Rajin Membaca

1622 Words
Tentu saja Laras tidak begitu tenggelam dalam pikirannya yang penuh dilema dan keraguan. Lagi pula dia tidak akan percaya kata-kata Rena! Di suatu hari yang cerah, Laras sedang malas, duduk-duduk di bangkunya dan bermain ponsel untuk mengecek sosial media. Dia merasa sangat bosan, kepalanya turun hingga dahinya menyentuh pinggir meja dan ponsel di tangannya ada di pangkuannya. Seluruh tubuhnya memancarkan bahwa dia sangat malas gerak, malas melakukan apa pun dan hanya ingin berada di satu tempat saja. "Ras," panggil sosok Yeyen— bendahara kelas. Laras dengan malas menoleh, menatap kosong ke gadis yang berkepang dua itu, bermodel layaknya cewek cupu tetapi memiliki jiwa yang galak. Tentu saja jiwa galak itu akan keluar untuk para murid yang tidak membayar uang kas. Melihat kehadiran gadis yang jarang menemuinya itu, Laras berpikir kapan terakhir kali dia membayar uang kas dan memang itu sudah sangat lama. "Uang kas?" tanyanya santai, lalu menoleh ke arah Rena. "Bayarin dulu uang kas aku, untuk satu semester penuh ini. Aku tidak bawa uang tunai." Yeyen menghela napas lega, dia selalu suka bicara dengan Laras tentang uang kas karena gadis itu tidak pernah merepotkannya dan menunda membayarnya seperti murid lainnya. Bahkan Rena seorang yang suka membayar uang kas Laras, sangat suka menunda untuk membayar bagiannya. Rena menyerahkan uang seratus ribu ke Yeyen, "Semester ini pas lah seratus ribu," katanya dengan enggan, melihat uang tunainya seolah tidak ingin berpisah dengannya. "Kamu kapan bayar uang kas?" tanya Yeyen segera tatapannya menjadi tajam dengan aura yang menakutkan. Rena memakai earphone-nya, "Apa? Uang kas? Nanti keknya," katanya sebelum sibuk dengan ponselnya. Yeyen merasa pusing mendengar jawaban nanti yang tanpa kepastian itu. Dia benar-benar ingin bertanya siapa sih yang menemuka kata nanti yang membuat segalanya menjadi tertunda. Laras kembali ke posisi hibernasinya, bermain dengan ponsel dan akhirnya merasa mengantuk. Jam istirahat kedua selalu panjang dan lama. Sebagian murid-murid menggunakan waktu ini untuk istirahat sejenak atau bermain tidak jelas. Laras baru saja akan mencoba tidur beberapa menit ketika melihat sekelompok orang yang familiar berjalan bersama menuju ke satu tempat. Dia menyipitkan matanya, rasa kantuknya segera hilang digantikan dengan rasa penasarannya akan apa yang ingin dilakukan oleh kumpulan para kakak kelas itu. "Ren, coba lihat ke sana." Laras menepuk bahu temannya itu. Rena sedang bermain ponsel sembari makan keripik, mendapatkan panggilan darinya, dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah yang ditunjuk Laras. "Ya, ada apa?" tanyanya dengan malas. "Mereka mau kemana?" tanya Laras dengan semangat, tampaknya jika Rena mengatakan satu tempat, dia akan bangkit dan berlari menuju ke sana sekarang juga. Rena ingin mengatakan bahwa dia juga tidak tahu, namun untuk memuaskan rasa ingin tahu kecil tuan putri, Rena mencoba untuk menganalisisnya. "Mereka membawa buku dan pena, itu artinya pergi kantor guru atau perpustakaan. Namun karena mereka pergi dalam kelompok yang besar, sangat tidak mungkin pergi ke kantor gurumu, jadi mereka saat ini menuju ke perpustakaan." Rena menjawab dengan sangat muda, tangan kanannya mencubit dagunya untuk bertindak layaknya sedang berpikir keras. "Ayo ke perpustakaan!" Laras segera bangkit, menarik Rena dan berlari keluar kelas. "Eh, eh, aku tidak mau, aku ingin di kelas." Rena melepaskan diri dari genggaman Laras. Tetapi Laras tidak menerima alasan apa pun darinya, dia melotot marah dan berkata dengan kesal. "kenapa kamu tidak ikut saja sih, kamu teman macam apa!" Rena akhirnya terpaksa ikut bersama Laras. Meski dia tidak malas belajar seperti Laras, bukan berarti dia suka membaca buku. Tidak, otaknya juga memiliki penolakan ketika melihat banyak tumpukan buku. Namun dia menahannya, mengikuti tuan putri menuju perpustakaan sekolah yang jarang mereka injak. Laras mengajak Rena setengah berlari ke arah perpustakaan melalui jalan terpendek sehingga mereka bisa tiba lebih cepat dari Kevin dan yang lainnya. Rena tidak tahu, rencana buruk apa yang ada di otak temannya itu, namun dia menurutinya begitu saja. Ketika mereka berdua masuk ke dalam perpustakaan, guru yang ada di dalam perpustakaan melihatnya dan terkejut. Lalu guru tersebut puru-pura melihat cuaca dari jendela, "Ibu kira akan ada badai sehingga kalian datang ke perpustakaan." Laras dan Rena tertawa mendengar lelucon garing guru tersebut. "Kami mau membaca, Bu." Laras berkata dengan ekspresi serius, seolah apa yang dia katakan adalah hal yang wajar. Rena bergidik namun tidak membantahnya. Dia mengangguk, pamit dengan sangat sopan pada guru itu dan berjalan ke dalam perpustakaan mengikuti Laras. Laras melihat sekitar, melihat buku-buku yang ada di rak buku dan menarik salah satu buku sebelum duduk di salah satu meja kosong. "Kamu ambil buku juga," kata Laras melotot pada Rena. Rena berdecak kesal, menarik satu buku dengan santai dan duduk di samping Laras. Dia hanya ingin dengan malas duduk-duduk untuk bersantai namun merasa bosan karena tidak membawa keripik dan ponselnya. Dia akhirnya menoleh untuk melihat apa yang dilakukan temannya itu. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat Laras sedikit menunduk dengan tatapan serius ke arah buku yang ada di atas meja. Jika saja Rena tidak menemukan mata gadis itu terpaku di satu tempat, dia pasti mengira Laras benar-benar membaca buku. Para murid kelas 12 IPA 1 saat ini sampai di perpustakaan. Mereka memiliki tugas Bahasa yang membuat mereka harus menggunakan buku di perpustakaan. Alangkah terkejutnya Kevin ketika menemukan Laras ada di dalam perpustakaan, dia berpikir salah lihat namun semua teman-temannya yang bersiul memastikan bahwa itu benar. Randi juga awalnya terkejut, tetapi berpikir singkat dia segera mengerti. Jadi dia tidak terlalu memikirkannya dan pergi mengerjakan tugasnya. Laras mengangkat kepalanya, seolah secara tak sengaja melihat keberadaan Kevin dan teman-temannya. "Kevin?" Mata Laras berbinar segera bangkit, membawa buku yang ada di atas meja dan menghampiri pemuda pujaan hatinya itu. "Kamu juga ada di sini? Untuk membaca juga?" Kevin menggelengkan kepala, "Mengerjakan tugas Bahasa," katanya sembari mengangkat buku tugasnya di depan Laras. Lalu dia menatap gadis itu dengan pandangan tidak yakin. "Kamu sedang ngapain di perpustakaan?" "Tentu saja membaca, aku sangat suka membaca buku." Laras mengangkat buku yang ada di tangannya, mengeluarkan omong kosong tanpa berkedip. Rena yang mendengarnya dengan jelas hampir muntah karenanya, untuk saja dia terbiasa bekerja sama dengan temannya itu jadi dia tidak membongkar kebohongan buruk Laras. Sekali lagi Kevin terkejut. Dia tidak berpikir Laras suka membaca buku. Lagi pula di matanya Laras benar-benar bukan tipe orang yang suka belajar. Benar saja, jangan menilai seseorang dari sampulnya. Laras mengikuti Kevin mencari tempat duduk dan duduk di sampingnya. Dia kembali ke posisi duduk sempurna, sedikit menundukkan kepala dan fokus menatap buku yang terbuka di depannya. Buku yang Laras ambil secara acak secara tak terduga adalah buku pelajaran Biologi, penuh dengan kata-kata yang tidak dimengertinya. Laras membaca beberapa kata dalam buku itu dan merasa apakah ini buku dari planet lain atau sebenarnya di terjebak di planet orang. Kenapa dia tidak bisa paham sedikit pun? Tetapi tentu saja dia tidak memperlihatkan keburukannya dalam belajar. Laras terkadang berpura-pura mengangguk seolah paham lalu membuka lembaran kertas baru untuk membaca halaman baru lagi. Dari ujung matanya dia melihat Kevin dengan teman-temannya tampak mendiskusikan sesuatu lalu mencatat dari waktu ke waktu. Tiba-tiba dia merasa kesal karena tidak bisa sekelas dengan Kevin. Seandainya dia sekelas dengan pemuda itu, dia pasti juga akan belajar bersama Kevin, mengerjakan tugas bersama, dan mengenal lebih dalam. Namun detik berikutnya dia langsung bersyukur. Jika dia sekelas dengan Kevin, maka Kevin akan melihat dirinya dihukum karena tidak mengerjakan tugas, terlebih lagi nilainya yang sangat buruk! "Kamu sangat tampan saat belajar," kata Laras dengan suara pelan namun tetap terdengar jelas. Kevin yang tiba-tiba dipuji tanpa kewaspadaan merasa tak berdaya, dia melirik ke gadis yang kini tersenyum ke arahnya dan meringis. "Sejujurnya aku tidak suka belajar," katanya dengan jujur. Jangan sampai Laras berpikir dirinya sempurna dan lebih mengaguminya. Nyatanya selain wajahnya yang lebih baik, Kevin hanyalah pemuda biasa yang juga suka melakukan kenakalan di sekolah dan bersenang-senang. Laras terkikik, "Tidak masalah, jangan sampai kamu seperti Randi, setiap detik hanya tahu belajar." "Tapi dia mendapatkan juara setiap waktu," kata Kevin, mendesah berat. Dia terkadang juga tidak mengerti ada orang yang begitu sangat mencintai belajar sedangkan dia sangat susah hanya sekadar membaca buku. "Ya," Laras mengangguk, tersenyum lebar dan kembali menundukkan kepalanya untuk mengambil pose cantik sedang membaca buku. Kevin terkadang mendengar tentang Laras yang memiliki nilai buruk dan sering ditegur di kelas. Tetapi melihat gadis yang tampaknya sangat membaca itu, Kevin tiba-tiba meragukan apa yang dia dengar. Dia menggelengkan kepala, kembali mengerjakan tugasnya dengan cepat agar bisa kembali dengan cepat juga. Laras melihat pemuda yang ditaksirnya begitu serius dan tidak mengganggunya. Di dalam ruangan yang hening ini, ada banyak murid yang menempati bangku di perpustakaan yang kadang tak digunakan. Beberapa keributan kecil tak terhindarkan sehingga membuat penjaga perpustakaan harus buka suara untuk menegur berulang kali. Laras menatap kosong ke buku yang di depannya. Padahal dia tidak berencana untuk membaca tetapi hanya melihat sudah berhasil membuatnya pusing. Dia membalik lembaran lagi, ketika dia menemukan gambar aneh yang memiliki banyak partikel bundar, Laras berhenti, dia menatap lurus bertanya-tanya gambar aneh macam apa ini tanya ada di buku pelajaran. Dia mengerutkan kening sangat dalam, sehingga ketika Kevin mengangkat kepalanya melihat gadis itu berpikir keras, dia tidak meragukan lagi bahwa Laras sedang belajar saat ini. "Apakah kamu sudah selesai?" tanya Laras ketika menemukan tatapan Kevin mengarah padanya. Dia bahkan berusaha bersikap kalem dan tenang, namun senyuman bahagia di bibirnya tidak bisa disembunyikan sama sekali. Kevin mengangguk, "Iya, aku sudah selesai untuk hari ini. Aku akan kembali ke kelas duluan." Laras mengangguk, "Iya, aku akan tetap di sini menunggu bel masuk," dia berkata dengan santai seolah itu adalah rutinitasnya yang biasa. Rena mendengarnya lagi dan memutar matanya tanpa jejak. Ketika melihat Kevin dan kelompoknya pergi dari perpustakaan, Laras segera menjauhkan buku di depannya dari jangkauannya. "Ren, kamu dengar tidak, Kevin mengatakan untuk hari ini?" Rena yang awalnya tidak suka membaca, namun akhirnya tenggelam dalam buku astronomi yang ada di depannya menjawab santai ketika mendengar pertanyaan pertanyaan Laras. "Ya, dengar." Laras langsung mengangguk, seolah telah terbentuk rencana di hatinya. Tanpa alasan yang jelas, Rena tiba-tiba bergidik ngeri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD