Ulang Tahun Laras

1342 Words
Hari ini Laras bangun lebih cepat, namun dia tidak melakukan apa pun seperti memasak atau datang cepat ke sekolah. Alasan Laras untuk bangun cepat hari ini hanya satu, yaitu ingin merias wajahnya secatik mungkin. Buat dia menjadi ratu di sekolah, sehingga tidak ada satu pun siswi yang bisa menandingi kecantikannya. Lalu alasan Laras melakukan itu ialah karena hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-17 tahun. Dia ingin di hari spesialnya dia menjadi yang paling spesial di mana pun dia berada. Ketika dia baru saja bangun, dia langsung mandi dan memakai perawatan tubuh sedetail mungkin. Kemudian dia harus menjawab panggilan dari ibu dan ayah serta adik laki-lakinya yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya dan mengatakan bahwa mereka akan mengirim hadiah padanya. Laras selalu suka membuka kado ulang tahunnya, dia merasa membuka misteri yang tidak diketahui itu adalah kesenangan yang tak terbandingi. Jadi mendengar semua keluarganya mengirimkan kado untuknya, dia sangat bahagia. Bahkan rasa kesalnya pada ayah ya berkurang begitu saja. "Ibu harap kamu suka sama kadonya," kata Asri— ibu Laras. "Ibu sudah menghitung harinya, paketnya akan datang sebentar sore, jangan lupa diterima ya." "Oke, Bu!" jawab Laras dengan antusias sembari mengeringkan rambutnya dengan satu tangan dan tangan lainnya memegang ponsel. "Di sana kan sudah malam, ibu tidur saja. Aku pasti akan membuka kado dan merekamnya." Terdengar suara tawa lembut seorang wanita, "Baiklah, Laras manis, ibu tidur dulu ya. Sekali lagi selamat ulang tahu yang ke-17, jangan selalu merepotkan Randi." Laras memutar matanya ketika mendengar bagian akhir ucapan ibunya, tetapi dia dengan patuh bergumam. "Baik," katanya dengan nada seperti seorang gadis yang centil. Setelah beberapa kata lagi, akhirnya panggilan terputus dan Laras melempar ponselnya ke tempat tidur. Dia duduk di meja riasnya, melihat ke cermin dan bertemu dengan wajah cantik seorang gadis yang mulus, putih, dan lembut. Sejenak Laras merasa iri dengan dirinya sendiri. "Kenapa kamu sangat cantik?" tanyanya pada sosok dalam cermin. Lalu seolah menjawab pertanyaan yang baru saja dia ajukan itu, dia langsung berkata dengan dagu terangkat anggun. "Karena aku memang ditakdirkan sangat cantik." Setelah menyelesaikan monolognya dengan cermin, dia terkekeh geli sendiri. Mulai mewarnai wajahnya yang putih bersih menjadi lebih berwarna dan cerah. Kecantikan yang lembut yang dilihatnya di cermin tadi langsung berubah menjadi gadis anggun dengan pesona uang tiada tara. Laras yakin bahwa ketika dia datang ke sekolah nanti, semua pandangan hanya tertuju padanya. Dia sangat bersemangat dan tidak sabar menunggu waktu cepat berlalu agar dia bisa pergi ke sekolah sesegera mungkin. Dan dia tidak sabar menerima ucapan selamat ulang tahun dari Kevin sang pujaan hatinya. Laras yang sudah membayangkan betapa indahnya hari ini telah selesai bersiap dan merias. Dia tidak membuat pesta besar untuk ulang tahunnya. Tetapi kakak kandung menyediakan sebuah ruang besar pribadi di cabang restoran di bawah perusahaan keluarganya untuk Laras dan teman-temannya. Jadi nanti Laras akan mengundang teman-temannya datang dan makan sepuasnya di sana. Setelah selesai dengan wajahnya, Laras kemudian memakai seragam sekolah. Dia merasa seragam sekolah ini terlalu sederhana dan tidak cocok untuk dirinya sempurna jadi dia mengambil kardigan kuning dan menggunakannya, lalu dia memakai bando kecil yang tampak seperti mahkota tipis di kepalanya untuk menghalangi rambut panjangnya menutupi telinganya. Laras menggunakan barang-barang berkelasnya hari ini, ketika semua telah selesai jam menunjukkan sudah waktunya dirinya untuk pergi ke sekolah. Ketika dia membuka pintu rumahnya, dia melihat Randi berdiri di halaman rumahnya di samping mobil. "Kakakku yang tampan!" seru Laras dengan semangat, sangat jelas maksud dalam kata-katanya yang centil itu. Randi bergumam malas, "Aku akan memberimu kado pulang sekolah nanti. Sekarang masuk ke dalam mobil." Setelah mengatakan itu, dia membuka pintu mobil bagian belakang untuk Laras, memperlakukan gadis itu sebagai tuan putri dan dirinya sendiri sebagai sopir. Laras terkikik, "Terima kasih," katanya sebelum masuk ke dalam mobil. Setiap hari ulang tahunnya, sindrom tuan putri Laras sangat kuat. Jadi Randi yang sangat tahu kebiasaan gadis itu, sengaja memperlambat waktunya berangkat pergi sekolah untuk menunggunya dan mengantarnya dengan mobil yang telah dicuci bersih dan mengkilat. Laras jelas puas dengan perawatan penuh ketulusan Randi. Dia duduk dengan sangat bahagia, senyum terus tercetak di bibirnya. "Selamat ulang tahun Tuan Putri," kata Randi tiba-tiba dengan tawa geli. Meski mengatakannya setiap tahun, dia tetp merasa itu sangat menggelikan. Laras juga tertawa, "Ya, terima kasih Pengawal." Setelah itu, dia bersandar santai di belakang. "Kira-kira apa yang akan Kevin berikan padaku?" tanyanya dengan pelan, tampak seperti gumam pada dirinya sendiri. Tanpa menunggu jawaban orang lain, Laras mulai bermain tebak-tebakan dengan dirinya sendiri. "Bunga? Coklat? Tas? Cincin? Kalung?" Lalu dia merasa gemas dan mencakar udara, "Ahhh, aku ingin cepat-cepat ketemu Kevin!" serunya gregetan. Randi hanya diam saja mendengarkan gadis itu terus mengocek di kursi belakang. Dia dengan mulut mengendarai mobil ke sekolah. Setelah sampai, dia pertama keluar dan dengan sangat enggan membuka pintu penumpang belakang. Laras turun dengan anggun, kepalanya terangkat ke atas, dengan tatapan tajam dan angkuh, dia menyapu setiap pandangan di sekitarnya. Laras sengaja datang lebih lambat dari biasanya. Biarkan semua orang datang ke sekolah, lalu dia sebagai orang yang sangat spesial akan datang sangat lambat sehingga banyak orang bisa melihat kedatangannya. Mereka akan melihat pesonanya yang tak tertandingi dan merasa minder. Secara tak sengaja, otak Laras langsung berisi skrip tentang kedatangannya. Namun apa yang dipikirkan Laras bukanlah hanya khayalan semata. Ketika murid-murid melihat ketua OSIS mereka membuka pintu untuk seseorang, pandangan mereka langsung tertuju pada sosok yang baru saja turun dari mobil itu. Beberapa terdiam dan terpana, para pemuda bahkan berhenti melangkah hanya untuk menyaksikan Laras untuk waktu yang lama. Sepertinya alam mendukung gadis itu. Angin berhembus menerbangkan rambut Laras yang panjang terurai, membuat kecantikannya menjadi lebih tak tertahankan hingga beberapa menyelinap mengambil gambarnya. Laras tersenyum dalam hati namun tetap memasang ekspresi penuh angkuh dan kesombongan di wajahnya. Dia berjalan langkah demi langkah menuju kelasnya. Setiap langkah yang diambilnya hampir dengan jarak yang sama, dengan kecepatan yang lambat tampak seperti adegan yang dicpur oleh efek slow motion. Ketika sampai ke kelasnya, suara bunyi yang keras mengejutkan gadis itu. Lalu kertas warna warni beterbangan di sekitar. Semua teman sekelasnya tersenyum, memegang tembakan kertas yang mengagetkannya dan mengucapkan selamat ulang tahunnya padanya satu persatu. Siapa sih di kelas mereka yang tidak tahu ulang tahun seorang Laras? Terlebih lagi tahun sebelumnya, Laras membawa satu kelasnya ke restoran bintang lima dan meminta mereka memesan sembarang menu sesuka hati mereka. Hanya di ulang tahun Laras, mereka merasakan hidup di dunia orang kaya, dan tentu saja sensasi itu tak akan terlupakan. Laras tersenyum lebar, deretan gigitannya putih terlihat, dia dengan senang menerima setia kado yang diberikan teman-teman sekelasnya padanya. "Nanti kita akan makan malam di tempat sebelumnya lagi, aku yang akan mentraktir kalian." Laras segera berkata dengan lantang. "Yey!" Sorakan gembira segera terdengar di kelas, membuat kelas lain bertanya-tanya ada adegan besar apa terjadi di dalam kelas itu. Kemudian yang tahu memberitahu mereka, menyebarkan gosip semudah membalikkan telapak tangan. Dan banyak murid langsung cemburu dan menyesal karena tidak satu kelas dengan Laras. Laras mendapatkan banyak kado, dia menumpuknya dengan sangat hati-hati, merasa puas dan mengambil gambar untuk mengabadikan momen ini. Tak lupa juga dia mengirimnya ke semua media sosialnya agar semua orang tahu bahwa dia adalah orang yang paling bahagia hari ini. "Mana kadoku?" tanya Laras pada teman sebangkunya. Rena sangat tahu obsesi Laras pada kado ulang tahun. Dia membuka tas sekolahnya, menyerahkan kotak yang dibungkus rapi kepada Laras dengan enggan. "Anggap saja aku telah menderita berkorban banyak untukmu." "Hah? Kenapa?" tanya Laras heran. Rena menggelengkan kepalanya, melihat ke kotak kado yang banyak di sisi Laras dan berdecak kagum. "Di sekolah ini, mungkin kamu yang menerima kado terbanyak di kelas." Laras mendengarnya dan tersenyum puas. "Itu artinya aku istimewa." Rena memutar matanya, merasa menyesal karena baru saja mengatakan hal yang tidak perlu. "Kira-kira Kevin kasih hadiah apa yang untuk aku?" Laras tiba-tiba termenung. Kembali memikirkan tentang apa yang pangeran cintanya akan berikan padanya. Rena melirik gadis itu, "Emang Kevin ingat ulang tahunmu?" tanyanya dengan santai. Namun setelah pertanyaan itu diucapkan, Laras membeku dan menatap Rena dengan pandangan tak percaya. "Kutukan apa yang baru saja kamu katakan?! Tarik kembali kata-kata sialmu itu!" Rena terguncang oleh amarah Laras dan akhirnya mengangguk. "Ya, ya, aku tidak mengatakan apa pun."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD