Mencium pangeran

1068 Words
Lagu when you say nothing at all mengalun lembut di penjuru Strawberry cafe, membuat dua orang yang sedang duduk saling berhadapan refleks saling melirik satu sama lain lalu segera membuang muka setelah tak sengaja mata mereka bertemu. "Lagu kita kan sayang" ucap Stefi dengan manja tangan nya mencubit pelan pipi Steven. Steven menghindar, Clara tertawa mengejek. "Dan lagu yang sering di ku dengarkan di butiq Jessica" Clara menambahkan sambil melirik Stefi yang sedang menunjukan muka sebal. "Oh wow kalian memiliki selera yang sama ? Kalian memang sahabat sejati ya" Stefi menyatukan kedua tangan nya, ia sengaja menekan kata sahabat untuk menyadarkan Jessica. Bahwa dia akan selalu menjadi sahabat tak akan menjadi lebih. "Haha memang aku suka sekali lagu itu, lagu itu merupakan lagu yang lumayan berkesan dengan mantan pacarku" Jessica berbicara dengan santai. "KAU PUNYA MANTAN PACAR ?" Vincent dan Clara serempak bertanya. "KAU TAK TAU ?" mereka berbicara dengen kompak lagi. "Kalau kau tau ?" Stefi bertanya kepada Steven. "Tidak" Steven menjawab lalu menatap Jessica dengan tatapan... sedikit cemburu? "Itu saat Sma" Jessica sedikit menjelaskan. "Sma ? Apakah satu sekolah dengan kita ? Sekelas ? Atau kah kakak kelas ?" Vincent bertanya dengan tidak sabar. "Ya! Dia satu angkatan dengan kita" ucap Jessica ia ingin tertawa melihat wajah sahabatnya. "Kau ? Dasar pengkhianat! Aku tak pernah tau! Kita tak usah berteman lagi kau menyembunyikan rahasia besar Jessica!" Clara sedikit marah kali ini. "Rahasia apa ?" Alice muncul dengen mambawa lilin aroma terapi, ia membagikan satu persatu lilin itu "ini tadi aku beli disana" "terimakasih ya Alice" Stefi berterimakasih walau dengan raut mengejek sambil melihat lilin itu. "Ya sama- sama dan ini untukmu wangi lavender" Ia memberikan lilin untuk Jessica dan Steven. Ia tau mereka suka dengan wangi itu. "Thanks Alice" ucap Jessica dan Steven serempak. "Kau tau tidak ternyata dia pernah punya pacar, satu sekolah dan satu angkatan dengan kita. Hebat sekali kita sampai tidak tau!" Clara menjelaskan dengan berapi- api. "Haha semua orang punya rahasia Clara. Justru katanya sahabat itu tidak perlu selalu tau semua tentang kita. Justru itulah yang membuat persahabatan menjadi awet." Alice mulai menasehati sahabat nya lalu melihat Vincent yang juga melihat nya lalu tersenyum. "Tapi aku selalu terbuka dengan kalian" Clara berbicara dengan suara pura- pura terluka. "Itu kan kau, Jessica itu dari dulu memang selalu jadi pendengar yang baik" Alice menyudahi pembicaraan tentang mantan Jessica. ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Malam semakin larut mereka pun memutuskan untuk pulang. "Aku akan mengantarkan mereka dulu" Vincent menunjuk Steven dan Stefi menggunakan ibu jarinya. "Aku akan naik taksi" jawab Steven cepat "Kau akan mengantarkan ku kan sayang" Stefi menimpali, " Iya " ucap Steven sambil mengetik di handphone nya. "Ayolah akan aku antarkan" Vincent sedikit memaksa, namun tetap di tolak oleh Steven. "Yakin ?" Vincent meyakinkan Steven lagi. "Aku sudah memesan taksi, nah itu dia taksinya" Ucap Steven "Aku pulang dulu besok kita bertemu lagi" "byee" Stefi ikut berpamitan. Steven bersalaman dengan semua teman nya, ketika sampai di depan Jessica dia sedikit berbisik "atap Jess?" lalu mulai melangkah dan masuk ke dalam taksi. Jessica sedikit terkejut 'atap?' "Aku juga akan pulang, ayo ku antarkan kalian berdua, kau tak apa jika sendiri kan Jess?" Vincent bertanya kepada Jessica. "Aku sudah terbiasa sendiri" Ucap Jessica sambil memukul Vincent main- main. Vincent terkekeh. "Aku akan terus menagih cerita tentang mantan itu Jessi" ucap Clara matanya memicing, lalu masuk ke dalam mobil Vincent. Muka nya kembali muncul lewat jendela mobil "nanti telfon aku". "Dasar gila, bye Jessi sayang terimakasih untuk yang tadi" Alice masuk ke dalam mobil, lalu menutup kaca mobil main- main sehingga kepala Clara akan terjepit. " Toling aaaa jangan jangan, Alice bodoh" Clara menjerit- jerit minta tolong. Jessica tertawa lalu berpura- pura akan memenggal kepala Clara. Clara memutar matanya bosan "sudahlah" Mereka pun segera pergi dari sana. Jessica menyetirkan mobil nya lurus ke jalan butiqnya, setelah sampai ia langsung memarkirkan mobilnya. Lalu masuk dan segera berganti pakaian yang lebih hangat. Jessica masih memikirkan perkataan Steven. Dulu atap adalah kode Steven dan Jessica ketika akan bertemu, mereka bertemu diam- diam di atap sekolah. Ia menggelengkan kepala dengan cepat saat berpikiran itu, tapi bukan kah itu yang di inginkan Steven tadi atau mungkin itu adalah keinginan terdalam nya ? . . . Jam telah menunjukan pukul 00.00 setelah mandi, Jessica duduk di sofa sambil menonton televisi. Ia lumayan antusias melihat para model sedang melenggang indah di panggung. Ia melihat busana yang di pakai para model, ia sedikit tertarik dengan busana yang di pakai model nomor 9. Setelah ini mungkin ia akan membelinya. 2 jam berlalu ia belum juga mengantuk acara peragaan busana juga telai usai, kini berpindah menjadi tayangan film Tiongkok. Film romantis berjudul My Best Friend My First Love awalnya tokoh pria menyukai tokoh wanita tapi wanita tak begitu peka barulah saat tokoh pria memacari wanita lain tokoh wanita balik menyukainya , ia sedikit tersindir. Semakin lama Ia mulai bosan lalu dengan sengaja memindah- mindahkan saluran di televisi mencari tayangan yang layak di tonton, di saluran SSTV sedang tayang talk show yang menampilkan penyanyi Ronan Keating penyanyi kesukaan nya. Sang penyayi lantas menyanyikan lagu when you say nothing at all. "What's been said between your heart and mine" "The smile on your face lets me know that you need me" "There's a truth in your eyes saying you'll never leave me" Jessica ikut bernyanyi ia mulai memikirkan Steven, lalu dengan kesadaran penuh ia pun lari secepat kilat mengambil kunci dan menjalankan mobilnya ke Sma Harapan Mulia. Jessica memarkirkan mobil nya di supermarket 24 jam didekat Sma nya. Ia mulai melewati cela pagar besar yang masih belum juga di perbaiki dari dulu saat ia masih bersekolah disana, dengan berjalan mengendap- ngendap ia segera naik ke atap. Sekolah begitu sepi ia mulai sedikit merinding, Jessica berjalan menggunakan bantuan penerangan dari flash di handphone nya. 'kreekk' ia membuka pintu atap perlahan. Kosong "Apakah aku yang terlalu berharap?" Jessica berbicara sendiri, Ia sedikit kecewa. "uhuk" Suara batuk dari seseorang membuat Jessica kaget ia mulai takut. Setelah mengumpulkan keberanian ia mulai menajamkan telinga dan mulai mengikuti ke sumber suara. Jessica melangkah lebih dekat lalu ia melihat Steven sedang duduk tertidur di samping tangki air, ia merasa kasihan. Jessica mendudukan diri disebelah Steven, ia memandang nya cukup lama. Cukup lama hanya melihat, ia memberanikan diri untuk segera mencium pipi Steven. Steven bergerak matanya sedikit terbuka, namun segera tertidur kembali. Ia bernapas lega, namun bibirnya sedikit berdenyut ingin tersenyum. Melihat Steven membuat jantung Jessica seakan hampir terlepas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD