Kacamata Hitam

1180 Words
Jessica terbangun dari tidurnya tepat pukul 5 pagi. Matanya terasa begitu lengket karena semalaman ia menangisi Steven yang meninggalkannya. Atau mungkin ia menangisi kebodohannya sendiri ? Ah ia sangat pusing untuk sekarang, ia tak ingih memikirkan kejadian menyedihkan itu. Ia meraba- raba ranjangnya untuk mencari handphonenya yang dari semalam ia acuhkan. Ia melihat layar handphonenya yang penuh dengan panggilan tak terjawab dan pesan dari Samuel. Ia merasa menyesal karena lupa pada pria baik itu. Jessica mulai membuka pesan dari Samuel. Sam Kau tak apa ? Sam Aku masih di luar Sam Aku menunggumu Sam Apa kau marah karena aku lama ? Sam *sendpicture* Aku menunggumu Jessie Samuel terakhir mengirim pesan padanya pukul 3 pagi tadi. Ia merasa sangat sangat bersalah pada pria itu. Jessica membalas pesan itu, ia meminta maaf pada Samuel. Tak sampai setu menit, pesannya langsung di balas oleh Samuel. Sam Aku masih di sini *sendpicture* Jessica membelalakan matanya kaget, ternyata pria itu masih menunggunya. Dengan cepat ia masuk ke kamar mandi dan menyikat giginya. Ia mencuci wajahnya dengan cepat. Ia melihat wajahnya di cermin, persetan dengan wajahnya dan matanya yang sembab. Jessica keluar dari kamar mandi, ia membuka lacinya mencari lipblam strawberrynya. Namun ia urungkan karena teringat rasa lipblam strawberrynya yang ikut ia rasakan saat berciuman dengan Steven. Ia mencari lagi lipstiknya yang lain, ia mengambil lipstik merk chan*l nya lalu menyapukan tipis di bibirnya. Sekarang masalahnya adalah matanya. Matanya terlihat sangat besar karena sembab dan jangan lupakan lingkaran hitam mengerikan itu. Ia melirik kacamata di atas meja, ia terpaksa memakainya. Lebih baik begini dari pada terlihat ia habis menangis, ia tak ingin Samuel melihat matanya. Ia turun ke bawah, lalu membuka pintunya. Matanya menengok kesana kemari, lalu melihat mobil yang tak asing terparkir di luar pagarnya. Dengan cepat ia membuka pagar dan menyuruh Samuel untuk masuk. Pria itu menolak dan malah menyuruh Jessica untuk masuk ke dalam mobilnya saja. "Hahaha kenapa kau pakai kacamata hitam ?" Samuel tertawa melihatnya memakai kacamata hitam. 'Ini perbuatan adikmu' ucap Jessica dalam hati. "Aku tadi mau jogging kak, aku pakai kacamata agar tak ada yang naksir aku" ucap Jessica dengan alasan konyol. "Haha kau malah terlihat lebih cantik memakai kacamata itu" ucap Samuel. "Benarkah ?" tanya Jessica kaget. "Benar, semalam kau tertidur ya ?" tanya Samuel pada Jessica, wajahnya masih terlihat santai. Ia sedikit gugup. "Hmm benar" ucapnya tak berbohong, semalam ia memang tertidur. Walaupun sebelum itu ia bertemu dengan Steven. "Ku kira kau marah padaku" ucap Samuel lega. "Tidak kak, untuk apa aku marah padamu ? Kau juga kenapa sampai pagi menungguku ?" tanya Jessica heran dengan sikap Samuel. "tentu saja ini merupakan perlakuan istimewa untuk gadis istimewa" ucap Samuel. Jessica tertawa geli. "Waah ? Benarkah ?" tanya Jessica dengan nada bercanda. "Tentu, aku tak pernah main- main dengan ucapanku Jessie" ucap Samuel sambil melihat ke mata Jessica. "Boleh kah aku menjadi yang pertama untukmu ?" tanya Samuel dengan serius. "Maksutmu kak ?" tanya Jessica pura- pura bodoh. "Aku ingin kau memanggilku kapanpun kau mau" "Aku ingin menjadi pria favoritmu" "Aku ingin menjadi nomor 1 dari 2 atau 3 pilihanmu" "Bolehkah ?" Samuel menggengam tangannya. Ia merasa terharu sekaligus merasa bersalah pada pria itu, karena semalam ia akan berbuat kotor bersama Steven. Kini ia merasa harus berterimakasih pada Steven. "Maaf kak,tapi aku tak yakin" ucap Jessica ragu karena ia sangat merasa belum siap melepas Steven, ia memang bodoh. "Aku tau, aku akan berusaha menghapus adikku dari pikiranmu" ucap Samuel. 'Bagaimana dia bisa tau ?' ucap Jessica dalam hati. Pria itu merogoh sakunya, ia menggenggam sebuah kotak merah. Di dalamnya terdapat sebuah cincin dengan permata berbentuk hati berwarna merah muda. Ia menyematkan cincin itu di jari telunjuk Jessica. "Kembalikan padaku jika kau belum cinta padaku, semoga kau memakainya terus " ucap Samuel tulus. Dari balik kacamata hitamnya mata Jessica berkaca- kaca, ia melihat cincin itu. Begitu pas dan cantik tersemat di jarinya. "Kenapa kau sematkan di telunjukku kak ?" tanyanya penasaran. "Tak apa hanya ingin berbeda saja, apa aku sudah keren ?" ucap Samuel sambil melipat tangannya ke depan d**a. "Iya, kau sangat keren" ucap Jessica sambil mengacungkan jempolnya. "Ingat Jessi, orang keren ini yang menyatakan cintanya padamu pagi ini jam 06.20 di depan gerbang rumahmu" ucap Samuel sambil tertawa. Jessica ikut tertawa kerena perkataan Samuel, membuatnya melupakan kesedihannya semalam. . . . Jessica malambaikan tangannya ke arah mobil Samuel yang telah berjalan. Dari salam mobil tangan Samuel keluar dan ikut melambaikan tangannya pada pada Jessica. Ia melihat ke arah spion, ia merasa senang bertemu dengan gadis itu. Tapi setelah melihat kacamata hitamnya, tangannya mengeras menggenggam setir mobilnya. Ia tau bahwa mata Jessica telah sembab karena menangis semalaman. Samuel juga tau bahwa semalam adiknya berada di dalam rumah Jessica, dan entah apa yang di perbuat adiknya hingga menyebabkan Jessica menangis. Ia tak mau terlalu tau, yang pasti ia akan menggantikan Steven di hati Jessica. Sedangkaan Jessica yang masih melihat mobil Samuel dari kejauhan merasa senang dengan pria itu. Andai ia langsung bisa melupakan Steven ia pasti akan berkata iya pada Sam. Karena pria itu sangat perhatian dan baik padanya. Jessica memutuskan kembali masuk ke dalam rumahnya. Setelah 5 menit ia keluar dari dalam rumahnya lagi memakai hoodie dan celana trainingnya. Sepatu kets putihnya melengkapi penampilannya untuk olahraga pagi ini. "Aku akan membuang kejadian tadi malam dari otakku" ucap Jessica meyakinkan diri. "Move on Jessie!" ia menyemangati dirinya sendiri. Setelah itu ia memasang earphone di telinganya, lalu mulai menyalakan musik untuk menemaninya berlari santai di pagi itu. Ia telah sampai di taman kota, lalu ia mendongak ke atas melihat sinar matahari yang tak begitu menyilaukan. Tentu berkat kacamata hitam yang di pakainya. 'Thanks my sungglesses' ucapnya dalam hati. Ia tak menyadari bahwa sedari tadi banyak mata memandangi dirinya. Terutama para mata pria yang mengincarnya untuk diajak berkenalan, mungkin ? Jessica tersentak kaget karena bahunya di tepuk oleh seseorang, ia menengok ke arah belakang. "Kak Alan" ternyata kakak dari Alice lah yang menepuk bahunya. "Yo Jessie" sapa Alan dengan nada kaku khas seperti prajurit pada umumnya. "Sedang apa kak ?" tanya Jessica yang kini berjalan santai. "Olahraga, kau ?" ucap Alan menjawab Jessica, lalu balik bertanya. "Sama" jawab Jessica. Mereka berjalan beriringan, sesekali Alan melirik ke arah gadis di sebelahnya. "Sudah lama ?" tanya Alan lagi. "Iya kak, kau ?" jawab Jessica. "Huum" ucap Alan lagi. Kini mereka sama- sama diam, Jessica memang tak pandai berbasa- basi dengan seseorang. Apalagi dengan orang yang jarang ia temui. Begitu pula dengan Alan, yang merupakan seorang tentara. Setiap hari ia hanya berolahraga dan melatih bawahannya. Biarpun masih muda namun pangkatnya telah tinggi, dia dianggap sangat berdedikasi oleh negara. Sehingga karirnya sangat cemerlang di kemiliteran, dia juga sangat cerdas. Jangan lupa wajahnya yang tampan. Sifatnya juga lebih pendiam di banding adiknya. "Kak, aku duluan ya ?" Jessica terlihat tak nyaman karena sedari tadi mereka hanya diam tak bersuara. Saat Jessica akan pergi, Alan menahan tangan Jessica. "Kenapa ?" tanya Jessica pada kakak sahabatnya itu. "Boleh temani aku sarapan ?" tanya Alan. "Sarapan ?" tanya Jessica kembali. Alan dengan wajah malu- malunya mengangguk mengiyakan. Jessicapun menangguk setuju dengan senyum manis, yang membuat jantung Alan berdetak tak nyaman.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD