wakeup Alice !

1143 Words
Semua kerabat dari keluarga Robinson dan Palmer telah pulang, kini hanya menyisakan keluarga inti. Semua pergawai Jessica juga sudah pulang, karena besok mereka akan lembur. Charles yang tadinya ingin tinggal dan mengobrol dengan Jessica mendadak ada rapat penting yang tak bisa ditunda. Samuel yang ingin menemani ayahnya pun segera di tolak oleh Charles. "Dapatkan gadis itu Sam" ucap Charles pada putra tertuanya itu. Samuel tersenyum senang, ia mengangguk pada ayahnya. Kini Jessica dan Ellizabeth duduk bersebelahan, ibu dari Jessica itu memegang erat tangan anaknya. Di sebelahnya lagi ada Ruth dan Samuel, sedangkan Margareth, Steven dan Stefi duduk di sisi depan. Mereka duduk di sofa yang mengelilingi meja. "Kalian lihat kan mereka memang pasangan serasi" ucap Margareth yang sedari tadi tak henti memuji Stefi dan Steven. "Haha tentu saja" ucap Ruth mengangguk setuju. "Nama mereka juga Stefi dan Steven, sungguh mirip bukan ?" Ucap Margareth lagi. "Haha betul, tapi maaf Marge sebentar lagi ada pasangan yang lebih sempurna dari mereka" ucap Ruth melirik Ellizabeth. Ellizabeth juga melirik Ruth dia tersenyum senang. "Ehem. Jessi kau mau kan ?" Tanya Ellizabeth pada Jessica. "Mau apa mom?" Tanya Jessica, bingung dengan pertanyaan ibunya. "Kencan buta" ucap Ellizabeth mengingatkan. "Kencan buta ? Momy benar- benar serius menyuruhku kencan buta ?" Ucap Jessica tidak percaya. "Tentu saja sayang" ucap Ellizabeth sambil mengelus tangan Jessica lembut. "Aku sangat sibuk" ucap Jessica membuat alasan. "Benar Elly anakmu kan sibuk" ucap Margareth, ia tau Ruth dan Ellizabeth menyuruh Jessica akan kencan buta dengan Samuel. Ia iri karena Samuel lebih tampan dan lebih sukses dari pada Steven adiknya. Stefi tak boleh kalah dari Jessica. "Aku juga tak tau momy akan membuat ku kencan buta dengan siapa" ucap Jessica melihat ke arah Steven. Steven tersenyum penuh kemenangan 'bagus Jessi' ucapnya dalam hati. Ekpresi senang Steven itu tak luput dari perhatian Samuel yang sedari tadi hanya menjadi pendengar. Samuel terlihat tenang, karena ia tau Jessica tak mungkin menolak jika tau teman kencan butanya adalah dirinya. Mungkin dirinya narsis, tapi dia memang idola di kalangan kaum hawa. "Momy menyuruhmu kencan buta dengan Sam" ucap Ellizabeth sembari meminum tehnya. "Sam ? Kak Samuel ?" Tanya Jessica pada Ellizabeth lalu melihat Ruth dan Samuel. "Iya darling, kau mau kan ?" Tanya Ruth harap- harap cemas. "Kalau dengan kak Sam aku mau" ucap Jessica sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi. 'Kena kau dik' ucapnya dalam hati ketika Steven bermuka masam mendengar Jessica setuju. Ellizabeth dan Ruth terlihat senang, tapi tidak dengan Margareth mukanya sungguh sangat tak enak dilihat. Tiba- tiba handphone Steven berbunyi, nama Vincent terpampang di layar handphonenya. Disaat yang bersamaan Jessica juga di telepon oleh Clara. Jessica dan Steven melihat satu sama lain dan terlihat senang. "Mom aku ke rumah sakit dulu" ucap Jessica. "Aku juga, Alice sudah sadar dari komanya" ucap Steven memberitahu kabar gembira. "Benarkah ? Wah kita bisa segera melaksanakan pertunangan Stefi dan Steven" ucap Margareth senang. "Aku ikut sayang" ucap Stefi memegang ujung baju Steven. "Kau pulang saja, aku akan kesana dengan Jessica" ucap Steven sambil melihat Jessica. "Ayo" ajak Steven pada Jessica. Jessica mengangguk. Ruth menyikut perut Samuel pelan lalu menengok ke arahnya, Samuel mengangguk mengerti. "Aku ikut" ucap Stefi merajuk, Steven sedikit emosi dengan sikap Stefi. "Ajaklah dia nak" ucap Margareth pada Steven, ia tak ingin Steven berduaan dengan Jessica. "Benar sayang, ajaklah agar Stefi akrab juga dengan sahabatmu" ucap Ruth setuju dengan Margareth. "Baiklah, ayo Jess" ajaknya pada Jessica sekali lagi. "Biarkan aku yang mengatar Jessica, tidak enak juga dia jadi obat nyamuk kalian" ucap Samuel yang tiba- tiba berdiri. Ellizabeth menggandeng tangan Ruth lalu membisikan sesuatu "Gentle sekali calon menantuku". Ruth terkikik senang "kau tak akan kecewa" balasnya berbisik pada Ellizabeth. "Baiklah ayo kak Sam" ucap Jessica yang sebenarnya tak ingin semobil dengan Steven dan pacarnya. Steven sekali lagi menahan amarahnya, disini banyak orang ia tak ingin terlihat cemburu pada Jessica dan kakaknya. "Kami juga akan pergi, ayo belanja" ajak Ellizabeth pada Ruth. Ruth mengangguk, ia juga senang jalan- jalan lagi pula dirumahnya tidak ada orang. "Mau kemana ? Aku ikut" cicit Margareth pada Ellizabeth dan Ruth. "Baiklah, aku akan menelepon supirku dulu ya" ucap Ellizabeth kemudian menelepon supirnya. Margareth terlihat senang, jika ia pergi dengan Ellizabeth dan Ruth pasti ia akan terlihat seperti wanita socialita yang kaya raya. "Aku pergi mom, bye bibi Ruth dan nyonya Margareth" ucap Jessica mencium pipi ibunya dan melambaikan tangan pada Ruth dan Margareth. Mau tak mau Margareth membalas lambaian tangan Jessica sedangkan Ruth melambai dengan semangat. "Bye honey" ucap Ruth pada Jessica. "Aku pergi" ucap Samuel tersenyum sopan pada para ibu- ibu itu di ikuti Steven yang juga mengangguk sopan. Stefi yang masih memegang ujung baju Steven juga melambaikan tangan pada para ibu- ibu. "Toni kau bisa pulang, jangan lupa kunci pintunya" ucap Jessica pada Toni. "Baik nona, nona hati- hati ya" ucap Toni pada Jessica. Mereka pun pergi ke rumah sakit menggunakan mobil yang berbeda. . . . Jessica yang sudah sampai di lantai rumah sakit lantas berlari meninggalan Samuel, Steven dan Stefi. Ia lalu segera masuk ke dalam ruangan mengabaikan semua orang yang berada di dalam sana. Jessica langsung memeluk Alice yang sudah bisa duduk dan terlihat mengobrol dengan Alan, Clara juga berdiri lalu segera memeluk kedua sahabatnya itu. Alan dan Vincent tersenyum bahagia, Roberts dan Venny yang duduk di samping Alice juga ikut tersenyum. "Aku senang kau sudah sadar" ucap Jessica pada Alice. "Aku bisa tak sadarkan diri lagi jika kalian memelukku seperti ini hahaha" balas Alice lalu tertawa kepada dua sahabatnya. Steven dan Stefi masuk ke dalam ruangan, Steven menghampiri Alice "akhirnya kau sadar juga Al" ucapnya tulus. Stefi hanya berdiri dan tersenyum melihat Alice sudah sadar. "Ya terimakasih kalian langsung datang kesini" ucap Alice pada sahabatnya, kemudian ia sedikit meringis kesakitan. "Apakah ada yang sakit sayang?" Tanya Venny khawatir. "Tidak ma, hanya pegal saja" ucap Alice sambil tersenyum. Alice senang karena dikelilingi orangtua, sahabat, kekasihnya dan yang paling senang lagi karena kakaknya pulang ke rumah. "Aku sangat rindu dengan kakak" ucap Alice lalu memeluk Alan. Alan balas memeluknya "aku juga dik". Semua orang senang melihat itu. Samuel orang paling terakhir masuk ke dalam ruangan "selamat kau sudah sadar Alice" ucapnya tulus. Ia berhigh five dengan Alan, kakak Alice yang juga merupakan teman semasa sekolahnya dulu. "Apa aku special itu karena semua orang sibuk bisa kesini untuk melihat ku?" Tanya Alice bercanda. "Kau selalu special sayang, papa senang perusahaan kita membaik dan kini kau sudah sadar. Terimakasih sudah bertahan" ucap Robert sambil menangis. "Aku tak apa, aku selalu mengerti semua itu papa dan mama lakukan untukku dan Alan" ucap Alice yang membuat keluarga itu saling berpelukan. "Apa aku juga boleh ikut bergabung ?" Tanya Vincent. "Tentu saja, sebentar lagi kau akan jadi bagian dari keluarga kami" ucap Alan pada Vincent. Vincent pun langsung memeluk Alan dari belakang. "Jangan peluk aku bodoh" ucap Alan yang membuat semua orang tertawa, termasuk Alice orang yang paling kencang tertawa di ruangan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD