Membuat Kue

1326 Words
Piring kosong dibiarkan begitu saja di meja makan, tersebar berantakan namun tak dipedulikan. Meski kedua gadis yang sedang berada dalam rumah itu suka kebersihan, mereka lebih suka tidak bergerak untuk membersihkan dan biarkan orang lain yang melakukannya. Sebelumnya, Rena sudah minta ijin kepada orang tuanya bahwa dia akan menginap di rumah Laras. Awalnya orang tuanya menolak, bagaimana pun Rena sudah keluar sebelumnya menginap di bukit, jika dibiarkan maka mereka takut anak gadis mereka akan sering keluyuran malam hari. Tetapi Rena segera mengatakan bahwa dia menjaga temannya yang sakit yah tidak punya siapa pun di sisinya. Akhirnya dengan alasan keprimanusiaan, Rena dibiarkan menginap di rumah Laras. Sontak, Rena bersorak senang. Dia suka tinggal di rumah Laras, sangat luas, besar, dan dia bebas mengeksplornya sesuka hati. Hanya saja ... "Ren, ambilin jus dong, sekalian keripik juga. Cari aja di dapur," kata Laras dengan malas. Bersandar di sofa sembari menatap layar ponselnya dengan teliti. Rena memutar matanya. Hanya saja dia menginap di rumah tuan putri dan harus melayaninya dengan baik dan patuh. Kalau dia menunjukkan penolakan, Laras akan menatapnya tidak puas. "Bukankah kamu menginap untuk merawatku, ya rawat aku dengan baik." Rena mengangkat tangannya geram ingin meremas Laras, namun akhirnya dia bangkit dari sofa, meletakkan remote televisi di atas meja dan pergi ke dapur. Laras terkekeh geli, kembali fokus menatap layar ponselnya dimana terdapat resep cara membuat brownis coklat yang enak. Dia menatap nama-nama bahannya dengan serius, sebagian besar dari bahannya tidak dia kenal sama sekali. Tetapi karena dia telah bertekad akan membuat brownis untuk Kevin, maka dia pasti akan melakukannya. "Silakan minum Tuan Putri," kata Rena dengan suara penuh ejekan meletakkan nampan di atas meja yang berisi dua gelas jus jeruk beserta setoples keripik kentang. Laras mengangguk santai, "Ya, Pelayan," balasnya. Rena berdecih, mengambil segelas jus dingin untuk menetralkan panas di hatinya. Namun seketika menghentikan gerakannya, "Kamu kan habis sakit, masa iya minum minuman dingin." Rena segera meraih gelas jus jeruk dari tangan Laras, baru menyadari fakta yang dia abaikan sedari tadi. "Apaan sih, tidak usah lebay gitu. Kembalikan gelasku!" Laras melotot tajam, mengulurkan tangannya ingin mengambil kembali minuman dari Rena. Rena tidak berkomitmen, dia menjauh dari Laras. "Aku di sini itu untuk merawatmu, jika aku memberimu ini, bukankah itu berarti aku lalai?" "Heh, seolah aku tidak tahu kamu hanya ingin merasakan bagaimana tinggal di istana." Laras tertawa sinis, matanya tajam mengarah ke Rena seolah bisa mengeluarkan laser kapan saja. "Kembalikan gelasku!" Rena tidak mendengarkannya. Dia berpikir sejenak, lalu kembali berdiri. "Tunggu aku buatin teh hangat saja," katanya sebelum kembali ke dapur. "Aku mau minum jus Rena Magfirah Putri!" seru Laras lantang, namun gadis yang tidak diakui sebagai teman itu tidak menghentikan langkahnya dan pergi begitu saja ke dapur. Laras mendengus kesal, kembali memperhatikan layar ponselnya. Namun bagaimana pun dia membaca resep yang tertera di layar, dia tidak mengerti sama sekali, dan bahkan melupakannya di detik berikutnya. Dia merasa bahwa kecerdasannya semakin menurun, apa mungkin karena otaknya telah berkarat jarang dipakai? Menyerah membaca resep, Laras segera membuka aplikasi YouTube dan mencari tutorial membuat brownies coklat. Dia menikah video yang paling banyak ditonton dan akhirnya membukanya. Suara televisi yang diputar Rena terllau keras, saling bertabrakan dengan suara tutorial seorang ibu rumah tangga yang ada di ponsel Laras. Laras merasa terganggu, mengambil remote dan menurunkan volume suara televisi hingga 0 dan akhirnya fokus menyimak kata-kata yang dikatakan dalam video beserta gerakan mencampur bahan ibu itu. Dia tampak sangat serius, jika saja tidak ada suara tutorial yang bergema di ruangan, mungkin Rena yang baru saja datang dengan gelas teh mengira bahwa Laras saat ini menonton materi pelajaran dari ponselnya. Tetapi tentu saja Rena merasa itu hal mustahil, Laras selalu sangat malas membuang energinya untuk hal-hal seperti belajar. "Silakan minum Tuan Putri," kata Rena kembali menyajikan minuman di depan Laras dengan suara penuh ejekan. Laras mendengus, memutar matanya dan tetap fokus menatap ke arah layar ponselnya. "Kamu beneran mau buat kue brownies?" tanya Rena dengan ragu. Laras mengangguk malas, mengulurkan tangannya untuk mengambil gelas teh dan mencicipinya dengan hati-hati. "Besok kita bangun pagi bangat, dan kamu membantuku membuat kue." Rena mau menolak, namun dia berpikir beberapa saat dan akhirnya mengangguk setuju. "Oke, lagi pula aku juga penasaran bagaimana buat kue." Kedua gadis itu kemudian dengan bingung menonton video tutorial hingga akhirnya merasa paham. Keesokan harinya, Laras bangun dengan linglung ketika mendengar alarm ponselnya yang menggelegar. Dia mendengus kesal, bergumam malas dan ingin kembali tertidur. "Ras, matiin ...," gumam Rena pelan, menutup kepalanya dengan bantal. Laras mendengus kesal, tidak menuruti ucapan Rena dan tetap berguling di atas tempat tidur. Setelah beberapa saat menahan diri, akhirnya kedua gadis itu mengaku menyerah dan bangun untuk merespons alarm yang terabaikan. Di dalam ruangan, hanya ada cahaya remang-remanh yang samar. Di luar ruangan, matahari bahkan belum menunjukkan sedikit pun cahayanya. Masih sangat dini, dan itu adalah hal yang langka bagi kedua gadis itu telah bangun saat ini. Rena duduk dengan enggan di atas tempat tidur, ketika Laras telah mematikan alarm ponselnya, dia kembali berbaring dan siap tertidur. Namun Laras tidak akan membiarkan teman yang tidak dianggapnya itu tertidur begitu saja. Dia mengguncang tubuh Rena sembari membangunkan gadis itu, "Bangun, bukankah kemarin kamu mengatakan akan membantuku." Rena menggerutu, mendorong tangan Laras menjauh darinya tanpa tenaga. "Diriku yang kemarin berbeda dengan diriku saat ini, pergi ... jangan ganggu aku." "Aku tidak peduli, kamu mengatakan ingin membantuku dan itu berarti kamu membantuku." Laras menarik tangan Rena yang terulur, membuat gadis itu kembali terduduk dalam keadaan mata tertutup. "Aku mau tidur!" geram Rena. "Aku tidak peduli, bangun sekarang juga atau enyah dari rumahku." Laras mengguncang bahu Rena, membuat temannya itu merasa pusing dan akhirnya menyerah untuk berpikir tidur kembali. "Aku bangun, aku bangun, aku bangun!" Rena mendorong Laras menjauh darinya. Dia merasa kepalanya bisa meledak sebentar lagi karena perilaku tak bermoral Laras. Laras mendapatkan apa yang dia inginkan segera menarik Rena untuk pergi menjauh dari zona tempat tidur yang berbahaya. Dia juga masih mengantuk, jadi perlu kekuatan ekstra baginya bertahan dari tidur kembali. Kedua gadis yang jarang tinggal di dapur itu akhirnya berada di dapur dengan keadaan bingung. Laras menatap sekeliling dengan waspada, seolah berada dalam medan perang dan siap akan bertarung kapan saja. Sedangkan Rena masih terbenam dalam mimpi indahnya, dia menatap kosong ke depan terlalu malas untuk menggerakkan anggota badannya. Laras kembali memutar video yang dia nonton kemarin, dengan sangat hati-hati memilah bahan-bahan yang akan digunakan. "Rena! Kemari cepat, bantu aku sini!" Laras melotot ketika melihat Rena masih berdiri di tempat tanpa melakukan apa pun. Rena berdecak kesal, berjalan ke arah Laras dengan malas. "Iya, iya, apa yang harus aku lakukan?" Laras, seseorang yang tidak pernah membuat kue bertindak seperti orang yang ahli. Dia menunjuk ke sebuah bahan, mengangkat dagunya dan memerintah. "Itu dicampur dengan itu, nah iya, pelan-pelan." "Eh, bukan itu! Kamu dengar tidak sih?" Laras menggerutu, melotot kesal kepada Rena. "Yang di sampingnya itu entah apa namanya, campurin aja." Rena dengan gerakan malas, mencampurkan semua bahan yang disebutkan Laras. Mereka sama sekali tidak menggunakan ukuran dalam mencampur, langsung menaruh bahan begitu saja mengira-ngira ukuran tanpa berpikir untuk menghitungnya. Laras berencana membuat brownies dua lapis, jadi satu adonan ada di tangannya dan satunya lagi bersama Rena. Mereka berdua seolah sedang berlomba untuk membuat adonan paling bagus sehingga mencampuri apa pun yang mereka lihat. "Hei, lihat adonanku, ini mirip squishy." Rena tertawa meremas adonan di tangannya yang kenyal. Laras melihat adonan Rena dan ikut tertawa. "Kalau aku mirip slime," dia mencoba meraih adonannya yang tampaknya lebih lunak dan cair. Mereka berdua berperang dengan adonan untuk waktu lama hingga membuat seluruh tubuh tertutupi bahan-bahan kue sebelum akhirnya memasukkan adonan kue tersebut ke oven listrik. "Di video katanya tunggu 30 menit," kata Laras dengan penuh semangat. Setelah menguras tenaga dalam waktu lama untuk meracik adonan, mereka akhirnya memasukkan tahap paling penting. Setelah adonan masak menjadi kue, mereka hanya perlu membuat topping secantik mungkin. Laras tidak sabar untuk menunggunya. Rena yang dari awal mengeluh juga merasa tidak sabar. Bagaimana pun, kue itu adalah kue pertama buatan tangannya, dia merasa penasaran dengan rasanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD