Samuel

1045 Words
Jessica melihat pantulan wajahnya lewat cermin. Sial sekali matanya masih merah, padahal ia hanya menangis sekitar 3 manit. Jessica berusaha membuat senyuman diwajahnya. "Aneh" ucapnya sambil melihat wajahnya di cermin, ia memijat mijat pipinya, kemudian tersenyum tipis. "Nah ini dia fake smile Jessie" ucapnya senang. Ia kemudian keluar dari kamar mandi, ia melihat Toni sedang menuangkan teh ke dalam gelas. "Aku akan membawa yang ini" ucap Jessica mengambil nampan yang diatasnya ada beberapa gelas yang telah terisi teh hangat. "Biar aku saja nona" ucap Toni sungkan dibantu oleh Bosnya. "Aku hanya ingin membantu, yang ini biar aku saja yang membawa kau bawa itu" Jessica menunjuk satu nampan penuh gelas yang belum di isi teh oleh Toni. Jessica keluar dari pastry, ia menaruh nampan berisi beberapa gelas teh itu ke atas meja. "Silahkan diminum" ucapnya kepada tamu yang berada di dekat meja itu. Stefi yang duduk bersana dengan Steven berusaha mengajaknya berbicara. Steven hanya diam sesekali melirik ke arah Jessica. Ia lebih banyak diam dan melihat ke handphonenya. Margareth masih saja terlihat congak, ia melihat Jessica dengan tatapan tak suka. Jessica hanya melewatinya cuek, tiba- tiba Ruth, Charles dan Samuel masuk ke dalam studionya. Margareth langsung mengganti wajahnya dengan wajah senang. "Aku kira kalian tak akan datang, aku senang sekali kalian akan bergabung dengan kami" ucapnya dengan raut wajah bahagia. "Tapi sepertinya kita salah desainer, selera desainernya sedikit aneh" ucapnya lagi melirik Jessica. "Kenapa ? Jessica adalah panutan fashion ku Margateth" Ruth membela Jessica membuat Margareth membuat raut wajah aneh. Ruth mendekat ke arah Jessica lalu memeluknya. "Lama tak bertemu sweety, kau semakin cantik saja" ucap Ruth membuat Jessica malu. "Anda masih ingat dengan ku ?" Padahal Ruth sudah lama tak bertemu dengan Jessica. "Tentu saja, kau teman dekat Steven kakakmu juga teman Sam dulu waktu sekolah.Aku sangat mengingat kalian" ucap Ruth lagi. Charles tampak senang melihat Jessica ia menyukai gadis itu, Jessica tampak sangat cerdas di mata Charles. Samuel juga sepertinya tampak terpesona dengan Jessica. Ruth menyenggol lengan Samuel. "Kau bisa mulai dengannya" ucap Ruth mendorong Samuel agar mendekat ke arah Jessica. "Baiklah, ayo kita mulai kak" ajak Jessica. Samuel berdehem menghilangkan rada gugupnya, ia tak menyangka akan segugup ini dihadapan perempuan. Ruth minta agar diukur oleh pegawai Jessica yang lain begitupun Charles, mereka ingin semua cepat selesai. Jessica mulai mengukur tubuh Samuel. "Bagaimana kabarmu Jessi ?" ucap Samuel membuka obrolan. "Baik kak,kau ? Bagaimana kabarmu ?" Kini Jessica yang bertanya pada Samuel. "Aku baik" jawab Jason. Mereka kembali hening. "Oh iya aku masih sering berhubungan dengan Jason" Samuel kembali mencari topik pembicaraan. "Ah benarkah ? Aku malah hampir tidak pernah" ucapnya lagi. "Serius ?" Ucap Samuel tak percaya. "Haha serius" Jessica tertawa melihat Samuel bingung. "Kalian benar kakak adik kan ?" Tanya Samuel lagi terlihat bingung dengan dua bersaudara itu. "Hahaha tentu kami sangat dekat tapi memang kami jarang berhubungan" ucap Jessica. Dari jauh Steven melihat Kakaknya dan Gadis yang disukainya sedang mengobrol. Eh ? Disukainya ? Steven mencoba membuang pemikiran itu. Steven merasa bingung, marah dan cemburu. Ah dia bimbang dengan perasaannya. Mungkinkah ini memang jalan terbaik ? Melepas Jessica ? Atau ia harus memperjuangkannya ? Steven melirik Stefi, terus bagaimana dengan gadis ini ? ahh dia pusing, Steven berusaha membuang muka dan mencoba mengobrol dengan Stefi. Walaupun tidak akan pernah paham apa yang dikatakannya. Margareth yang tadinya sedang mengobrol dengan Ruth mendadak ingin tahu pembicaraan Samuel dan Jessica. "Kalian sedang membicarakan apa ?" Tanyanya. "Ah Jason Lawes ? Anda mungkin mengenalnya di.." "Tentu saja aku mengenalnya, ibunya adalah teman dekatku" ucapan Jessica dipotong oleh Margareth. 'Sungguh tak sopan' Samuel dan Jessica berbicara dalam hati. "Jadi anda mengenal Ellizabeth ?" Tanya Jessica lagi. "Tentu saja, Jason adalah pria yang tampan dan sopan" ucapnya lagi. 'Iya tak sepertimu' sepertinya Samuel dan Jessica sangat kompak. Mereka melirik satu sama lain lalu tersenyum, sepertinya mereka memikirkan perkataan yang sama. "Jangan bilang kau ingin mendekatinya ?" "Mungkin kau memang sangat cantik" oh baru saja Margareth mengakui bahwa Jessica sangat cantik, Jessica tersenyum mendengarnya. "Yah dia memang sangat cantik nyonya, aku saja terpesona melihatnya" ucap Samuel mengedipkan mata kearah Jessica. Jessica tersipu malu. "Ehem maksutku cantik ya dia cantik namun keluarga Lawes itu memilik kriteria, mereka kaya dan kau ?" "Ehem... tentu kau mungkin kelihatan sukses sepertinya tapi kau tak akan bisa mendekati Jason Lawes" lanjutnya lagi merendahkan Jessica. "Sepertinya kau sangat keterlaluan nyonya" Samuel ingin marah pada Margareth karena sangat merendahkan Jessica. Jessica menggemgam tangan Samuel, yang membuat jantung Samuel kini berdetak sangat cepat. Steven yang melihat itu merasa jantungnya di remas- remas, ia menghiraukan Stefi yang sedang berbicara tentang dirinya sendiri. "Hahaha aku tak mungkin salah sangka Sam" suara Margareth yang melengking membuat semua orang menoleh ke arahnya. "Ah ? Marge ? Aku sangat mengenal suaramu yang sangat khas itu" ucap Ellizabeth yang turun dari berada tangga. "Marge pffftt" semua kerabat Margareth merasa sedikit lucu dengan nama panggilan dari Ellizabeth. Jessica dan Samuel berusaha menahan tawanya, tangan Jessica masih menggemgam tangan Samuel. Samuel juga tak ingin melepaskan tangan yang lembut itu. Margareth ingin marah namun tak bisa, karena Ellizabeth lah yang memanggilnya Marge. "Elly " Ruth yang tadinya fokus dengan desain gaun di depannya kini berjalan menghampiri Ellizabeth. "Hai Ruth kau disini rupanya, apa yang membuatmu kemari sayang" ucap Ellizabeth sembari mencium pipi kanan dan kiri Ruth. Ruth membalas mencium pipi Ellizabeth. "Aku ingin membuat gaun di studio Jessi" ucapnya akrab. "Gaun untuk ?" Tanya Ellizabeth. "Kau sedang apa disini Elly ?" Margareth memotong obrolan itu, ia berusaha terlihat akrab dengan wanita kaya itu. "Tentu saja untuk menemui anakku" ucap Ellizabeth sambil tersenyum. "Anakmu ? Jason ? dimana dia ? Ah aku ingin melihat wajah tampannya itu" ucap Margareth senang kemudian melihat kearah kiri dan kanan. "Jason dikantor, aku disini sedang menemui anak perempuanku" ucap Ellizabeth memandang Jessica dan Samuel. Jessica dan Samuel berbincang akrab, mengabaikan semua orang tua yang mengobrol disana. "Jessica ?" Tanya Margareth tak percaya. "Ada apa nyonya ?" Jessica mengira Margareth memanggil namanya. "Iya, dia anak perempuanku. Cantik sekali bukan ?" Ellizabeth tampak bangga dengan Jessica. "Dia juga sangat sukses di usia muda tanpa bantuan dari keluarga Lewis" Ellizabeth mendekati Jessica. "Ah iya sangat cantik" ucap Margareth dengan senyum yang dipaksakan. Ruth mendekat ke arah Ellizabeth, mereka berbincang akrab sambil tertawa senang. Mengabaikan Margareth yang berwajah khawatir dan tatapan cemburu dari Steven.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD