Bab 2

1905 Words
"Kenapa tuh muka? kusam banget." Tanya Digta kepada adik lelakinya yang baru saja masuk melangkahkan kaki dengan wajah yang terlihat kusam dan terkesan dingin. Sang adik yang tak lain adalah Algio Dhewa, menghempaskan badannya di sofa tepat depan Digta. "Pusing gue." ucap Gio, dan memejamkan matanya. "Kenapa lagi? ada masalah di kampus." Digta yang tadi fokus dengan hpnya. Berbalik menatap sang adik yang lagi terlentang. "Kara gak berhentinya gangguin gue. Entah dengan cara apa supaya dia berhenti gangguin hidup gue." kini sebelah tangan nya dia naikkan untuk menutupi wajahnya. "Masalah cewek ternyata. Hahhh." Digta menyunggingkan bibirnya. "Kenapa gak coba buat nerima kehadiran gadis itu. Buka sedikit hati loe buat dia." sambung Digta lagi. Gio membangunkan badannya dan merubah posisi duduk. "Dia bukan tipe gue bang. Dia gadis i***t, tak tahu malu, gadis sembraut. Gak ada elegan elegannya." Gio mengejek Kara dengan enteng. "Jangan terlalu membencinya, itu bisa jadi Boomerang buat loe sendiri." "Maksud loe?" "Hmm… jangan sampe loe yang bakalan tergila-gila sama dia." "Cih… nggak akan pernah." desis Gio. "Ingat hukum Karma selalu berjalan dan tepat pada sasaran." Digta memperingati Gio. "Serah loe dah." Gio berdiri dan berjalan menuju kamar nya di lantai atas. Moodnya makin gak bagus kerena perkataan sang kakak. Melemparkan tas nya ke atas ranjang dan menghempaskan tubuhnya. "Cewek gila." ucap Gio dan tak lama memejamkan matanya kembali. * * * "Kara, baru pulang?" tanya seseorang padanya, saat Kara hendak masuk ke dalam kamar kos. "Emmhh, iya bang." "Mukanya kok lesuh gitu?." "Lagi capek aja. Kara masuk dulu bang." "Istirahat Kar." Kara hanya mengangguk tersenyum kecil dan kemudian masuk ke dalam kamar kostnya. Tempat ternyaman Kara saat melepaskan letihnya. Dirinya menghempaskan tubuh mungilnya itu ke atas kasur tanpa ranjang. Berguling-guling menyebutkan nama Gio berulang ulang kali. "Arghhh Gio…… Algio Dhewa, kenapa loe gak pernah nganggap kehadiran gue. Liat gue sedikit aja Yo. Gue gak minta lebih, gue cuma mau loe nganggap gue ada." sejujurnya Kara capek, dia lelah. Tapi Cinta nya pada Gio begitu besar, ingin menyerah tapi tak bisa. Menatap kearah langit langit plafon, perlahan matanya mulai terasa sayup, namun suara panggilan dari luar menyadarkan dirinya. "Aisshhh, siapa sih ganggu orang mau tidur aja." gerutu Kara dalam hati. Membuka pintu dan melihat siapa yang memanggilnya. "Bang Zaki, ada apa bang?" ternyata Zaki yang memanggilnya. Zaki adalah cowok yang negur Kara beberapa saat yang lalu saat dirinya baru pulang. Dan juga Zaki adalah tetangga depan kost Kara, kost khusus cowok. "Nih buat Kara makan." menyodorkan kantong plastik berisi makanan. "Ya ampun bang gak usah repot-repot. Kara jadi gak enak kalau kayak gini." ucap Kara tak enak hati. "Gak apa-apa, ini memang sengaja beli buat Kara. Makan dulu gih, baru istirahat." Zaki tersenyum begitu tulus menatap Kara. Kara tahu, bahwa lelaki ini menyimpan perasaan padanya. Tapi Kara tidak bisa, dia hanya menganggapnya sebagai seorang kakak, tak lebih dari itu. "Makasih yang bang, jangan keseringan. Kara jadi gak enak." ucap Kara secara halus. Zaki hanya mengangguk, sebelum jalan dia mengacak lembut rambut Kara. "Masuk gih sana, istirahat yang cukup. Wajahmu kelihatan lelah." "Hmm iya bang." Keduanya hanya saling tersenyum, kemudian Zaki kembali menyebrang dan masuk ke dalam area kostnya itu. Begitu pun dengan Kara. To : Shila la la la Shil, lagi ? Send. Setelah kembali ke dalam kamar kost, Kara mengirimi sahabatnya itu pesan singkat. Beberapa detik kemudian, notif balasan dari Shila muncul. From : Shila la la la Apaan ? Kara dengan cepat mengetik balasan pesannya. To : Shila la la la Bang Zaki ngirimin gue makan lagi ?, mau gue tolak gak enak shil. Takut tersinggung. A few seconds later. From : Shila la la la Kenapa sih loe gak coba buka hati buat dia Kar. Daripada loe ngarepin manusia batu yang gak punya perasaan kek si Gio itu. Gue liat liat bang Zaki orangnya baik. Melihat balasan dari Shila yang seperti itu, membuat Kara menghela nafas dengan berat. Lanjut mengetik membalas pesan itu. To : Shila la la la Shila jangan ngatain Gio begitu. Dia baik kok, cuma gue aja yang terlalu berlebihan ngejar dia. Sampai ngebuat dia risih. Dasarnya Kara yang memang sudah bulol alias bucin t***l banget sama Gio. Mau dinasehatin gimana juga gak akan dengar. From : Shila la la la Serah loe Kara Annaya, yang penting loe senang. Senang nyakitin diri sendiri. Pesan Shila telah masuk, Kara membacanya dan tak lagi ingin membalasnya. Meletakkan handphonenya dan kembali melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda. Tidur siang menjelang sore lebih tepatnya. * * * Malam harinya... "Gio, gue kira loe gak bakal datang." ucap seorang gadis yang menggandeng tangan Gio dengan manja. "Gue tepati janji, gak mungkin gue ingkar." "Makasih yah, loe tamu spesial gue." ucap Meira. "Sama-sama, nih buat loe." Gio menyerahkan paper bag berisi kotak sedang yang terbungkus cantik dengan hiasan pita berwarna pink. Hari ini adalah ulang tahun Meira. Dan gadis itu mengadakan pesta di sebuah rooftop restoran ternama dan menyewanya untuk semalam penuh. Cup… Meira memberi kecupan singkat di pipi Gio. Tak kaget, karena sudah biasa. Gio hanya tersenyum simpul. Apa keduanya punya hubungan? entahlah, Gio hanya menganggap Meira seperti gadis yang lainnya. Tapi sebaliknya Meira menganggap mereka adalah sepasang kekasih goals. Hubungan tanpa status yang tidak jelas. Seperti lelaki b******k lainnya, Gio hanya menjadikan Meira sebagai teman dikala dia butuh kesenangan. Dan Kara adalah orang yang paling Meira benci, karena dia tak henti hentinya menganggu Gio. Kara adalah parasit yang harus Meira singkirkan. "Makasih Gio, gue sayang banget sama loe." ucap Meira dengan malu dan tanpa aba aba langsung memeluk Gio. Gio membiarkan gadis itu memeluk nya dan bermanja manja pada dirinya. Sedangkan dirinya hanya tersenyum simpul tanpa membalas pelukannya. "Pasti si cewek kampungan tak tahu diri itu gangguin loe lagi tadi kan?" Meira bertanya dengan nada kesel. "Gak usah nyebut nama dia Mei. Ini hari bahagia loe, jangan di rusak karena sesuatu yang tak penting." ucap Gio dengan sedikit nada kesel. Entah kenapa dia menjadi kesel karena Meira menjelekkan Kara. "Gue kesel, wajar kan Yo. Dia dengan tidak tahu malunya gangguin loe terus terusan." "Mei stop, berhenti bahas dia." Mood Meira berubah, dia merajuk. Kesel dengan Kara dan juga kesel mendengar nada bicara Gio. Gio mungkin akan membiarkan gadis ini dengan kekesalannya dan berlalu dari sana. Tapi Gio menghargai Meira. Menghargai? cih, bisa menghargai Meira, tapi Kara? bahkan dengan entengnya selalu menyakiti gadis itu tanpa menghargai setiap pengorbanannya. "Jumat besok gue mau ke Surabaya, baliknya Minggu sore mungkin!." ucap Gio mengalihkan pembicaraan. Meira menatap Gio dengan lekat. "Ngapain, gue boleh ikut?" ucap Meira. "Gak usah Mei, gue ada perlu disana. Urusan pribadi." akal-akalan Gio saja, sebenarnya dia hanya mau refreshing kesana. Kalau Meira ikut, nanti refreshingnya jadi terganggu. Meira tipekal cewek ribet. "Hmm,, ya udah. Tapi jangan lupa kabarin gue terus yah." Gio hanya menganggukkan kepala nya. "Gabung sama yang lain yuk." ucap Meira dan menunjuk ke arah teman-temannya yang tengah berkumpul. Pesta ulang tahun Meira berjalan dengan lancar dan mewah. Hingga larut malam, semua teman-temannya sudah pada bubar. Gio terpaksa mengantar Meira pulang ke apartemennya, karena gadis itu kini tengah mabok berat. Tidak mungkin dia pulang dengan keadaan nge-fly seperti ini. Sampainya di Apartemen Meira. Gio berjalan menggandeng gadis itu menuju kamarnya. Di rebahkan gadis itu di kasur, melepas kan high heels nya, menutup tubuh gadis itu dengan selimut. Saat akan berjalan keluar, tangannya di tahan oleh Meira. Ternyata gadis itu masih tersadar. "Gio, temani gue disini." Meira berucap dengan mata yang tertutup. "Istirahat Mei, gue harus balik." Gio mencoba melepaskan pegangan tangan Meira. Namun gadis itu malah terbangun dan memeluknya. "Gue masih kangen sama loe Yo. Jangan pergi." Wajah Meira begitu merah karena pengaruh alkohol. Gio masih tetap berusaha melepaskannya. "Oke gue temani sampai loe tertidur." Meira menatap wajah Gio dengan tatapan sayu, dengan gerakan yang tak di duga, gadis itu mencium bibir Gio, melumat nya dengan perlahan. Gio yang kaget dengan serangan tiba tiba Meira, berusaha untuk tidak terpengaruh dan tetap tenang. Gio lelaki normal yang punya hasrat nafsu. Dibawah pengaruh alkohol, ngebuat otak kotor bekerja dengan cepat. Perlahan Meira mulai turun menciumi leher Gio, menggigit kecil dan ingin membuat tanda tapi dengan cepat Gio mencegatnya sebelum gadis ini makin berulah. Tapi Meira yang telah di kuasai hasrat nafsu, dengan cepat kembali melumat bibir Gio. Meraba tubuh atletis lelaki itu. Tangannya dengan pelan membuka tiap kancing baju kemeja Gio. Ternyata setan dalam tubuh Gio tidak bisa di tahan. Nafsu di dalam tubuhnya ikut membara. Apalagi, Meira dengan suka rela memberikan tubuhnya untuk di jamak Gio. Ini bukan pertama kalinya mereka melakukan hubungan intim. "Eunghh.." desah Meira saat Gio membalas ciumannya, dan mulai turun menciumi leher jenjang Meira. "Aa-aaaahh Gio." gaun yang di kenakannya di buka paksa oleh lelaki itu. Mendorong Meira hingga terjatuh di kasur dan siap untuk Gio masuki. Dan yah, malam ini mereka habiskan dengan berolahraga malam. Menyatukan kedua tubuh dan membungkusnya dengan selimut. Sedangkan di lain tempat di waktu yang sama. Seorang gadis tengah duduk di teras kos, memandang langit yang gelap tanpa adanya bintang bintang. "Sepertinya akan turun hujan. Langitnya begitu gelap." ucap Kara. "Haaaahhh… semangat semangat, Kara pasti bisa." ucapnya dan kembali menatap layar laptop. Tahu kan! Mahasiswa semester akhir pasti disibukkan dan dipusingkan dengan judul Skripsi nanti. Padahal baru bulan depan mereka akan turun KKN, tapi apa salahnya memikirkannya dari sekarang. Rasanya ingin cepat cepat melewati masa masa ini. "Kara, lagi belajar?" ucap seseorang dari balik pagar kost itu. "Enggak bang, lagi nyicil dikit-dikit buat susunan skripsi aja bang." jawabnya. "Berarti Abang ganggu yah?" ucap Zaki. "Ada apa bang?" Kara bertanya dan Zaki perlahan menuju dirinya. "Gak apa apa, tadi lewat ngeliatin Kara lagi asyik menatap laptop." "Pusing bang, gini ternyata rasanya jadi mahasiswa semester akhir." ngeluh Kara dan meletakkan laptopnya di kursi samping. "Yah begitulah, dulu Abang juga sama sepertimu. Jangan patah semangat, harus fokus dan terus berjuang hingga finish." Zaki menyemangatinya. "Iya bang." ucap Kara dengan semangat. "Kar, malam Minggu gue boleh ajak loe keluar?" tanya Zaki. "Emmh maaf bang, tapi gue jumat besok mau ikut Shila ke Surabaya, baliknya nanti hari minggu." "Gitu yah." wajah Zaki terlihat kecewa namun dengan cepat tersenyum kembali. "Gak apa apa Kar. ngapain di Surabaya?" tanya Zaki lagi. "Gak tau Bang. Gue cuma temani Shila aja. Gak enak kalau gak ikut, soalnya Shila dah pesenin tiket beserta penginapan disana." "Ya sudah kalau gitu. Selama disana hati-hati yah Kar. Kalau ada apa apa jangan sungkan hubungi gue." "Kalau misalnya Kara nelfon bang Zaki suruh kesana, abang bakalan kesana?" "Pasti, dengan secepatnya langsung kesana susul Kara." "Ihhh bisa gitu yah." "Bisa dong, apapun demi Kara." ucap Zaki dengan serius, Kara yang di tatap mendadak salting. "Bang Zaki bisa aja. Hehehehe…" keduanya tertawa, bercengkrama dan hingga waktu telah larut malam. "Gak sadar udah jam segini." Zaki menatap jam tangannya. "Masuk gih sana, istirahat." ucap Zaki lagi. "Keasyikan ngobrol sampai gak sadar. Hehehehe… ya udah Kara masuk dulu yah bang." "Iya, jangan lupa cuci muka,tangan dan kaki dulu." "Siap bang." Kara mengambil laptop dan berjalan untuk masuk ke dalam. "Kar…" Zaki memperlihatkan senyumannya yang sangat manis. Jika wanita lain, mungkin sudah akan terpanah melihat nya. Tapi ini Kara, dia hanya menganggapnya biasa. Kara menoleh kearah Zaki. "Good Night, sweet dream Kara." Kara membelasnya dengan senyuman. "Good Night too bang." Dan berlalu masuk kedalam meninggalkan Zaki yang masih menatapnya. Memperhatikan Kara naik ke atas kamar kostnya yang terletak di lantai 2, hingga gadis itu menutup pintu kembali. Setelahnya barulah Zaki bergegas pergi dan kembali menuju kostnya yang berada di seberang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD