Gracia

1251 Words
"Jadi bagaimana ?" tanya Alan ada adiknya. Mereka duduk di sofa ruang santai sedangkan Robert dan Venny, orangtua mereka sedang beristirahat di kamar. "Apanya ?" Alice malah bertanya balik kepada Alan, masih menggodanya. "Ayolah dik" ucap Alan sudah malas dengan godaan Alice. "Haha baiklah kakak" Alice menyudahi godaannya. "Akan aku ceritakan tarik nafas buang nafas tarik nafas buang nafas" ucap Alice masih saja bercanda untuk kesekian kalinya. Wajah Alan sudah di tekuk, malas meladeni adiknya. "Haha baik, aku akan menceritakan detailnya" ucap Alice serius. "Jessica itu suka Steven" lanjut Alice. "Oh tapi Steven sudah punya kekasih kan ?" tanya Alan yang tak terlalu kaget. Dari tatapan Jessica dan Steven semua orang pun tau, bahwa mereka saling suka. "Iya kak, maka dari itu" Alice menggantungkan ucapannya. "Apa ?" tanya Alan dengan penasaran. "Besok aku baru akan tau. Aku besok akan menginap di rumah Jesicca" jawab Alice pada akhirnya. "Akan aku antar" ucap Alan. "Tak usah, Vincent akan mengantarku" ucap Alice pada Alan. "Biar aku saja, sudah lama juga aku tak jalan- jalan ke kota" ucap Alan memaksa. "Bilang saja ingin bertemu temanku, aku akan mengirim pesan pada Vincent agar tak usah mengantarku " ucapan Alice mambuat Alan tersenyum penuh kemenangan. Ia terus saja tersenyum karena senang. "Kak jika bawahanmu tau kau tersenyum terus seperti ini wibawamu akan hancur kak" lanjut Alice. Di militer Alan memang terkenal sebagai Brigjen yang garang, disiplin dan tegas. Alan pun berhenti tersenyum, lalu fokus menonton film yang di putar di televisi. . . . Gracia melihat gambar desain gaun di Ipad Jessica dengan tatapan kagum. "aku ingin kau membuatnya lebih gemerlap dan lebih bagus dari pada gaun Stefi" ucap Gracia pada Jessica. "Apa tak mau kau buat lebih seksi saja ?" tanya Jessica pada Gracia. "No no no, aku tidak suka terlihat terlalu seksi di depan keluarga besarku. Nenekku sangat crewet" jawab Gracia dengan wajah cemberut. "Ah aku ingat,nenek yang wajahnya seperti nyonya Margareth kan ? " ucap Jessica mengingat- ingat. Nenek itu memang sama angkuhnya dengan anaknya. Namanya nyonya Agnes, ia meminta di buatkan gaun yang glamour. Dengan warna merah sebagai dasarnya. Kemarin ia juga menggunakan pakaian, topi dan sepatu serba berwarna merah. Jessica tak habis pikir anak dan ibu sama- sama terlihat nyentrik, mungkin saja style Margareth turunan dari Agnes. "Iya dia nenekku, orangtuaku meninggal waktu aku kecil dan aku tinggal dengannya" ucap Gracia dengan wajah sedih. "Aku turut berduka cita" ucap Jessica prihatin. "Tak apa itu sudah lama juga, nenekku sangat jahat" ucap Gracia berapi- api. "Dia menyebalkan, maka dari itu waktu sudah lulus sekolah aku memutuskan untuk kabur lalu mendaftar menjadi model" lanjutnya. "Dan kau berhasil kan ? Kau terkenal sekarang" ucap Jessica tulus. "Benar, aku bersyukur karena itu" ucap Gracia senang. "Kau akrab dengan Stefi ?" tanya Jessica ingin tau. "Tak mungkin dan tak akan pernah Jessie, dia sepupu terjahat dari yang terjahat" ucap Gracia dengan wajah jutek. "Aku benci dia dan bibiku,kau tau ? padahal suaminya sangat baik. Tapi Alexander pamanku memutuskan untuk bercerai dengannya" lanjut Gracia. "Yaah siapa juga yang mau punya istri cerewet seperti bibi Margareth, semua orang pasti menolaknya" ucap Gracia masih saja bercerita. "Kau tau kan ? Aku saja tidak di beritahu soal gaun keluarga untuk pertunangan anaknya! Pasti mereka sengaja ! Anak dan ibu sama- sama menyebalkan " ucap Gracia berapi- api. "Haha tenang saja, akan ku buatkan kau gaun paling mewah untuk acara itu" Jessica merasa senang dengan Gracia. Jessica memang tak terlalu menyukai Stefi, karena dia memang cemburu dengan gadis itu. Tapi dia juga jahat, bisa saja dia membuat lubang atau membuat ukuran baju yang salah untuk Stefi. Namun ia merasa harus profesional, walaupun dia marah bukan berarti ia harus membalas dengan kejahatan. "Kau juga di undang kan Jessie ?" tanya Gracia pada Jessica. "Tentu saja, tunangan Stefi adalah sahabatku" jawab Jessica. "Semoga sahabatmu bahagia mendapat wanita seperti sepupuku" Ucapan Gracia membuat Jessica tertawa geli. "Hahaha jangan seperti itu" ucap Jessica. "Ya ya, ah butiqmu sudah mau buka ya ? Aku akan pergi sekarang. Aku akan makan malam dengan pacarku nanti" ucap Gracia segera memasukan handphone dan dompetnya. "Selalu kirimkan aku progressnya oke ?" tanya Gracia pada Jessica. Jessica membuat tanda oke dengan jarinya. "Byee Jessie" ucap Gracia lalu berjalan pergi menuju pintu. "Byee" balas Jessica. Jessica melihat kembali desain gaun untuk Gracia, ia mulai berpikir apakah ia perlu juga untuk membuat gaun ? Ia juga ingin terlihat lebih 'wah' di acara itu. Ia menimbang- nimbang idenya apakah ya atau tidak, Jessica kemudian membuka file yang di dalaman nya terdapat banyak desain gaun yang di buat olehnya. Ia selalu membuat desain baru untuk kebutuhan butiqnya dan customernya. Jessica mengeklik satu desain gaun yang di buatnya dulu. Gaun itu berwarna hitam dan seksi. Gaun bertali tipis di bahu dengan bahan satin lembut, terdapat belahan setinggi paha yang membuat kaki terlihat jenjang dan seksi. Dan jangan lupakan bagian d**a yang pasti akan memperlihatkan belahan p******a pemakainya. Jessica menggelengkan kepalanya pelan, ia terlihat malu jika harus memakai gaun itu. Apa lagi di acara pertunangan sahabat sekaligus cinta pertamanya sendiri. Namun dalam hati kecilnya, ia sangat ingin memakai itu di acara pertunangan Steven untuk membalas dendam. 'Kring' Suara lonceng membuat Jessica tersadar dari pikiran liarnya. Butiqnya telah buka, ia kembali ke ruangan kaca. Dia berkutat kembali dengan kain dan benang yang seakan meminta untuk di kerjakan. . . . Stefi dengan berani mulai menggoda Steven yang sedang asik menonton film di televisi. Mereka sedang berdua di kamar Steven sekarang. Di rumah yang besar itu terlihat sepi dan lengang, karena semua anggota keluara Steven sedang berada di kantor kecuali Ruth yang sedang berkumpul dengan teman socialitanya. "Sayang" Stefi memanggil Steven dengan sedikit mendesah, membuat Steven merasa risih. Steven menghiraukan panggilan itu. "Steven" panggil Stefi lagi dengan nada manja. Steven masih menghiraukannya, ia malah sengaja menambah volume televisinya. Stefi memeluk Steven dari belakang, Steven tak menolak namun ia masih menonton film di televisi. Tiba- tiba scene film berganti di sebuah kamar, di atas ranjang sepasang kekasih sedang berciuman panas. Steven merasa dejavu dengan adegan itu. Dia kembali mengingat kejadian malam lalu waktu ia akan melakukan hal terlarang bersama Jessica. Steven bahkan sempat melihat b*a berwarna merah yang di gunakan oleh Jessica waktu itu. Ia berani sumpah bahwa ternyata Jessica memang mempunyai tubuh yang indah. Jika malam itu ia mengiyakan ajakan Jessica, maka beruntunglah dia. Hayalan liarnya membuat Steven mengabaikan Stefi sepenuhnya. Gadis itu berusaha mencium bibir dari Steven. Steven yang sadar lantas menghindar. "Kau kenapa ?" tanya Steven dengan nada ketus. "Aku ingin berciuman denganmu sayang, sebentar lagi kita akan bertunangan. Ingat ?" ucap Stefi. "Kita bisa melakukan hal yang lebih dari itu" lanjut Stefi dengan nada tersipu. "Aku tidak ingin melakukan apapun denganmu Stefi,tolong biarkan aku menonton film ini dengan tenang" ucap Steven lalu mulai fokus menonton film lagi. "Aku tau kau pasti ingin melakukan hal yang berada di film itu Stev" ucap Stefi masih belum menyerah. "Dan aku tak keberatan" lanjut Stefi. "Diam atau pergi ?" ancam Steven yang membuat Stefi diam seribu bahasa. Steven tak habis pikir dengan dirinya. Ia masih seketus ini dengan Stefi namun mengapa mengabaikan Jessica ? Gadis yang ia sukai ? Apakah ia memang tak ingin menyakiti hati Stefi ? Atau kah ia hanya terlalu naif ketika Jessica mengungkapkan isi hatinya ? Apakah ia suka Stefi ? Namun mengapa berbeda dengan saat ia menyukai Jessica. Waktu dengan Jessica ia sangat lembut dan manis, ia sangat suka memperhatikan gadis itu. Memeluknya, mencium keningnya, bahkan rela menungguinya rapat osis agar bisa pulang bersama. Ia mulai bimbang dengan hatinya sendiri, ia takut selalu takut membuat keputusan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD