Ditembak

1200 Words
"Cie, ternyata diam-diam anak ini sudah dapat pacar." Wawan merangkul leher Kevin dengan kekuatan besar seolah ingin mencekiknya, berpura-pura merasa terkhianati. Kevin tertawa, "Jangan bicara omong kosong." Kemudian dia menoleh ke arah Tania yang berdiri diam dengan kepala tertunduk malu. "Jangan membuatnya malu," kata Kevin mengingatkan teman-temannya. Wawan, Dion, dan tiga lainnya bersiul dengan usil, terus menggoda Kevin yang sedang dalam kasmaran. Tiba-tiba, Dion berkata dengan penuh emosional. "Bagaimana jika adik Randi mengetahui ini? Mungkin dia akan mengamuk lagi." Suasana hati Kevin tiba-tiba menurun drastis ketika menyebut tentang Laras, dia diam-diam melirik Tania yang wajahnya mendadak pucat. "Dunia harem Kevin sangat kacau," kata Wawan sembari tertawa terbahak-bahak. Kevin langsung menyikutnya. "Jangan membahasnya lagi," katanya tegas. Yang lain segera paham dan mengganti topik sebelum berjalan-jalan masuk ke dalam mal. Sebelumnya, Kevin dan empat temannya janjian untuk berkumpul dan menonton di bioskop, ada film aksi yang selalu mereka ikuti sehingga ketika season terbaru muncul, seperti kebiasaan mereka akan menonton bersama. Selain Wawan dan Dion, kedua teman Kevin lainnya bernama Tio dan Fajar. Tio membawa seorang gadis juga bersama mereka yang tak lain adalah pacarnya— Fadila. Tania awalnya ragu untuk ikut bersama Kevin, lagi pula dia tidak memiliki tambahan uang untuk menonton di bioskop. Namun Kevin membujuknya untuk tidak khawatir, bagaimana pun sedikit uang tiket bioskop tidak begitu berarti di mata Kevin. Saat film akan dimulai, mereka diarahkan untuk masuk ke ruang studio. Untungnya meski film ini ramai dan laris pasar, mereka masih mendapatkan tiket dengan tempat duduk yang baik. Tania merasa sangat gugup, dia melihat harga satu buah tiket masuk dan merasa itu sangat boros. Uang itu setara dengan gajinya dua satu minggu ketika menjual minuman di taman kota. Karena itu lah dia tidak berani bertingkat ceroboh dan dengan serius melihat ke layar lebar di depannya, enggan melewatkan satu detik pun adegan yang ditampilkan. Bahkan dia mulai merasa berkedip saja sudah membuang-buang uang! Kevin tanpa sadar menoleh dan melihat ekspresi fokus gadis di sampingnya. Entah kenapa dia tidak bisa menahan senyum di bibirnya. Dia mengulurkan tempat popcorn di tangannya ke depan Tania, membuat gadis itu tersentak kaget. Setelah melihat bahwa Kevin yang menawarkannya popcorn, Tania merasa ragu sejenak sebelum memasukkan tangannya ke dalam dos popcorn, lalu mengangguk malu kepada pemuda di sebelah kirinya. "Terima kasih," bisiknya pelan. "Sama-sama," jawab Kevin dengan senyum geli. "Santai saja, tidak perlu gugup. Minumanmu juga tampaknya belum tersentuh." Tania segera sadar bahwa di tangan kanannya sedang memegang minuman soda. Dia mengangguk paham, sedikit malu karena merasa dirinya sangat konyol di depan Kevin. Meksi Tania jarang menonton film, terlebih lagi film dengan genre aksi seperti yang sedang dilihatnya saat ini, tetapi itu tidak bisa menghalanginya mengagumi dan bahkan tertarik dengannya. Setelah film berakhir, lampu bioskop menyala terang menandakan saatnya mereka keluar dari ruang studio. "Bagaimana filmnya? Apakah bagus?" tanya Kevin kepada Tania. Tania menganggukkan kepalanya dengan jujur, dia kemudian mulai bertanya beberapa adegan yang tidak dimengertinya dalam film. Melihatnya begitu penasaran, Kevin dengan sabar menjelaskan kepadanya. Bagaimana pun, Kevin adalah langganan film aksi yang baru mereka saksikan itu, jadi bukan hal sulit untuk menjawab semua pertanyaan amatir Tania. Mereka bertujuh berjalan-jalan di sekitar mal untuk beberapa saat, membeli hal-hal yang mereka minati, atau sekadar nelihat-lihat. Sebelum pulang, mereka makan malam bersama terlebih dahulu yang merupakan bagian yang tak terlewatkan. Tania melihat daging yang dipanggang di atas meja dengan terkejut, merasa sedikit heran dan penasaran dengannya. Terlebih lagi aroma harum dan menggoda tersebar di udara yang masuk ke dalam hidungnya. Tanpa sadar dia menelan ludah, merasa bahwa harga makanan ini pasti tidak dapat ditanggung olehnya. "Kamu coba," kata Kevin menyerahkan daging ke atas piring Tania dengan sumpit. Tio melihat perilaku Kevin dan menconteknya. Dia juga dengan sangat perhatian menyerahkan daging ke pacarnya, namun bedanya dia secara khusus menyuapnya di depan teman-temannya. "Heh, kalian berdua. Apakah kami berkumpul di sini hanya untuk menyaksikan kalian berdua beradu kasih dengan pacar kalian?" komentar Wawan merasa tidak puas. Dion dan Fajar mengangguk setuju, dengan sengaja memberikan tatapan menentang untuk kedua pasangan itu. Tania merasa malu dengan sebutan pacar yang disebutkan teman Kevin, dia dengan tenang menundukkan kepala mencoba menggunakan sumpit untuk mengambil daging yang diletakkan di atas piringnya. Namun bagaimana pun dia menggunakannya, tangan kanannya begitu kewalahan dengan dua sumpit yang susah diatur. Dia bahkan tidak tahu bagaimana cara menjepit daging tersebut. "Gunakan garpu," kata Kevin, memberikan garpu kepada Tania. Merasa dia kembali menunjukkan kekonyolannya, Tania menjadi memerah dan mengangguk cepat. "Terima kasih," katanya sebelum menerima garpu dari tangan Kevin. Kevin terkekeh, "Sama-sama," jawabnya. Makan dengan tenang, Tania mendengarkan kelima pemuda di atas meja mulai membahas tentang film yang mereka nonton. Terkadang bahkan ada perdebatan kecil dan pertentangan yang tidak pernah berakhir. Mendengar obrolan mereka, Tania yang fokus menonton film sebelumnya merasa telah melewati beberapa detail tanpa sadar dan tercerahkan setelah mendengar semua perdebatan Kevin dengan teman-temannya. Berbeda dengan Tania yang hanya diam dan terus menundukkan kepala, Fadila terkadang ikut bergabung dengan percakapan para pemuda itu. Cukup aktif dan tersenyum kepada setiap orang. Setelah makan, mereka mulai terpisah dan pulang dengan cara masing-masing. Tania termasuk tanggung jawab Kevin, sehingga dia pulang dengan naik motor Kevin. Namun dia tidak menyangka, Kevin tidak menuju ke rumahnya melainkan membawanya ke taman kota tempat dimana mereka bertemu setiap hari selama liburan semester ini. "Kenapa kita ke sini?" tanya Tania dengan bingung. Kevin tersenyum, dia memberi isyarat kepada Tania untuk turun dari motor dan memimpin jalan melangkah masuk ke taman kota. "Jalan-jalan, aku mendengar bahwa di tengah taman telah dipasang air mancur cahaya dengan dekorasi lainnya." Kevin menjelaskan dengan samar, meraih tangan Tania untuk ikut bersamanya. Tania tertegun ketika tangannya digenggam oleh Kevin, beberapa emosi kecil melintas di matanya sebelum hilang begitu saja. Dia dengan patuh mengikuti Kevin, memperhatikan lingkungan taman yang tampak ramai dan menarik. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti, melihat ke depan dimana air mancur uang dikatakan Kevin benar-benat ada dengan cahaya warna warni yang melintas di airnya tampak menakjubkan. Di tengahnya ada patung sepasang kekasih yang tampak bahagia. Mungkin hal ini sudah ada lama, namun Tania biasa hanya menjual di pinggir taman sehingga tidak memperhatikan ada hal baik di tengah taman. Beberapa orang berkumpul di sini sebagai pusat kunjungan. Banyak pengunjung yang membawa kamera dan memotret di sekitar air mancur atau taman bunga mini yang terletak tak jauh darinya. "Tunggu sebentar," kata Kevin memberi instruksi kepada Tania. Sebelum Tania sempat bertanya, Kevin telah melangkah pergi menjauh darinya. Hal itu membuat Tania merasa tidak dapat dijelaskan. Namun meski begitu dia tetap dengan patuh berdiri di tempatnya, mengamati bagaimana air mancur yang menyemburkan air begitu berkilau di latar langit malam yang gelap tanpa bintang. Tania tidak perlu menunggu terlalu lama sebelum sosok Kevin kembali muncul di pandangannya. "Apakah aku membuatmu menunggu lama?" tanya Kevin dengan tersenyum kecil. Sosok Kevin sudah sangat tampan ketika memasang ekspresi tenang, ketika tersenyum itu bahkan membuatnya menjadi lebih mempesona. Tania terinfeksi oleh senyuman itu dan juga tanpa sadar menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Tidak," jawabnya dengan jujur. Tiba-tiba pemuda di depannya mengulurkan tangan kanan yang dia sampaikan di belakang punggungnya ke depan ke hadapan Tania. Kedua mata Tania melebar, melihat setangkai bunga mawar di tangan Kevin tertuju kepadanya. Dia mengangkat pandangannya menanyakan arti hal tersebut dengan matanya kepada Kevin. "Mungkin ini mendadak," kata Kevin tersenyum kecil, "tapi maukah kamu menjadi pacarku?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD