Berkunjung ke Kelas Pujaan Hati

1466 Words
Laras pulang ke rumahnya dengan membawa nasi dan ayam panggang yang dia beli di sebuah restoran ketika dalam perjalan pulang. Dia segera ke meja makan, membuka bungkus makanan dan makan dengan lahap seolah telah kelaparan selama bertahun-tahun. Dalam menggigit daging ayam, Laras mengkhayal sedang menggigit Tania sehingga dia sangat gusar dan penuh kekesalan. Ayam panggang yang tak bersalah dengan aroma menggoda berubah bentuk menjadi tak terdefinisikan di tangan Laras. Lambat laun hanya tulang tersisa tanpa daging sedikit pun yang tampak tak berarti lagi. Laras membuang tulang ayam ke atas piring, dia minum setengah gelas sebelum mencuci tangan dan pergi ke kamarnya. Biarkan pembantu rumah tangga yang membersihkan kekacauan di atas meja makan ketika datang bekerja nanti. Sesampainya di kamar, Laras mengambil ponselnya dan mulai mengirim pesan ke Kevin dengan berbagai kata-kata manis yang diketahuinya. Setiap menit dia menunggu dan tak mendapat jawaban dari pemuda pujaannya itu, dia akan kembali mengirim selusin pesan yang menggetarkan jiwa. Namun sayangnya, aksinya itu tak juga terbalaskan. Kevin tetap acuh tak acuh dan tidak membalas dengan satu huruf pun kepadanya. Laras menjadi lebih kesal dan menyalahkan Tania. Bagaimana pun, ini pasti salah gadis itu! Citranya runtuh di depan Kevin tidak lain karena gadis itu telah mengatakan hal yang tidak benar tentangnya kepada Kevin. "Lihat saja nanti," kata Laras dengan kesal. Keesokan harinya, Laras gencar mencari Kevin. Setelah sampai di sekolah, daripada pergi ke kelasnya, Laras langsung menuju ke kelas Kevin. Sembari berjalan di koridor sekolah, Laras membuka cermin dan memperbaiki riasan wajahnya dengan berani di depan umum. Dia tampaknya tidak takut anggota OSIS atau guru melihat perbuatannya itu. Karena Laras bukanlah orang rajin, ketika dia datang ke sekolah, sebagian besar murid sudah berada di sekolah. Jadi dia sangat yakin 98 persen bahwa Kevin telah tiba di sekolah dan sedang duduk tampan di dalam kelasnya, 2 persen lainnya adalah keadaan tiba-tiba yang mengharuskan Kevin datang terlambat. Beberapa langkah dari kelas 12 IPA 1, Laras menyimpan kembali alat riasnya ke dalam tas sekolahnya dan siap untuk bertemu sang pangeran hati. Pertama, dia berjalan perlahan di depan jendela kelas, melihat keadaan di dalam ruangan untuk dapat berintegrasi dengan mudah. Ketika di sampai di depan pintu kelas, tak terapikan bahwa Laras sedikit gugup. Dia bertanya-tanya, bagaimana reaksi Kevin ketika melihatnya? Jika Kevin mengabaikannya, apa yang harus dia lakukan? Dan apa alasan dia datang ke sini untuk menemui Kevin? Pertanyaan-pertanyaan itu datang ke otak Laras, sebelum pergi begitu saja tanpa bekas. Rasa gugup yang hanya seuprit itu tak bisa dibandingkan dengan perasaannya yang segunung pada Kevin. Jadi untuk apa dia peduli alasan dan sebab dengan perbuatannya ini? Tentu saja semua karena cinta! Laras bangga dengan jalur pemikirannya sendiri sehingga senyumannya menjadi lebih percaya diri. Dia mencondongkan kepalanya ke dalam, menyapu pandangannya untuk mencari sosok tertampan di sekolah ini. Ketika dia melihat kakaknya— Randi juga ada di dalam kelas, Laras mengabaikannya dan tetap peduli dengan Kevin. Pada akhirnya dia melihat sosok pemuda yang dicarinya kini sedang mengobrol dengan teman-temannya di bangku belakang paling pojok ruangan. Tidak tahu apa yang mereka katakan sehingga membuat pemuda tampan penguasa hatinya itu tersenyum kecil. Laras segera mengangkat tangannya untuk memegang dadanya, serangan dari senyuman Kevin sangat berdampak besar untuk hatinya yang belum siap menerima rasa manis ini. Dia merasa bahwa tidak perlu hal mahal untuk membuatnya bahagia, cukup letakkan Kevin di depannya untuk memberinya senyuman kecil maka Laras siap untuk melakukan segalanya untuk terus menjaga senyuman itu. Hatinya penuh dengan rasa tak sabar, dia segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Mengabaikan beberapa pasang mata kakak kelas yang tertuju padanya, Laras terus berjalan lurus menuju ke Kevin. Meski aura kakak kelas memiliki rasa penindasan di depan adik kelas, tetapi Laras sama sekali tidak terpengaruh olehnya. Dia telah bertemu dengan banyak orang penting, bahkan bergaul dengan mereka, sehingga dia tidak akan ditakuti oleh kakak kelas yang hanya beda umur setahun dua tahun darinya. Ketika dia berjalan mendekati Kevin, Laras melihat seseorang murid yang tak dikenalnya menyenggol lengan Kevin dan tatapannya tertuju kepadanya. Jelas saja, murid yang tak dikenalnya itu pasti memberitahu keberadaannya kepada Kevin. Senyuman Laras melebar ketika pandangan Kevin tertuju padanya, senyuman pemuda itu belum luntur dari wajahnya sehingga memberi ilusi pada Laras bahwa pemuda itu sedang tersenyum kepadanya. Serangan ini lebih dahsyat dari sebelumnya sehingga jantung Laras berdetak cepat seolah dia sedang melihat ke bawah dari atap gedung tertinggi. Namun sayangnya senyuman itu hanya ada sedetik sebelum digantikan dengan ekspresi kesal yang familiar. "Kenapa kamu disini?" Tanya Kevin dengan kening berkerut dalam, rasa tidak suka terlihat jelas di wajahnya. Laras bersikap seolah dia tidak melihat ekspresi pertentangan Kevin, senyuman manisnya terus bertahan di bibirnya dengan beberapa rasa genit di matanya. "Tentu saja karena aku rindu, kamu tidak membalas pesanku kemarin membuatku memendam rasa rindu yang dalam. Jadi aku datang ke sini untuk menembus rasa rindu itu," jawabnya tanpa rasa malu didengar oleh seluruh murid di kelas ini. Dia merasa perasaannya sangat murni dan benar sehingga tidak perlu untuk menyembunyikannya dari orang lain. Dia malah ingin seluruh dunia tahu bahwa dia sangat menyukai Kevin. Kevin merasa merinding ketika mendengar jawaban Laras, dia menoleh ke arah teman-temannya yang kini menahan tawa sembari melihatnya penuh canda. Hal itu membuat Kevin merasa malu dan ingin membuat gadis pengganggu itu menjauh darinya. Meski dia sering menerima surat cinta atau seorang gadis yang tiba-tiba datang menemuinya, tetapi baru kali ini dia bertemu dengan seorang gadis yang begitu terbuka dengan perasaannya hingga mencapai titik tidak tahu malu. Tetapi Laras tidak tahu malu bukan berarti Kevin juga tidak malu, dia sangat malu sehingga membuatnya ingin menjauh dari gadis itu lebih dari ribuan mil jauhnya! "Kamu sudah melihatku, jadi kamu bisa pergi sekarang," kata Kevin dengan acuh tak acuh, pandangannya bahkan tidak tertuju pada Laras. "Tidak mungkin, aku akan bersamamu beberapa saat lagi. Tenang saja, aku tidak akan mengganggumu." Laras mengangkat bangku kosong di sekitar dan memindahkannya tepat di sebelah Kevin, lalu dia duduk di sana dengan alami tanpa memperhatikan tatapan penasaran orang lain kepadanya. "Apa yang kalian bahas tadi? Sepertinya menarik, lanjutkan saja tanpa memedulikan aku." Para murid laki-laki di sekitar mereka saling memandang dengan bingung, tidak tahu harus berbuat apa, lagi pula tidak mungkin mengabaikan kehadiran Laras yang begitu besar hingga menarik perhatian. Tatapannya yang cerah melebihi lampu neon tertuju lurus pada Kevin dengan senyuman manja yang sangat menggoda. Para pemuda lainnya tak kuasa untuk tidak melirik Laras beberapa kali lagi untuk menghargai kecantikan. Mereka bahkan heran, bagaimana bisa Kevin tidak tertarik dengan Laras yang memiliki nilai nominal yang sangat baik di mata para pria. Meski tindakan dan perilakunya kadang tidak tahu malu, tetapi kebanyakan dari mereka sangat menyukai perasaan dikejar oleh gadis cantik yang tak segan mempublikasikan perasaannya ke publik. Kevin berbeda dengan mereka, dia sangat tidak menyukai kedekatan Laras. Dia terus menggeser bangkunya menjauh yang mengakibatkan gadis itu menggeser bangkunya juga untuk mendekat kepadanya. "Apa yang kamu inginkan sebenarnya?" Tanya Kevin dengan gusar, merasa paginya telah dihancurkan oleh gadis kecil ini. Laras tersenyum genit, mengulurkan tangannya untuk menarik lengan baju Kevin dengan manja. Meski akhirnya Kevin menghindari gerakan tangannya, itu tak membuatnya patah semangat atau pun kecewa. "Menatapmu, bersamamu, dan menjadi milikmu." Jawaban Laras segera mendapatkan sambutan hangat dari teman-teman Kevin. Beberapa orang bersiul dan menyenggol Kevin untuk menanggapi perasaan gadis itu. Bahkan ada yang bersorak untuk mereka dengan heboh. "Jangan bermimpi, kembali ke kelasmu sekarang." Kevin tidak termakan oleh tindakan imut Laras. Dia menatap teman-temannya tajam, memberi isyarat agar mereka diam dan tidak membuat ulah. Laras terkikik, "Kan semuanya berawal dari mimpi, mungkin waktu aku bangun semua menjadi kenyataan." Kevin mengernyit tak suka, dia akan membalas kata-kata gadis itu dengan kesal ketika dia melihat kehadiran seseorang mendekat. Laras terus menahan senyuman genitnya, menunggu Kevin membalas kata-katanya hanya untuk menerima ketukan ringan di kepalanya. Dia terkejut dan langsung menoleh ke belakang, melihat kakaknya berdiri di dekatnya menatapnya dengan datar. "Kembali ke kelasmu, bel akan berbunyi," kata Randi dan sedetik berikutnya bel masuk benar-benar terdengar di seluruh penjuru sekolah. Laras memasang ekspresi cemberut, ingin terus bersama Kevin dan tidak ingin bangkit dari bangku yang saat ini dia duduki. Namun menghadapi tatapan penuh peringatan kakaknya serta memikirkan bahwa tidak baik untuk menunda pelajaran Kevin, membuat Laras akhirnya mengalah dan bangkit berdiri dengan enggan. "Kevin, aku pergi dulu. Nanti saat istirahat, aku akan menunggumu di kantin." Laras berkata dengan manis, menatap Kevin penuh harap. Untuk mempercepat kepergian gadis itu, Kevin mengangguk acak tanpa komitmen, memberikan jawaban yang setengah hati. Namun hal tersebut sudah membuat Laras puas, sehingga dia melambaikan tangan dengan bahagia ke arah Kevin sebelum keluar dari kelas itu tanpa beban. Akhirnya sosok gadis itu menghilang dari pandangannya, Kevin menghela napas lega dan menatap ke arah Randi yang saat ini mengembalikan posisi bangku yang tadi ditempati Laras ke tempat semula. "Ran, coba tolong bantu aku untuk membuat adikmu itu menyerah saja," katanya dengan tulus. Mendengar permintaan Kevin membuat Randi menggelengkan kepalanya ringan, "Aku tidak bisa mengendalikannya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD