Kado

1220 Words
Laras menatap Rena dengan pandangan penuh kemenangan, "Kevin ingat ulang tahunku." Dia tersenyum senang, kebahagiaan belum hilang dari wajahnya. Rena melirik gadis itu dan mengangguk pelan, "Ya, aku salah," katanya mengalah, namun pandangannya tak sadar tertuju sekilas pada sosok yang sedang mengemudi saat ini. Menurut insting Rena yang sering benar, dia merasa bahwa kedatangan Kevin malam ini pasti terkait dengan Randi. Jika tidak, maka siapa yang memberitahu pemuda itu bahwa Laras akan mengadakan perjamuan makan malam selain Laras? Itu tentu Randi! Dan alasannya bahkan tidak perlu dicari lagi. Randi adalah kakak yang protektif dan posesif. Melihat adiknya sedih, dia pasti akan melakukan berbagai cara untuk membahagiakannya. Untungnya otak Laras jarang digunakan hingga berkarat dan tidak bisa memikirkan hal sederhana seperti itu. Tetapi biarkan saja gadis itu tenggelam dalam kebahagiaannya. Jika suasana hati gadis itu buruk, maka orang lain tampak ikut terusik. "Kira-kira apa kado yang Kevin berikan untukku?" Selama perjalanan pulang, Laras tak henti-hentinya mencoba menebak-nebak kado apa yang ada di kotak kubus pemberian Kevin. "Jika penasaran maka buka saja sekarang," kata Rena. Mendengar Laras terus bertanya-tanya tentang isi kado itu membuat Rena ikut penasaran. Laras menggelengkan kepalanya, menolak untuk mendengar ucapan Rena. "Tidak, aku akan membuka kadonya besok. Sekalian dengan kado yang lainnya," kata Laras dengan terkikik. Memikirkan bahwa dia akan mengetahui semua kado yang terbungkus indah saat ini, dia tidak sabar menunggu hari esok. Rena juga tahu tentang bagaimana Laras sangat keras kepala dan berpendirian kuat. Jadi dia tidak memaksanya lagi. Mobil berangsur-angsur menelan dan akhirnya berhenti. Rena membuka pintu mobil dan melambai pada Laras. "Terima kasih Kak Randi, dah Ras." Randi hanya bergumam santai, sedangkan Laras memutar matanya tampak dia merasakan sesuatu yang tidak adil. "Kenapa kamu menyebut nama Randi lengkap bahkan pakai embel-embek Kak, tetapi namaku hanya Ras?" tanyanya dengan mata melotot. "Biar cepat, agar kamu pulangnya juga cepat. Dah!" Rena menutup pintu mobil, menghentikan keluhan Laras yang akan terbang. Rena melihat mobil melaju pergi menjauh dan berdecak lidah. "Tentu saja karena Kak Rand ketua OSIS yang sangat disegani setiap orang," gerutunya sembari berjalan masuk ke dalam rumah. Laras baru saja turun dari mobil, segera masuk ke rumah bibinya untuk mengambil kado yang tadinya dia titip. Namun dia terkejut ketika menemukan bahwa kado yang dia letakkan tadi menjadi dua, kembar dan mirip. Jika dia masih kecil, dia mungkin akan berpikir bahwa kadonya itu beranak. Untungnya dia bukan anak kecil yang bisa dibodohi lagi sehingga dia tahu bahwa salah satunya adalah pemberian dari Raka. "Kadonya aku bawa, terima kasih Ibu Rena, Ayah Raka!" seru Laras lantang, lalu berjalan keluar. "Dah, Rendi!" Laras melambai santai ketika melewati kakak sepupunya itu, dia berjalan menuju ke rumahnya yang besar dan luas yang saat ini dalam keadaan gelap. Gadis itu masuk ke dalam rumah, menyalakan lampu satu persatu setiap kali dia melewati saklar lampu dan berjalan menuju kamarnya. Melihat tumpukan kado tersebar di atas tempat tidurnya hingga di lantai. Laras menggabungkan tiga lainnya yang baru dia terima ke kado yang lainnya. Dia mengangkat ponselnya mengambil selfie dengan kado-kado ulang tahunnya lalu mengirimnya ke sosial medianya lagi. Setelah membersihkan riasannya dan melakukan perawatan malam. Laras merasa sangat lelah dan akhirnya tertidur dengan nyenyak di atas tempat tidur. Keberadaan kotak-kotak kado sekitarnya tampaknya tidak memiliki mempengaruhi kualitas tidurnya. Dia tertidur begitu lelap hingga mengabaikan lingkungan sekitarnya. Ruangan kamar itu sangat berantakan, seorang gadis tidur meringkuk di atas tempat tidur dengan banyaknya kotak-kotak kado serta boneka beruang besar di sekitarnya. Di rumah yang besar dan luas ini, sepertinya hanya ruangan ini yang memiliki jejak kehidupan. Saat pagi, Laras terbangun oleh alarmnya yang bunyi tanpa henti. Dia menguap dengan lebar, mencari ponselnya untuk mematikan alarm. Kemudian dia ingat semua rencana kegiatan hari ini. Berpikir bahwa tidak ada alasannya baginya bangun cepat, Laras membuat ponselnya dan kembali tidur. Jika diingat lagi, sepertinya dia tidak melakukan sesuatu yang berat dan rumit kemarin, namun Laras merasa sangat lelah dan ingin menghabiskan waktunya dengan tidur di atas tempat tidurnya yang empuk dan nyaman. Untungnya Laras tidak mengaktifkan hanya satu alarm saja. Jadi ketika alarm berikutnya bunyi, Laras dengan malas meraih ponselnya, melihat waktu dan akhirnya bangkit dari tempat tidur. Dia segera mengambil hadiah yang paling mencolok dan terdekat darinya. Itu adalah beruang yang berwarna merah muda. Laras membuka bungkus plastik yang menjerat boneka tersebut dan akhirnya puas dengan sentuhan lembut dan berbulu boneka besar di pelukannya. "Ini sangat nyaman," gumam Laras memeluk bonekanya dengan desahan lembut. Dia merasa bahwa dia bisa saja kembali teridur karena saking nyamannya. Namun dia memaksakan kelopak matanya untuk terus terbuka. Dia meraih kado dari orang tua dan saudaranya. Terkikik ketika melihat tas edisi terbatas dari desainer terkenal yang tidak ada di Negera ini. Ini tentu saja dari ibunya tersayang. Rifaldi— kakaknya yang paling lembut memberikan Laras sepatu keluaran terbaru dari merk terkenal yang pastinya sangat sulit untuk didapatkan. Dan Gunawan— ayah Laras ... Laras menatap cemberut melihat ke tumpukan buku dan alat tulis. Jelas saja, ayahnya pasti ingin memancing emosinya dengan memberinya hadiah seperti itu! Laras mendengus kesal, namun meletakkan buku-buku dan alat tulis itu dengan hati-hati bersama hadiah lainnya yang telah dia buka. Dia melihat bungkus kado familiar, itu dari Rena. Laras meraihnya, sembari membuka bungkus kadonya, dia mencoba menebak-nebak apa yang diberikan temannya itu. "Aku kira keripik," gumam Laras ketika melihat bahwa ternyata Rena memberinya sebuah kotak make up yang sangat unik dan cantik. Dia membuka dan terpana dengan bentuknya yang lucu dan sangat kreatif dari kotak rias itu. Ini pasti membutuhkan banyak uang untuk membelinya, pantas saja Rena tampaknya sangat tertekan ketika memberikannya padanya. Laras terkekeh, memfoto hadiah dari Rena dan mengirimkannya kepada gadis itu. [Kamu paling mengerti aku.] Rena terbangun sesaat ketika mendengar nada dering ponselnya. Dia meraba-raba, membaca pesan dari Laras dan mendengus. Lalu melempar ponselnya dan kembali tidur. Laras membuka semua kado-kado temannya, banyak hal aneh-aneh yang Laras tidak mengerti namun berhasil membuatnya tertawa. Seperti sebuah kado dari hasil patungan tiga laki-laki di kelasnya. Laras membuka kado tersebut dan melihat kotak berisi mainan masak-masak dan Barbie. Setiap kali dia menemukan hal unik, dia akan mengambil gambar dan mengirimnya ke grup kelas untuk menjadi lelucon semua orang di pagi hari. Lalu tatapannya tanpa sengaja tertuju pada kotak dari Kevin. Laras tersenyum, meraih kotak itu dan dengan hati-hati membuka bungkusnya. Ketika dia membuka kotak itu, dia melihat sebuah gelang rantai mini perak dengan mainan bintang terlihat. Itu sangat indah sehingga Laras terpesona oleh hadiahnya. Laras segera mengambil gelangnya dan memakainya di tangannya. Tangannya sudah sangat putih mulus, ketika disandingkan dengan gelang perak bercahaya, itu tampak melengkapi satu sama lain. Laras merasa senang dengan semua hadiah yang dia miliki. Dia melanjutkan untuk membuka kado selanjutnya, terus menerus melakukan aktivitas paginya yang sibuk menebak dan memeriksa kado yang diberikan padanya kemarin. Setelah semua kado telah dibuka, Laras akhirnya bangkit untuk mandi dan bersiap-siap ke sekolah. Dia berdandan dengan cantik di depan cermin, lalu segera keluar dari rumah dan pergi ke sekolah. Sengaja dia memakai gelang pemberian Kevin. Dia tidak sabar bertemu Kevin nanti dan mengatakan bahwa dia sangat menyukai gelang pemberiannya ini. Berjalan masuk ke gerbang sekolah, Laras terus mengangkat tangan kirinya, melihat gelang yang menggantung dan menggerakkannya dengan gemas. Dia tampaknya ingin seluruh dunia tahu bahwa dia memiliki gelang ini dan ini adalah pemberian dari Kevin! Kemudian tatapan Laras menemukan target yang sudah lama tidak dilihatnya. Laras terkikik, mengubah ekspresi wajahnya dan berjalan ke satu arah dengan langkah angkuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD