenalan Aksa juga menjabat tangan Aksa tanda perkenalan.
"Nama kamu cantik, ya. Secantik orangnya hehehe.
Aksa berniat untuk menghibur Kalla, namun, Kalla masih saja dingin, kaku, dan masih bersikap tegang di depan Aksa. Aksa mencoba memahami perasaan Kalla saat itu. Meski mereka masih sama-sama anak-anak, Aksa memiliki sikap dewasa. Mungkin karena Aksa dibesarkan di keluarga yang lebih penuh cinta juga lengkap dalam hal kasih sayang. Berbeda dengan Kalla yang masih harus berjuang melewati dan mengahadapi segala pertengkaran mama papanya. Perut Kalla tiba-tiba saja bunyi, Kalla malu sekali. Kelihatan dari raut wajah Kalla yang memerah. Kalla langsung menekuk kakinya, memeluk dengan sangat erat agar suara perutnya tidak terdengar oleh Aksa.
"Udah, nggak perlu ditutupi begitu. Aku udah denger kok kalau kamu itu...."
"Engga kok, perut aku kekenyangan,"
Aksa tertawa mendengar jawaban dari Kalla. Namun, Aksa tidak tega memperlihatkan tawanya di depan Kalla. Aksa punya ide, Aksa ingin mengajak Kalla ke rumahnya. Supaya Kalla bisa makan sepuasnya.
"Kalla, kamu mau nggak ke rumah aku? Di rumah, mama aku masak banyak sekali. Papa aku juga habis beliin aku banyak sekali mainan. Nanti kita bisa makan sepuasnya dan mainan sepuasnya juga," Aksa sangat antusias mengajak Kalla ke rumahnya.
Bukannya menjawab ajakan Aksa, Kalla malah menunduk, memeluk kakinya erat lalu menangis dipelukan kakinya. Kalla sedih mendengar ucapan Aksa, Kalla iri dengan semua yang Aksa ceritakan. Meski hanya sekelebat,namun sangat membekas untuk Kalla yang sedang terluka. Kalla rindu sekali perlakuan mama papanya seperti dulu. Mamanya yang selalu memasak makanan kesukaan Kalla, Papanya yang suka membelikan mainan dan mengajak Kalla bermain bersama. Sayangnya, semua itu hanya tinggallah sebuah kenangan, meskipun kedua orang tuanya masih ada dan lengkap. Namun entah kemana perginya cinta,sudah tak ada lagi kasih sayang yang dulu orang tua Kalla tunjukkan. Kalla sangat rindu.
"Loh, kamu kenapa? Kok malah nangis sih? Eeee... Yaudah yaudah, kalau kamu nggak mau nggak papa kok. Aku nggak akan maksa kamu ke rumahku. Aku nggak ada niat buat culik kamu, aku cuma mau ajak kamu makan siang sama mainan aja di rumahku. Beneran deh," ujar Aksa panik melihat Kalla menangis.
"Aku mau kok ikut kamu ke rumah," ujar Kalla dengan sangat tiba-tiba setelah menangis dipelukan kakinya.
"Eeeeee," Aksa terkejut dengan tingkah Kalla yang tiba-tiba saja berubah.
"Kenapa? Nggak jadi ya?" Tanya Kalla dengan perasaan kecewa.
"Ohhh, jadi dong. Ayo sekarang kita ke rumahku!" Aksa semangat sekali mengajak Kalla ke rumahnya.
~
Kalla masih diam saja saat jalan bersama Aksa. Kalla masih menyimpan perasaan takut, namun, keadaan butuh seseorang lebih besar untuk Kalla saat itu. Saat sedang sama-sama diam, Kalla terkejut ada anjing yang lewat di depan Aksa dan Kalla. Sontak Kalla langsung berteriak. Anjing itu mengejar Kalla dan Aksa. Aksa langsung menggandeng tangan Kalla, lalu mengajak Kalla berlari dengan kencang.
"Ayo Kalla kita harus lari yang kencang, anjing itu sepertinya ganas sekali," ujar Aksa sembari berlari menggandeng tangan Kalla.
"Huhhhhh huhhhhh," Kalla terdengar sangat kelelahan mengikuti lari Aksa.
Sampai di depan rumah Aksa, Aksa melepaskan tangan Kalla. Kalla mengelap keringat di keningnya. Kalla dan Aksa saling menatap, lalu mereka berdua tertawa. Dikejar anjing menjadi hal yang lucu setelah semua sudah terjadi. Kalla dan Aksa menertawakan mereka sambil mengelap keringat mereka masing-masing.
"Aksa...," Mama Aksa memanggil dari teras rumah.
"Ya maaaa," Aksa menjawab dan segera menghampiri mamanya.
Aksa menggandeng tangan Kalla lagi untuk mengajak Kalla masuk ke dalam rumah, namun, Kalla menolak. Kalla ragu mau ikut masuk ke dalam rumah Aksa.
"Nggak papa, mama aku baik kok. Kamu nggak akan nyesel deh kenalan sama mama papa aku. Apa lagi kenalan sama aku, hehehe," celetuk Aksa supaya Kalla tidak takut masuk dan berkenalan dengan mama papa Aksa.
"Hai, ma!"
"Hai sayang. Darimana aja? Kan ini waktunya makan siang, daritadi mama sama papa nungguin kamu," ujar Mama Aksa.
"Iyaa, tadi Aksa main sebentar."
"Ini siapa? Mama kok nggak dikenalin sih," tanya Mama Aksa dengan hangat.
"Oh iya, Aksa lupa belum ngenalin Kalla ke mama. Ma, kenalin, ini temen baru Aksa. Namanya Kalla. Cantik kan ma kaya orangnya, hehehe," Aksa memperkenalkan Kalla kepada mamanya.
"Ohhh, hai Kalla. Salam kenal, ya. Tante mamanya Aksa," Mama Aksa memperkenalkan diri dengan hangat supaya Kalla merasa nyaman dan tidak canggung.
"Halo Tante, aku Kalla. Teman baru Aksa, aku ke sini diajak Aksa Tante," jawab Kalla sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Mama Aksa.
"It's oke, Tante malah seneng kok kalau ada teman Aksa main ke rumah. Masuk, yuk! Tante udah siapin makan siang buat kalian!"
"Asiiiiikkkkkk," Aksa berteriak senang lalu mengikuti mamanya masuk ke dalam rumah dan kembali menggandeng tangan Kalla.
Kalla dan Aksa makan siang bersama di meja makan. Suasana rumah Aksa sangat berbeda dengan rumah Kalla. Rumah Aksa begitu hangat, tidak dingin, tidak asing, dan juga tidak sunyi seperti tak berpenghuni. Di rumah Aksa juga banyak suara yang membuat sangat nyaman, salah satunya suara Mama Aksa. Kalla sungguh merindukan hal ini di dalam rumahnya.
"Kalla, ayo makan. Jangan malu-malu, ya. Anggep aja ini rumah Kalla sendiri, supaya Kalla makannya nyaman," ucap Mama Aksa.
Kalla tersenyum mendengar ucapan Mama Aksa yang begitu hangat. Padahal, ini kali pertamanya bertemu dengan Kalla. Namun, mama Aksa sudah sangat baik memperlakukan Kalla.
~
Setelah kenyang dan merasa sudah cukup bermain bersama Aksa, Kalla memutuskan untuk pulang ke rumah sebelum hari gelap. Kalla tidak ingin menambah masalah lagi di rumah karena keluar rumah terlalu lama. Kalla takut mama dan papanya mencari Kalla, jadi, Kalla memutuskan untuk segera pulang. Aksa mengantar Kalla sampai di depan gang rumah Kalla. Kalla tidak mau mama papanya melihat Kalla bersama orang asing. Sampai di rumah, Kalla membuka pintu rumah. Seperti biasa, hanya ada keheningan, hanya ada kesunyian yang menyapa Kalla. Lalu, terdengar suara keyboard laptop, suara kesibukan dari papa Kalla. Melihat Kalla pulang, tidak ada sapaan yang dilontarkan ke Kalla. Papa Kalla tetap saja fokus pada pekerjaannya yang bergantung dengan laptop putih itu. Sedangkan, entah dimana Mama Kalla berada. Sungguh, tidak seperti yang Kalla harapkan. Sebenarnya Kalla mengharapkan sebuah keributan karena Kalla tidak ada di rumah. Kalla mengharapkan sebuah kelegaan setelah Kalla muncul kembali di rumah. Nyatanya, semua hanya tinggal harapan yang tak kunjung bisa menjadi kenyataan.
"Pa, mama kemana?" Kalla memberanikan diri untuk bertanya keberadaan Mamanya kepada Papanya.
"Kalla, Papa lagi kerja. Bisa nggak, nggak usah ganggu Papa. Udah ah sana sama pergi masuk ke kamar!" Usir Papa Kalla.
Kalla langsung pergi dan menuju ke kamarnya. Sebelum masuk ke kamar, Kalla mencoba mengintip kamar sang Mama. Siapa tahu, Mama Kalla ternyata ada di dalam kamar. Ternyata benar, Mama Kalla ada di dalam kamar. Mama Kalla sibuk dengan tumpukkan baju. Seperti sedang memilih baju terbaiknya untuk menghadiri suatu acara penting.
Kalla mengetuk pintu kamar mamanya, lalu membuka perlahan.
"Ma, Kalla pulang," ucap Kalla perlahan berharap ada nada bahagia yang terucap dari Mamanya.
"Kalla, kamu nggak lihat apa Mama ini sedang sibuk memilih baju. Ganggu Mama aja, deh. Masuk kamar sana!" Usir Mama Kalla.
Ternyata Mama Kalla tidak jauh berbeda dengan Papa Kalla. Kalla merasa, keberadaan Kalla seperti mengganggu orang tuanya. Kalla merasa sangat sedih dan terluka. Kenapa Mama dan Papanya menjadi asing baginya. Tidak sehangat dulu, tidak senyaman dulu, saat Kalla masih duduk di bangku kelas 1 SD. Meskipun hidup Kalla dulu lebih sederhana, namun Kalla tidak pernah kekurangan cinta dari Mama maupun Papanya.
Kalla mendengar dari kamar, suara langkah kaki Mamanya yang lantang memakai heels. Langkahnya semakin cepat, seolah terburu-buru. Kalla mencoba keluar kamar, untuk melihat Mamanya.
"Mama... Mama mau kemana?" Kalla bertanya saat Mamanya sampai di depan kamar Kalla.
"Mama ada urusan penting sama klien dan rekan kerja Mama. Jadi Mama harus pergi malam ini," jawab Mama Kalla.
"Terus, makan malam Kalla sama Papa gimana?"
"Ahhh gampang. Sekarang kan jaman canggih, kamu pesan aja online. Ini nih Mama kasih uangnya," ujar Mama Kalla sambil memberikan sejumlah uang ke Kalla.
"Udah ahh Mama pergi dulu, udah ditungguin di luar sama temen mama."
"Hati-hati, ma," ucap Kalla dengan sangat tulus.