Kekasih

1061 Words
Laras berjalan dengan angkuh dan berdiri menghadang di depan Tania. Dia lebih tinggi beberapa sentimeter dari Tania, terlebih lagi sepatu sekolahnya memilik hal tujuh sentimeter hingga membuatnya menjadi tinggi dan mengintimidasi. "Oh, gadis penipu masih tidak tahu malu bersekolah di sini," dia berkata dengan nada jijik, mengangkat dagunya dan melihat ke bawah merendahkan pada gadis di depannya itu. Tania mengerutkan bibirnya, dia menundukkan kepala dan hanya diam tanpa kata. Kedua tangganya terkepal meremas rok seragamnya yang memperlihatkan betapa gugup dan gelisahnya dia saat ini. Meskipun Laras sangat kesal pada Tania, dia tidak ingin mencari masalah yang tidak perlu. Terlebih lagi hubungannya dengan Kevin telah membaik, jangan sampai karena hal sepele dia berada di titik awal lagi dengan Kevin. Tujuannya menemui Tania hanya satu. Laras tersenyum sinis, dia mengangkat tangan kirinya secara sengaja atau tidak sengaja untuk menyelipkan rambut panjang di belakang telinga. Gelang perak yang ada di lengannya bergoyang mengeluarkan dentingan yang lembut. "Oh, aku mau bilang, kemarin hari ulang tahunku dan Kevin memberikan aku gelang ini." Dia berkata seolah hanya obrolan santai yang tidak disengaja. Jari-jaru di tangan kanannya dengan lembut mengaitkan tanya gelang, menunjukkan kilatan di bawah paparan sinar matahari. Tania melihat ke arah gelang itu, pandangannya tanpa terdistorsi dan emosi kecil tanpa nama menyelinap di matanya. "Kevin memberikannya?" tanyanya dengan suara kecil, tampak gugup namun tak bisa menahan diri untuk mengajukan pertanyaan. Laras bisa melihat kesedihan di wajah gadis itu. Dia merasa puas, menggerakkan tangan kirinya dengan sengaja. "Ya, hubunganku dengan Kevin sangat baik. Sebelumnya kami pergi mendaki bersama, lalu dia menjagaku ketika aku sakit, dan juga memberiku hadiah di hari ulang tahunku. Kevin sangat baik padaku," kata Laras, mengungkapkan semua aktivitasnya bersama Kevin. Dia merasa tidak perlu memasukkan nama-nama orang lain ke dalamnya. Tubuh Tania bergetar kecil namun dia segera menahan perasaan tidak nyaman di hatinya. Dia mengangguk pelan, menggigit bibir bawahnya kuat untuk merendam emosi yang berkecamuk. Laras tertawa sinis, dia minat tampak Tania yang seolah terluka dan sedih. Ingin sekali Laras mengangkat tangannya dan menampar wajah itu. "Apakah kamu pikir bersikap menyedihkan akan berhasil? Cukup sekali Kevin tertipu dengan akting polosmu itu. Kevin tidak akan tertipu untuk kedua kalinya." Tania menunduk, tidak tahu apa yang dipikirkannya, dia meremas tangannya dan hanya diam. "Apakah kamu kecanduan bersikap tersakiti? Kenapa kamu tidak menjadi aktris saja dan main sinetron, aku yakin kamu pasti akan lolos dengan lancar." Laras mendengus keras, menyentak rambutnya dan berbalik dengan angkuh lalu berjalan pergi meninggalkan gadis itu. Tania masih berdiri diam menundukkan kepalanya. Dia menatap ke tanah di bawah kakinya dengan tatapan kosong dan akhirnya berjalan menuju kelasnya. "Jadi apa yang dikatakan Tania?" tanya Rena sembari memasukkan keripik ke dalam mulutnya. Sikapnya seolah sedang mendengarkan cerita yang menarik. Laras mengambil keripik dari bungkus cemilan di atas meja Rena dan menjawab dengan santai. "Apa lagi yang bisa dia katakan? Gadis itu memasang wajah sedih dan terluka. Aku curiga dia akan mulai akting menangis jika aku tidak segera pergi." Rena berdecak lidah, memikirkan tampang Tania yang polos dan lugu, dia merasa bahwa sudut pandangannya telah berubah. "Aku juga berpikir gadis itu benar-benar lugu dan sangat bersih. Siapa yang menyangka bahwa otaknya ternyata menyimpan rencana licik." "Itu lah, kalian seharusnya percaya padaku. Penglihatanku itu selalu benar. Aku tahu dari awal bahwa gadis itu memang licik dan berpura-pura menjadi gadis lucu. Cih, serigala berbulu domba." Laras menggigit keripik dengan keras hingga menimbulkan suara. Rena melirik ke arah Laras dan mengangguk patuh meski dia tidak setuju sama sekali. Dia merasa bahwa semua gadis yang mendekati Kevin pasti akan dianggap licik oleh Laras. Gadis itu selalu pintar membuat alasan untuk menjadikannya satu-satu orang terbaik yang menyukai Kevin "Ada apa dengan ekspresi tidak setujumu itu?" tanya Laras dengan mata menyipit, menatap Rena penuh kecurigaan. Rena menggelengkan kepala, "Tidak, aku hanya berpikir untuk membeli keripik singkong besok." Laras mengangguk namun matanya tetap menyipit curiga. Setelah bel istirahat berbunyi, Laras lari ke luar kelas dengan kecepatan yang sangat mencengangkan hingga dia menjadi orang pertama yang keluar dari kelasnya. Dia bersiul senang, berjalan di bawah tangga kelas 12, siap menunggu Kevin. Dia berpikir bahwa berjalan bersama Kevin menuju ke kantin pasti lebih menyenangkan daripada menunggu langsung di kantin. Dengan pemikirannya yang seperti itu. Dia menunggu dengan sangat sabar dan antusias. Ketika melihat sosok Kevin yang muncul, Laras segera bersembunyi di sudut, tubuhnya yang mungil tertutupi oleh bayangan tangga. Saat Kevin telah melangkah turun, Laras dengan senyum diam-diam berjalan mengikuti Kevin dari belakang. Di mana pun jalur yang dilewati Kevin akan dia lewatinya juga. Dia menyamakan bahkan sampai ke lantai keramik yang diinjak Kevin. Laras merasa itu sangat menyenangkan dan menikmatinya. Namun tiba-tiba langkah kaki Kevin berhenti. Laras berpikir bahwa dia ketahuan, dia segera bersembunyi di balik tembok, terkikik dengan tangan menutupi mulut dan mengintip dari celah. Alangkah terkejutnya dia ketika menemukan bahwa langkah kaki Kevin berhenti bukan karena menemukan keberadaannya melainkan seseorang menghentikannya dan orang tersebut tidak lain tidak bukan adalah Tania, si gadis serigala berbulu domba. "Ada apa sih dengan gadis itu?" Laras bergumam tidak puas, ingin bergegas maju untuk menghalangi Tania bertemu dengan Kevin. Namun langkahnya berhenti. Dia melihat Kevin mundur ketika menghadapi Tania. Laras bahkan bisa mendengar beberapa penolakan samar dari Kevin untuk berbicara pada Tania. Hati Laras segera berbunga-bunga, dia merasa bahwa dia saat ini bisa bergegas langsung ke luar angkasa, ingin menyampaikan kepada dunia bahwa dia bahagia. Karena ancaman yang menurun, Laras dengan tenang memperhatikan mereka, dia tidak lagi emosi dan hanya merasa itu menyenangkan. Terlebih lagi dia melihat kedua Tania berkaca-kaca dengan air bening menumpuk yang tampaknya bisa jatuh kapan saja. Namun dari sikap Kevin, dia tampaknya masih tidak peduli dan terus bersikap seolah dia tidak ingin mendengarkan penjelasan apa pun dari gadis itu. Laras melihatnya dengan senang hati dan tiba-tiba pemikiran tiba-tiba muncul di kepalanya. Dia keluar dari tempat persembunyiannya secara alami seolah dia tidak pernah diam-diam memperhatikan gerak gerik orang lain. Lalu dia melangkah ke sisi Kevin, memegang lengan pemuda itu dan menatap tajam ke arah Tania. "Kenapa lagi kamu bertemu Kevin? Biar aku katakan, Kevin sekarang salah kekasihku. Jangan bermimpi untuk merebutnya dariku," kata Laras dengan tajam dan sinis. Tania membuka mulutnya tak percaya. Air mata segera meluncur turun dari kedua matanya. Dia menatap ke arah Kevin dengan sedih, matanya memerah seolah dia baru saja dipukul dengan sangat keras. Namun dia menemukan hal yang lebih menyakitkan, Kevin sama sekali tidak membantah apa yang dikatakan Laras. Itu seperti persetujuan diam-diam bahwa dia benar-benar kekasih Laras.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD