Welcome Alice

1155 Words
Jam menunjukan pukul 07.00 malam, sudah sekitar 5 jam mereka menemani Alice yang sudah sadar dari komanya. "Kalian pulanglah" ucap Alice pada semua sahabatnya. "Terutama kau Vin" lanjut Alice. Vincent bermuka masam. "Aku masih ingin menunggu calon tunanganku yang sudah sadar" ucap Vincent yang membuat Alice tersipu malu. "Aku akan pulang sekarang, aku malas melihat semua gambar hati ini" ucap Clara sambil menusuk- nusuk udara. Membayangkan jika ada hati yang berterbangan di sana karena Vincent dan Alice. Semua orang tertawa karena lelucon Clara. Dia memang salah satu pelawak di antara mereka, selain Vincent. Tiba- tiba perawat masuk dan menyuruh mereka untuk diam. "Mohon harap tenang ini di rumah sakit" "Di harapkan hanya dua orang yang menunggu pasien, jam besuk akan segera berakhir " ucap perawat bernama Rere kemudian keluar dari ruangan itu. "Kita di usir" ucap Vincent berwajah sedih. "Benar" Clara ikut menimpali. Mereka tertawa lagi. Alan menyuruh mereka untuk diam, takut perawat yang berjaga langsung mengusir mereka. "Baiklah saatnya kita pergi, Alice juga butuh istirahat" ucap Steven pada semua temannya. "Tapi dia sudah tidur cukup lama" Jessica tiba- tiba menyahut perkataan Steven. "Iya aku kan puteri tidur" timpal Alice membuat lelucon. Mereka menahan tawa mereka, karena Samuel memberi tanda bahwa perawat itu masih di luar. Sepertinya perawat itu memang ingin mengusir mereka. "Ayo" ajak Clara untuk pergi dari kamar Alice. "Nak kau juga pulanglah dulu istirahatlah dahulu" ucap Venny pada Alan. "Benar kau pasti lelah, kami akan menjaga Alice malam ini" ucap Robert setuju dengan istrinya. "Baik ma pa" ucap Alan setuju, ia juga ingin mandi dan membersihkan diri. Badannya lengket semua. Semua teman Alice berpamitan satu- persatu termasuk Vincent, meninggalkan Jessica dan Samuel yang pamit paling terakhir. "Al aku pulang dulu, bibi, paman, kak Alan aku pamit pulang". ucap Jessica berpamitan dengan sopan kepada orangtua Alice. Samuel juga mengangguk sopan kepada Venny dan Robert, yang di balas senyuman ramah olah kedua orang tua itu. "Al, kapan kapan kita harus berkumpul oke ? Aku akan ajak Jason juga" ucap Samuel pada Alan. "Bukan Al aku kan ?" tanya Alice bercanda. "Tentu bukan kau dik" ucap Alan pada adiknya. "Tentu sobat, aku akan menantikannya" ucap Alan. "Apakah kalian pulang bersama ?" tanya Alice pada Jessica dan Samuel. "Iya dia tadi bersamaku, kini aku akan mengantarnya pulang" jawab Samuel pada Alice. "Apakah kalian ?" Alice tak menanjutkan kata- katanya karena Jessica menyelanya. "ini bukan seperti yang kau pikirkan Alice" ucap Jessica. "Benarkah ?" ucap Alice sambil melirik kakak laki- lakinya. Jawaban dari Jessica juga membuat Alan lega. "Tapi sepertinya akan menjadi yang seperti kau pikirkan Alice" ucap Samuel tersenyum miring. "Well. Aku tunggu ceritamu kalau begitu Jessi" ucap Alice pada Jessica. Ia melihat ke arah Alan, wajah kakaknya itu terlihat kecewa. "Haha baiklah tapi aku tak akan berjanji" ucap Jessica, ia menganggap ucapan Samuel hanya bercanda. Pintu ruangan Alice di buka dari luar. "Permisi, jam berkunjung telah selesai" wajah perawat menyembul dari balik pintu. Padahal di sini adalah ruangan Vip, namun peraturan rumah sakit tetap berjalan seperti semestinya. Jessica, Alan dan Samuel merasa tak enak dan segera pergi dari sana. Mereka bertiga berjalan bersamaan, Samuel dan Alan sedikit mengobrol tentang keseharian mereka. Jessica hanya menjadi pendengar obrolan dua orang itu "Kalian sudah makan Al ? Jessi ?" tanya Samuel pada Alan dan Jessica. "Aku akan makan di rumah" ucap Alan karena tau akan di ajak makan malam oleh Samuel. Ia tak ingin berada di tengah- tengah Samuel dan Jessica. "Aku belum" ucap Jessica yang membuat Alan melihat ke arah gadis itu. Samuel melihat jam tangannya. 'Belum terlalu malam' ucapnya dalam hati, dia ingin mengajak gadis incarannya itu makan malam. "Baikalah Al, kita berpisah di sini" ucap Samuel pada Alan. Alan mengangguk pada Samuel, ia melihat ke arah Jessica. "Bye Kak Alan" ucap Jessica melambaikan tangan pada Alan. Alan hanya tersenyum ramah pada Jessica, ia senang melihat gadis itu setelah sekian lama. Dua orang itu masuk ke dalam mobil, mobil pun mulai berjalan keluar basement rumah sakit. Meninggalan Alan dengan perasaan tak menentu, melihat gadis yang ia sukai bersama teman dekatnya. . . . "Kau suka sushi Jess?" tanya Samuel pada Jessica. Mereka masih berada dalam perjalanan pulang menaiki mobil. "Suka, apa kakak mau mengajakku itu ?" tanya Jessica to the point. "Jika iya, kau tak akan menolak kan ?"ucap Samuel bertanya pada Jessica lagi. "Hmmm biar ku pertimbangkan" ucap Jessica sambil pura- pura berpikir. "Haha aku akan parkir sekarang, kau harus mau" ucap Samuel sembari memarkirkan mobilnya di area parkir "Haha baiklah tuan" ucap Jessica bercanda. "Jika aku tuan mau kah kau jadi nyonya ku ?" ucap Samuel dengan nada bercanda. "Nyonya hahaha ?" Jessica tertawa karena ucapan Samuel yang menurutnya lucu. "Nyonya Samuel" ucap Samuel kini dengan nada serius, tangannya memegang tangan Jessica. Seketika tubuh Jessica berasa di aliri listrik, jantungnya langsung berdetak cepat. "Kakak bercanda kan?" Jessica berpikir kakak dari sahabatnya itu bercanda dengannya. "Aku serius Jessi" ucap Samuel masih menatap Jessica. Jessica mengalihkan pandangannya melihat jalanan, dia salah tingkah karena sikap Samuel. "Haha aku tidak akan meminta jawabanmu untuk sekarang" Samuel melepas tangan Jessica, lalu keluar dari mobil. Jessica menetralkan detak jantungnya ketika Samuel keluar dari mobil. "Kau tak akan keluar Jessi ?" tanya Samuel karena Jessica tak juga keluar dari mobil. "Eh iya" Jessica membuka pintu dan keluar dari mobil mewah itu. Samuel menghampiri Jessica, lalu menadahkan tangannya. Jessica melihat Samuel dengan tatapan bertanya. "Aku tak ingin kau tersesat" ucap Samuel menggenggam tangan Jessica sekali lagi. Bibirnya tersenyum lebar karena Jessica tak menolak sentuhan itu. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam restaurant jepang yang terkenal itu. Setelah masuk mereka memesan makanan dan minuman, lalu duduk dan mengobrol hangat. Jessica sangat kikuk dan terlihat malu- malu karena perlakuan manis Samuel. "Jessi" ucap Samuel yang membuat Jessica melihat ke arahnya. "Tatap aku" lanjut Samuel. "Kenapa ?" tanya Jessica bingung. "Jangan melihat ke arah lain" jawab Samuel. "Hah ?" Jessica memasang wajah bingung sekali lagi. "Banyak buaya melihatmu sekarang" jawab Samuel sekali sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Memang banyak pria yang melihat ke arah mereka, tepatnya ke arah Jessica. Padahal Jessica sedang bersama pria sekarang. "Haha baiklah" ucap Jessica melihat ke wajah Samuel. Wajah Samuel yang tampan condong seperti wajah ayahnya yang tegas, sedangkan Steven adiknya lebih seperti ibunya yang lembut. Samuel memiliki garis wajah yang tegas membuatnya sangat cool dan berkharisma. "Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku Jessi" ucap Samuel menatap lekat mata Jessica. "Maksut kakak ?" tanya Jessica pura- pura bodoh. "Maksutku lupakan adikku, kau bisa denganku. Aku tertarik denganmu Jessi" ucap Samuel gugup. "Ah bagaimana kau tau ?" tanya Jessica kaget, apakah kentara sekali perilakunya pada Steven. "Tentu, tapi dia akan bertunangan sekarang" ucap Samuel menggantungan perkataannya karena seorang pria menghampiri meja mereka. "Jessica tolong aku" ucap pria itu dengan wajah putus asa. "Kau siapa ?" tanya Samuel dengan nada tidak suka. Pria itu mengabaikan pertanyaan Samuel, ia melihat Jessica dengan tatapan memelas. "Roland ?" Jessica terkejut melihat calon suami dari sahabatnya ada di sini dengan wajah seperti ingin menangis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD