Rencana

1092 Words
"Kak maafkan aku, aku sangat- sangat bodoh karena salah mengukur gaun nona Merry" ucap Lucy terlihat menyesal. Ia baru saja dimarahi oleh Merry, ia takut Jessica ikut memarahinya juga. "Calm Lucy" ucap Jessica kepada Lucy. "Gaun ini akan ku pakai besok,kalian sungguh jadi tak profesional sekarang" pelanggan bernama merry itu terlihat sangat marah. "Maafkan kami nona merry, namun gaun itu masih sama ukurannya dengan gaun anda yang anda bawa kesini"ucap Jessica sangat yakin. "Maksutmu aku bertambah gendut ?" Merry tersinggung dengan ucapan Jessica. Dalam hati Jessica ingin meng iyakannya, namun ia takut Merry akan betambah marah nanti. "Lebih baik kita ukur kembali memakai ukuran badan nona yang sekarang" ucap Jessica sambil mengambil pita ukur. "Ehem.. Aku memang bertambah berat badan minggu ini, tapi tak sampai 5 kilo. Jadi tak mungkin sampai berbeda". Merry mendekat ke arah Jessica untuk di ukur. Jessica mengukur tubuh Merry dengan teliti lalu segera dicatat oleh Lucy. "Ukuranmu memang bertambah 5 senti dari ukuran lamamu nona" Jessica memperlihatkan catatan rapinya. "Oh benarkah ?" Merry sedikit malu. "Aku harus bagaimana sekarang, gaun itu akan aku gunakan besok" Merry menjadi bingung. "Aku punya gaun dengan model yang sama, Lucy tolong di lemari nomer 2" ucap Jessica. Lucy mengantarkan Merry ke lemari gaun berada. "Jess aku punya berita gembira namun sepertinya akan melelahkan" ucap Wendy yang baru saja menutup panggilan telfon. "Simpan untuk nanti, aku akan ke Lucy dulu" ucap Jessica sambil berjalan ke arah Lucy dan Merry. "Bagaimana nona ? Jika kau suka kau bisa membawanya sekarang" ucap Lucy pada Merry. "Kenapa tak bilang lebih awal jika ada gaun ini ?" Merry masih melihat dirinya lewat kaca. "Kami selalu mendahului keinginan pelanggan nona, ah kau terlihat sangat cantik memakai warna hitam" Jessica memuji Merry. "Benarkah ?" Merry tersipu dipuji Jessica. "Jangan terkejut jika besok kau akan jadi pusat perhatian diacara itu" Jessica memuji Merry lagi. "Baiklah aku ambil, tapi gaun yang tadi bisakah kau besarkannya sedikit ?" Tanya Merry pada Jessica. "Apapun untukmu" Jessica menyuruh Anne untuk membesarkan gaun pertama milik Merry. Wendy mendekat ke arah Jessica lagi. "Bulan ini kita akan sangat sibuk" ucapnya. "Kita selalu sibuk" Anne menimpali. "Kali ini 20 gaun untuk pertunangan satu keluarga" Wendy terlihat lelah. "Atas nama siapa ?" Tanya Jessica penasaran. "Nonya Margaret,kau tau kan Jessi ? si nyonya nyentrik" ucap Wendy mengingatkan Jessica tentang Margaret. "Oh tentu aku tau dan kapan mereka akan datang untuk mengukur ?" tanya Jessica lagi. "Lusa saat jadwal kita kosong, kita akan tutup sementara kan ?" Tanya Wendy pada Jessica. "Tentu, aku tak ingin melihat karyawanku pingsan" ucap Jessica lagi sambil tertawa. . . . "Bukankah ini terlalu cepat ?" tanya Steven pada Ruth, ibunya. "Kenapa sayang ? Aku dan Bibi Margaret telah merencanakan ini dari lama" ucap Ruth sambil melihat- lihat gaun di katalog. "Anakmu baru saja kecelakaan, temannya saja masih koma. Bukan kah kita harus mengundurnya ?" Charles suaminya ikut memprotes. "Baik- baik akan aku undur,nanti aku akan bicara dengan Margaret" ucap Ruth menyerah. Sebenarnya ia juga belum mempunyai pikiran untuk menikahkan putra keduanya itu, namun Margaret memaksanya. Akhirnya ia menyetujuinya namun hanya pertunangan saja. Untuk pernikahan biar Steven saja yang merencanakannya , ia tidak mau terlalu ikut campur. "Kau tak usah lanjutkan studymu, belajarlah pada Samuel untuk mengelola perusahaan papa" Ucap Charles sambil meminum kopinya sembari menonton berita di televisi. Samuel adalah kakak Steven, ia adalah sosok kakak yang sangat sempurna baginya. Namun diumurnya yang menginjak 28 tahun ia masih belum juga punya kekasih. "Baik pa, tapi izinkan aku mengelola perusahaan papa yang baru. Oke ?" ucap Steven meminta persetujuan ayahnya. "Its oke. Papa tau kau bisa mengurusnya" Charles memberikan suport pada Steven. Charles memang sangat adil pada anak- anaknya, ia sangat menyayangi dan menghargai mereka. Maka dari itu Steven juga sangat menghormati Charles. "Bukan kah Jessica Azalea adalah teman sekolahmu yang sangat cantik itu sayang ?" Tanya Ruth pada Steven. "Mama masih mengingatnya ?" tanya Steven terkejut. "Tentu saja, ibunya sering berkumpul dengan mama saat pertemuan socialita" ucap Ruth pada Steven. "Selain itu temanmu juga sangat terkenal, dia sangat sukses" lanjut Ruth. "Ahh dan kau tau nak ? dia itu incaran para teman ibu, jika kau belum dengan Stefi mama juga ingin memintanya agar berkencan denganmu hahaha" ucap Ruth lagi lalu tertawa. "Sudah ada Stefi ma" Steven menimpali perkataan ibunya, padahal dalam hatinya ia berkata 'aku ingin Jessica' "Ah atau Semuel. Siapa yang tak mau dengan Samuel ? mama harus menelfon Ellizabeth sekarang" Ruth terlihat sangat antusias. "Itu ide yang buruk ma" Steven tak suka dengan ide ibunya. "Kenapa ?" Tanya Ruth menghentikan gerakannya. Ia akan menelfon Ellizabeth, ibu dari Jessica. "Samuel orang yang sibuk dan Jessica juga. Mereka berdua sangat sibuk" ucap Steven agar ibunya tak jadi melanjutkan rencananya. "Ah benar juga" Ruth kini cemberut. "Hahaha benar kan ma.. Fiuhh" Steven kini menjadi lega. Ia sangat tidak rela jika Jessica punya kekasih sekarang, ia ingin mendekati Jessica karena kini mereka sudah menjadi dekat lagi. Ia ingin mendekati gadis itu, namun ia juga tak mau melepaskan Stefi. ah dia sangat egois. Ruth yang tadi cemberut kini mulai bermain handphonenya lagi. Ia mulai menghubungi seseorang, Steven melirik ibunya. Berharap ibunya tidak menelfon Ellizabeth. "Halo ?" "Ah... Bisakah kita undur acara pertunangannya ?" "Charles yang menyuruhnya" "Lusa ? Kami bisa". "Ah ya ya. Tapi aku lebih suka warna hitam" "Aku tidak akan memakai warna ungu" "Baiklah, sampai jumpa besok" Ruth memutuskan sambungan telefon itu. "Jika jas kalian berwarna ungu bagaimana ? apakah kalian mau ?" Tanya Ruth dengan raut wajah cemberut. "Tidak ma, aku tidak mau" jawab Steven. "Aku juga" Charles ikut berpendapat. "Aku juga tidak mau" Samuel yang baru saja datang mendengar pembicaraan ibunya. "Sayangku" Ruth berlari kecil lalu memeluk Samuel serta menciumnya. "Ah pas sekali kau sudah pulang" Ruth kembali senang. Moodnya memang mudah berubah. Kenapa ma ?" Tanya Samuel bingung. "Jangan bilang" Steven ingin menyela kata- kata ibunya. "Kau tau kan Jessica teman Steven ?" Steven menggelengkan kepalanya. "Ah tentu aku tau" Samuel lalu duduk disebelah Charles, ia ikut menonton berita di televisi. "Maukah kau kencan buta dengannya ?" Ruth berharap anaknya akan setuju. Semuel melihat ibunya, lalu melihat adiknya yang sedang menatapnya. Steven menunggu jawaban Samuel, berharap kakaknya akan menolak ide dari ibunya. "Tentu" ucap Samuel tersenyum jail ke arah adiknya, ia tau dulu Steven sangat menyukai gadis itu. "Yess. mama akan menelfon Ellzabeth" ucap Ruth sangat bersemangat. "Besok dia juga yang akan mengukur baju untuk kita di studionya " ucap Ruth menambahkan. "Studio ? Jessica ?" Steven terlihat kaget. "Mama belum bilang ?" Tanya Ruth. Steven menggeleng. "Ini mama bilang" ucap Ruth sambil berjalan kearah balkon, ia ingin menelfon Ellizabeth.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD