Ms. Clara

1036 Words
Clara masih duduk ditaksi menuju rumahnya sambil menangis, ia mengelap matanya. Ia melihat ke handphone nya. Nama Roland calon suaminya masih saja mengirim banyak chat namun tak ia hiraukan. Clara masih kecewa dan marah kepada Roland. Beberapa hari yang lalu ia tak sengaja melihat Roland bersama dengan wanita lain sedang memilih- milih baju di mall. Ia merasa tak pernah melihat wanita itu. Clara yang awalnya tak curiga mengirim chat kepada Roland dan bertanya sedang berada dimana dirinya. Tapi hal yang mengejutkan terjadi Roland hanya membalas ia sedang sibuk di kantor, sedangkan yang kini ia lihat Roland terlihat menggandeng wanita itu dan memilih- milih baju. Ia masih mencoba berpikiran positif, kini ia berusaha untuk menelfon Roland. Namun yang membuat ia semakin sakit hati adalah Roland menolak telfon darinya. 's**l aku diabaikan!' ucap Clara dalam hati, dadanya panas karna cemburu. Ia tak ingin melabrak Roland sekarang karna ia juga akan malu. Sejak saat itu Clara mengabaikan apapun tentang Roland, bahkan menu dari catering pernikahan nya yang menelfonnya tak ia hiraukan. Getaran dari handphone nya membuatnya sadar kembali, Jessica telah menelfon nya beberapa kali. Ia sekarang sedang tak ingin berbicara kepada orang lain, ia menimbang- nimbang apakah ia akan pulang ke apartemen atau ke rumah orangtua nya. Jika ke rumah orang tuanya Jessica atau temannya yang lain akan kesana, orangtua nya tak mungkin berbohong mengatakan ia tak ada disana. Sedangkan jika ke apartemen pasti Roland ada disana. "Pak balik arah ke Hotel Aelaza" ucap Clara. Mungkin ia akan menginap di hotel lagi. . . . Jessica yang sedang menyetir sedikit gagal fokus melihat nama calon suami sahabatnya menelfonnya, ia segera mengangkat telefonnya. "Ada apa Rol ?" "Jess ingin bertanya,apakah Clara ada masalah ?" ucap Roland diseberang telefon, suaranyan sedikit panik. "Sekitar 5 menit yang lalu ia marah pada kami, lalu pergi" ucap Jessica menjawab pertanyaan Roland. "5 menit yang lalu ? kemarin tak ada masalah ?" tanya Roland lagi. "Aku tidak tau. Kalau dari aku dan yang lain tidak ada, apakah Clara sedang bersamamu ?" "Sudah beberapa hari ini aku baru sadar jika ia tak pernah membalas pesanku dan memberi tau kabarnya. Catering pernikahan kami bahkan tak digubrisnya" "Aku menelfon ke rumah dan aku sekarang di apartemen kami. Namun dia tak ada disana" Jessica jembali bingung mencari keberadaan sahabatnya. "Aku akan mencarinya" ucap Jessica kepada Roland. "Aku juga akan mencari nya ditempat lain, tolong jika sudah ketemu Clara kau hubungi aku jes. Terimakasih" ucap Roland lalu menutup sambungan telfon nya. Jessica fokus mencari keberadaan Clara, ia mulai mencari ke tempat yang sering di datangi sahabatnya. "Apakah kini aku harus ke bar langgangan Clara ?" Jessica berbicara sendiri. Jessica kembali menerima telfon kali ini Tifany, kakak iparnya yang sedang menelfon. "Ada apa kak ?" "Jess kau tidak kesini ? Teman mu baru saja memesan lagi kamar di hotel ibu yang baru. Aku sering melihatnya tidur disini" ucap Tifany diseberang telfon. "Ah iya kak ini aku sedang diijalan, aku baru saja akan segera kesana" ucap Jessica sedikit berbohong. "Baguslah. Aku melihatnya seperti orang yang akan mengakhiri hidupnya saja. Mungkinkah dia ada sedikit masalah ?" Tifany bertanya lagi. Jessica sangat kaget, ia kini menaikan kecepatan mobilnya. "Hahaha tentu tidak kak, dia hanya sedikit terharu tadi. Kau tau kan teman ku ? Vincent dan Alice ? Mereka akan bertunangan" "Wah benarkah ? Si gadis tomboy itu ? Kau kalah start Jessi" Tifany mulai mengejek Jessica. "Tunggu saja, jodohku sedang berada di korea sedang syuting drama" ucapku bercanda, sedikit menekan rasa khawatirku. "Baiklah imo" ucap Tifany mengejek Jessica lagi. . . . Jessica turun dari mobil dengam terburu- buru melangkah menuju resepsionist. "Selamat malam ada yang bisa kami bantu" ucap resepsionist itu. "Kamar atas nama Clara Wibisono ?" ucapku tak sabar. "Maaf nama atas Clara Wibisono menitip pesan tak ingin diganggu oleh siapapun" ucap resepsionist tak melihat kearah Jessica. "Tapi ini sangat penting" ucap jessica tak sabar. "Maaf nona, sekali lagi tidak bisa" ucap resepsionist kini memandang jessica dengan tatapan memyebalkan. "aku temannya, maaf lagi pula hotel ini milik ibuku" ucap Jessica lagi dengan sedikit melotot. resepsionist sedikit tidak percaya, lalu segera memanggil managernya datang . "Nona ini memaksa untuk menemui tamu kita yang tak ingin diganggu" ucap resepsionist itu mulai sedikit sopan, mungkin agak takut dengan Jessica. " Dan siapa orang itu ?" manager itu sedikit berbicara sombong, namun segera ramah melihat didepan matanya adalah Jessica anak dari ibu Rose pemilik hotel ini. "Nona Azalea, selamat datang ke hotell kami" Resepsionst sedikit kaget mendengar nama anak dari pemilik hotel di ucapkan oleh manager. "Aku ingin meminta kunci kamar atas nama Clara Wibisono" "Maaf nona tidak bisa, nona Clara Wibisono memberi perintah bahwa dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun" ucap Manager dengan lemah lembut, sedikit mencari muka dengan Jessica. "Itu temanku dia sedang depresi nanti dia bunuh diri. Hotel ini reputasi nya akan turun dan bangkrut kau mau ?" Jessica kini menakuti mereka. manager yang takut pun segera memberi kunci kamar ke jessica, dan jessica segera menaiki lift menuju kamar clara. 'Brakkk!!' Jessica terburu- buru membuka pintu kamar, sedikit membantingnya. Jessica sangat terkejut melihat Clara sedang tidur di lantai. . . . "Clara kau tak apa ?" Jessica berlari ke arah Clara dan menggoyang- goyangkan nya. Ia sempat melihat botol deodorant Clara berada dibawah kolong tempat tidur. Clara tak kunjung bangun, Jessica mengeluarkan parfum dari dalam tasnya. Ia segera menyemprotkan parfum ke hidung Clara karna panik. "Hatchiii.." Clara yang bersih kemudian sadar, ia mengamati sekitar. "Kau gila jess. Kau ingin membunuhku dengan bau itu" Clara berdiri lalu berlari ke kemar mandi. Clara menggosok dengan kencang wajahnya yang penuh dengan bau parfum Jessica, lalu ia sedikit mengaca. 'wajahku kacau sekali' ucap Clara dalam hati, wajahnya berminyak, matanya bengkak dan merah, hidungnya juga berubah menjadi berwarna merah. 'setelah ini aku akan mendaftar menjadi sirkus' pikirnya sambil terkekeh. . . Jessica yang tadinya sedih dan menangis melihat temannya sekarat, kini mengerucutkan bibirnya. Ia duduk manis di kasur menunggu Clara keluar dari kamar mandi. "kenapa kau bisa pingsan ?" tanya Jessica kepada Clara yang sudah keluar dari kamar mandi, mukanya sangat basah dengan air. "aku terpeleset deodorantku" ucap Clara sambil mengelus kaki nya yang sakit karena beradu dengan lantai yang keras. "pfftttt dasar konyol" Jessica kini tertawa terbahak- bahak. "Deodorant s****n huaaaa" Clara kini juga ikut tertawa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD