Hasil yang tak diinginkan

1212 Words
Sesuai apa yang dikatakannya tadi, Romlah kini berada di rumahnya Pak RT. dia bermaksud melaporkan Azkia yang menurutnya sudah membuat putranya rugi. Dengan menggebu-gebu Romlah menceritakan keadaan putranya bahkan dilebih-lebihkan dalam Dia bercerita. Pak RT pun hanya dia menyimak, timbul rasa tidak percaya di hati Pak RT atas laporan salah satu warganya tersebut. Karena sebenarnya Romlah sudah sangat terkenal sebagai biang gosip dan pembuat onar, tapi saat melihat benjolan di kepala Andre, membuat pak RT sedikit percaya dengan ucapannya. Kemudian pak RT mengutus salah satu warganya untuk menjemput Agustina guna untuk disidang meluruskan masalah dan mendamaikan keduanya. Tak lama berselang, datanglah Agustina bersama azkia memenuhi panggilan Pak RT. "Ini dia nih si biang kerok, pokoknya saya mau dia ganti lagi atas kerugian yang dialami oleh putra saya, dia harus membayar biaya pengobatan anak saya sampai sembuh, dia juga harus mendapatkan denda yang banyak agar jera, dan supaya sebagai pelipur lara anak saya agar tidak trauma...!"Kata Romlah dengan panjang lebar dengan menunjuk ke arah muka Agustina. "Enak kali bacot kau itu, kau kira ambil uang itu tinggal metik di pohon kah..?" Ibu RT yang melihat kelakuan absurd salah satu warganya itu pun menjadi geram. Dari semua warga hanya bu RT dan keluarganya saja yang selalu menghargai dan mempercayai Agustina beserta putrinya. bahkan di kasus ini bu RT sama sekali tak mempercayai aduan warganya tersebut. iya lebih percaya Azkia daripada cerita dari wanita bertubuh gempal tersebut. Setelah semuanya duduk, Pak RT dan bu RT pun langsung memulai membahas perkaranya. "Apa yang terjadi sebenarnya azkia...? kenapa kening Andre bisa benjol seperti itu...?" tanya pak RT yang bernama Sulaiman yang lebih dikenal dengan sebutan Pak iman. "Kenapaa pula tanya anak kecil itu Pak? di sini itu sudah jelas korbannya adalah andre anak saya, Bapak tidak bisa lihat benjolan sebesar itu...? bagaimana kalau anak saya gagar otak dan cedera otaknya...?"kata Romlah keberatan dengan pertanyaan yang diberikan kepada Azkia. "Untuk mencari kebenaran dari sebuah masalah, tentu kita harus mendengar dari 2 belah pihak, bukankah begitu...? Saya harap anda duduk diam dan mendengarkan, nanti ada saatnya anda pun akan saya tanya tentang hal ini, dan sekarang giliran azkia dulu...!"kata Pak iman dengan sangat tegas dan itu mampu membuat Romlah hanya diam tak berani membantah. Setelahnya azkia pun menceritakan kejadian yang sebenarnya, mulai dari dirinya yang diejek kemudian diceburkan di lumpur dan kejadian yang dia menarik salah satu anak-anak yang merundungnya yang payahnya malah menarik semua orang termasuk Andre sendiri. "Saya benar-benar tidak tahu Pak RT, Apa penyebab dari benjolnya kepala Andre...!"Azkia menjelaskan tanpa ada yang ditutup-tutupi. "Apakah betul seperti itu Andre...?" Kini Pak iman bertanya kepada Andre yang kepalanya benjol. Andre hanya menunduk dan tak berani menatap wajah dari Pak iman, ia sangat takut dan tak berani mengeluarkan suaranya seperti Azkia waktu ditanya. "Kalau seperti ini, bisa disimpulkan bahwa yang salah adalah Andre, bukan begitu Andre...?"tanya ibu Dera istri dari Pak iman yang mendapati seolah Andre mengakui kesalahannya. "Kenapa jadi anak saya yang disalahkan...?" entah Ibu Romlah tak terima. "Bicaralah Andre, Andre anak baik kan...?"tanya Pak iman dengan lembutnya. Andre pun mengangguk pada akhirnya, kemudian mengakui kesalahannya yang telah membully Azkia bersama ketiga temannya. Dan hal itu mampu membuat Romlah meradang. "Tak bisa seperti ini dong, saya datang ke sini untuk meminta keadilan dengan keningnya yang benjol...!" kata Romlah berapi-api. "Lantas Bu Romlah maunya apa...?" kata Bu Dira dengan sengit. "Jelas saya minta ganti rugi lah... bisa lihat kan kondisi anak saya...?" jawab Romlah masih pada pendiriannya meminta ganti rugi. "Kalau azkia terbukti bersalah, saya sendiri yang akan memintanya untuk bertanggung jawab atas kelakuannya, tapi kalau azkia tidak bersalah, maka Ibu pun harus melakukan hal yang sama yaitu memberikan ganti rugi kepada Azkia...! Bagaimana..?"tanya Pak iman menengahi. "Ya...!"jawab Romlah sedikit ragu. "Ya apa...?" tanya Bu Dira memastikan. "Ya ganti rugi lah...!" jawabnya Tegas. Sebelumnya Pak iman sudah menugaskan salah satu warganya untuk memanggil ketika anak yang terlibat dalam insiden tersebut, dan sekarang ketiga anak tersebut pun datang sebagai saksi. Saat ditanya ketiganya pun mengakui keusilan mereka terhadap Azkia. "Karena sudah jelas siapa yang benar dan siapa yang salah, saya selaku ketua RT memutuskan bahwa Azkia berhak mendapatkan ganti rugi dari perundungan yang dia terima...!" kata pak Iman yang berhasil membuat mata Romlah melotot. Bukan keputusan seperti itu yang ia inginkan. "Tidak, saya tidak terima...!"belum selesai Romlah berkata namun sudah terdengar Pak RT melanjutkan kata-katanya. "Kalau keputusan saya tidak bisa diterima, bagaimana kalau kita teruskan ke yang berwajib saja, biar mereka yang mengusut dan memutuskan siapa yang benar dan salah, dan tentunya nanti yang bersalah akan masuk ke panti rehabilitasi anak supaya tidak melakukan perundungan lagi...!"kata Pak RT menakut-nakuti. kompak ketiga anak yang tadi menjadi saksi dan berubah menjadi tersangka langsung menjawab dengan kata tidak, tentu Mereka tak mau jika anak mereka akan masuk ke panti rehabilitasi anak. Dan jika berurusan dengan polisi, tentu masalahnya akan semakin panjang dan rumit. "Saya terima memberikan kompensasi kepada Azkia...!" "Saya juga...!" "Saya pun...!" Mendengar itu Romlah tak punya pilihan lain selain mengikuti ketiganya. "Seperti yang Ibu Romlah tuntut kan tadi, untuk mengobati psikis dan sebagai pelipur lara sebagai pihak yang dirugikan, kalian harus membayar satu juta yang di bagi kalian berempat dan diserahkan kepada Azkia...! bagaimana...?"kata Pak Iman memutuskan selaku ketua RT. "Banyak sekali Pak...? kenapa harus sampai satu juta...?"Romlah kembali protes. "Satu juta itu kalau yang membayar satu orang tentu banyak, tapi kalau dibagi berempat tentu menjadi ringan karena setiap orang hanya akan dikenakan 250...! atau langkah damai ini kita batalkan saja...? lanjut ke kantor polisi...?"kata Pak Iman memberikan pilihan. "Iya itu saja, saya akan membayar denda sesuai keputusan Pak RT...!"kata salah satu ibu-ibu tadi. Dan yang lainnya langsung mengeluarkan sejumlah uang seperti yang disebutkan oleh Pak RT tadi. "Tinggal Ibu Romlah saja yang belum membayar, bagaimana Bu? kalau Ibu masih berat mengeluarkan, uang ini pun saya kembalikan kepada ibu-ibu semua, Mungkin Ibu Romlah lebih menghendaki semua diselesaikan di kepolisian...!"kata Pak Iman mendesak. Tanpa aba-aba, ibu-ibu yang sudah mengeluarkan uangnya tadi langsung mendesak Romlah untuk melakukan hal yang sama agar permasalahan segelas selesai dan tak berbuntut panjang ke kepolisian. Mau tak mau akhirnya Ia mengeluarkan nominal uang denda yang sudah ditetapkan, dengan sangat berat ia mengulurkan uang tersebut kepada pak Iman. Padahal bukan seperti itu yang dia inginkan, ia tadi sudah membayangkan bahwa uangnya akan bertambah dari kompensasi yang ia minta kepada Agustina orang tua Azkia. "Padahal aku sudah membayangkan mau membeli cincin incaranku kemarin, Apa ini? kenapa malah jadi begini...! Rugi bandar kalau seperti ini...!" tempat Romlah dalam hatinya. Sementara Agustina yang sedari tadi pun hanya terdiam dan menjadi penonton saja kini tersenyum puas dengan keputusan yang diambil oleh pak rt-nya. "Terima kasih Pak...!" meskipun kata-kata itu tak terucap dari bibir Agustina, namun sikap dan gerak tubuh dari Agustina sudah bisa diartikan oleh Pak Iman dan juga Ibu Dira. Keduanya pun mengangguk dan hanya tersenyum menanggapi. Setelah semuanya pulang ke rumah masing-masing, Agustina berinisiatif menitipkan uang tersebut kepada Pak RT dan bu RT, karena jika uang itu dia bawa pulang, tentu saja uang itu tidak akan aman. "Maaf Pak Iman Bu Dira, kalau tidak keberatan, saya ingin menitipkan uang ini saja...! nanti kalau ada perlu saya akan memintanya kepada bapak dan ibu...!" kata Agustina sengaja menitipkan uang tersebut. "Ah tidak apa-apa, Saya tidak keberatan, biar uangnya saya simpan, sewaktu-waktu kalian meminta jangan sungkan-sungkan untuk langsung ngomong sama saya...!" jawab ibu Dira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD