Rasa Bersalah

1479 Words
Laras masuk ke dalam aula, dia mengerutkan keningnya ketika dihadapkan dengan keributan di sekitarnya yang diciptakan oleh murid-murid. Kepalanya menjadi lebih sakit, ingin sekali dia mengambil lakban dan menutup semua mulut mereka satu persatu. Dia mendengus kesal, berusaha mengabaikan kekesalannya dan menyapu pandangannya berusaha mencari Kevin. "Laras!" Suara Rena yang tidak kecil terdengar jelas. Laras mengangkat kepalanya, melihat ke seorang gadis yang melambai memberi isyarat kepadanya. "Kamu duduk bersama Rena," kata Randi yang juga melihat ke arah teman Laras. Meski Randi agak meragukan pertemanan mereka yang terkadang tidak baik, tetapi Randi percaya bahwa Rena akan menjaga Laras dengan baik. Setidaknya dia bisa merasa nyaman jika ada seseorang di sisi Laras yang akan menjaga gadis ini. Laras mengangguk, dengan bantuan kakaknya dia berjalan perlahan menuju ke arah Rena, namun matanya yang terkulai berat tidak menyerah terus mencari sosok Kevin di antara ratusan murid yang berkumpul di aula. Beberapa pasang mata tertuju padanya, menatapnya dengan penasaran dan penuh minat. Penampilan Laras yang dijaga oleh ketua OSIS tentu sangat menarik minat banyak murid, namun gadis yang menjadi pusat perhatian itu sama sekali tidak peduli. Dia terbiasa dengan banyak pasang mata yang tertuju padanya, terlebih lagi dia selalu menganut prinsip orang yang tidak penting baginya sama sekali tidak akan masuk ke dalam matanya. Jadi untuk para karakter figuran itu, dia tidak membuang waktunya untuk mengurus mereka. Sebelum sampai di bangku kosong yang telah disediakan Rena untuknya, langkah kaki Laras berhenti. Matanya yang sedikit memerah terbuka cerah. Meski kusam dan tampak lemas, tubuhnya tampak mengembalikan beberapa vitalitas samar. "Aku mau duduk di samping Kevin!" kata Laras dengan semangat, memanfaatkan kondisi lemahnya dia bersikap sangat menyedihkan untuk memohon kepada kakak sepupunya. Randi terdiam, dia juga menatap ke arah Kevin dan sedikit tertekan. "Randi, kakakku yang paling baik dan tampan." Laras berkata dengan senyuman di bibirnya. Randi mengerutkan keningnya, dan akhirnya menghela napas panjang. "Tunggu sebentar," katanya sebelum pergi berbicara dengan beberapa orang yang duduk di sebelah Kevin yang juga teman sekelasnya. Laras berdiri diam, seperti yang diminta Randi, dia menunggu dengan tenang berperilaku sebagai gadis patuh. Dia memperhatikan ketika kakak sepupunya itu mengobrol dengan dua gadis yang duduk di sebelah kanan Kevin. Laras tidak tahu apa yang mereka katakan, dan juga kepalanya terlalu pusing untuk fokus mendengarkan percakapan mereka. Dia hanya melihat setelah Randi berbicara, kedua gadis itu bangkit berdiri dan pindah ke kursi lain membiarkan tempat duduk mereka kosong. "Duduk di sini," kata Randi mengarahkan gadis manja itu ke bangku tepat di samping Kevin. "Jangan membuat masalah, jangan mengganggu orang lain, dan segera panggil aku jika kamu merasa tidak nyaman." Karena Randi telah menuruti permintaannya, Laras tidak menggerutu dengan titah merepotkan kakak sepupunya itu. Dia bahkan tersenyum dan mengangguk patuh, menjawab dengan sangat baik. "Oke, selama ada Kevin di sampingnya, aku akan merasa sangat nyaman." Kevin yang duduk di sebelah kiri Laras terdiam. Dia melihat ke arah gadis yang selalu ceria dan centil itu memiliki ekspresi yang lemah dan pucat, namun wajahnya masih terlihat penuh senyuman bahkan jika mulutnya tertutup oleh masker. "Kamu sakit?" tanya Kevin sedikit terkejut. Laras ingin menjawab dengan sangat bahagia namun Randi mendahuluinya, "Ya, dia sakit pagi ini. Tolong perhatikan dia sebentar di sini, jika dia membuat masalah segera berutahu aku." Laras cemberut, "Aku tidak akan buat masalah." "Baik, aku akan memperhatikannya," jawab Kevin dengan baik, bagaimana pun Randi adalah temannya. Setelah memastikan gadis itu tampaknya baik-baik saja dari sebelumnya, Randi kemudian melangkah ke arah Rena. "Kamu duduk di samping Laras, dia sakit saat ini jadi tolong awasi dia," pintanya sembari menunjuk ke bangku kosong di sisi kanan Laras. Rena tertegun sejenak, menganggukkan kepalanya dengan kaku layaknya robot. "Aku akan menjaganya," katanya dengan hati-hati, kemudian dia bangkit berdiri untuk berjalan ke arah bangku yang telah disediakan Randi untuknya, berpisah dengan kejam dari Tiara. Randi melirik sebentar ke arah Laras, lalu dia berjalan pergi ke arah anggota OSIS yang sibuk untuk melakukan tugasnya yang sempat dia abaikan untuk mengurus adik sepupunya yang sakit. "Kamu kenapa datang?" tanya Rena, memperhatikan wajah dan tubuh pucat temannya itu, dia merasa sedikit aneh. Setiap nafas yang Laras hembuskan terasa panas, dia mendengar pertanyaan Rena dan langsung menoleh ke arah Kevin. "Untuk menemui Kevin," jawabnya dengan jujur. "Kevin, aku merindukanmu. Randi melarangku datang ke sekolah hari ini, tetapi aku tidak mau, aku ingin melihatmu." "Kamu sakit," kata Kevin dengan kening berkerut, tidak terbiasa dengan wajah Laras yang lemah. "Kamu harus beristirahat di rumah agar cepat sembuh." Suaranya tanpa sadar melunak, sedikit lembut ketika melihat kelemahan yang ditampilkan gadis itu. "Tapi di rumah aku tidak bisa melihatmu," kata Laras merasa tidak setuju. Bahkan dalam keadaan sakit pun, dia tidak lupa untuk menyebarkan kata-kata gombalan secara sengaja atau tidak sengaja kepada Kevin. Kevin menatap gadis itu, dia tidak mengerti apa yang membuat Laras begitu terobsesi padanya. Padahal dia sudah menolaknya berulang kali, mengabaikannya, dan bahkan menyalahkannya ketika gadis itu ingin membantunya. Rasa bersalah timbul di benak Kevin, dia mengambil botol air yang telah dia beli sebelumnya dan masih tersegel. Setelah membuka tutupnya, dia menyerahkannya kepada Laras. "Minum dulu," katanya. Karena sakit, tenggorokan Laras menjadi mudah kering sehingga suara yang dikeluarkannya juga serak. Laras sangat senang menerima perhatian dari pujaan hatinya, dia mengambil botol air tersebut, menurunkan maskernya, namun segera berhenti seolah ragu. "Tapi kamu ... nanti bagaimana jika kamu haus?" tanyanya merasa enggan. Dia tidak masalah berbagi air dengan Kevin, tetapi saat ini dia sedang sakit. Jika Kevin minum di botol bekas yang dia gunakan, siapa yang tahu jika Kevin akan tertular olehnya dan jatuh sakit juga. Dia kembali memasang maskernya, mengembalikan botol air kepada Kevin. "Aku tidak haus," katanya dengan hati penuh sayatan. Dia sangat haus! "Tidak masalah, minum saja." Kevin merasa tidak nyaman dengan sifat Laras yang selalu memikirkannya. Gadis itu mengeluarkan banyak uang untuk memberinya hadiah, bersusah payah memasak untuknya, dan mengirim coklat serta bunga setiap hari yang selalu dia abaikan setiap saat. Mengingat semua perilaku Laras, kemudian mengingat semua tindakannya, Kevin merasa dia sepertinya agak berlebihan. "Minum saja, sangat jarang Kevin memberimu air. Bayangkan jika kamu memberikan Kevin sesuatu dan ditolak, apakah kamu senang? Tidak kan? Jadi terima saja." Rena yang duduk di sisi Laras dan terus menonton pertunjukan dua orang di sampingnya ini tidak bisa menahan diri untuk tidak membisik ke telinga temannya itu. Bahkan saat sakit pun, gadis ini masih bertingkah sok di depan orang yang disukainya. Rena tiba-tiba merasa senang karena dia tidak memiliki orang yang dia sukai, jangan sampai dia bertingkah konyol seperti temannya itu. Dibantu oleh godaan iblis Rena, Laras akhirnya menerima air dari Kevin. Air mineral seharusnya tanpa rasa apa pun, hanya memberi kesegaran yang menyenangkan, namun karena sakit, dia merasa air yang masuk ke dalam mulutnya agak pahit, tetapi karena mengingat yang memberinya minuman ini adalah Kevin, hatinya segera merasakan manis yang membuatnya ingin terbang ke langit. Pembawa materi saat ini sudah tiba di aula, mereka memakai baju batik dan mulai menampilkan materi di infokus. Para guru segera memberi isyarat agar semua murid tenang dan diam, lalu membiarkan pembawa materi yang Laras tidak pedulikan berbicara dan memperkenalkan diri. Selama proses seminar itu, pandangan Laras terus tertuju pada Kevin. Dia melihat pemuda itu menatap ke depan dan merasa Kevin sangat tampan. Dia melihat pemuda itu menundukkan kepala menatap jam tangan di lengan kirinya dan merasa Kevin masih sangat tampan. Kemudian dia melihat Kevin berbicara pelan dengan temannya yang duduk di sisi kiri dan merasa Kevin benar-benar tampan. Filter cinta membuat Laras mengabaikan segalanya dan hanya terpaku dengan pemuda itu, dia tersenyum senang bahkan suara di sekitarnya kabur samar tak tertangkap oleh pendengarannya. Namun dia tiba-tiba mengerutkan keningnya, pendingin ruangan menyala saat ini membuat tubuhnya terasa membeku. Dia memeluk dirinya sendiri, merasa tidak nyaman namun mengabaikannya. Jika Randi mengetahui ini, dia pasti akan membawanya pulang saat ini. Dia harus bertahan! Laras terbungkus oleh jaket, namun dia tetap merasa sangat kedinginan dari dalam dan luar tubuhnya. Sesekali dia mengangkat botol pemberian Kevin dan minum beberapa teguk untuk meredakan tenggorokannya yang terus terasa kering. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Kevin dengan suara rendah sedikit berbisik kepada Laras. Laras tersadar, tersenyum kecil dan menggelengkan kepala tegas. "Aku baik-baik saja," katanya juga ikut merendahkan suaranya. Jarak antara dia dan Kevin saat ini sangat dekat, merupakan jarak terdekat yang pernah dia miliki sebelumnya. "Kevin," panggil Laras yang membuat pemuda di sampingnya mengangkat alis bertanya dalam diam. "Aku menyukaimu," katanya dengan suara rendah. Kevin tertangkap tak siap mendengar kata-kata itu. Dia sudah tidak hitung berapa kali Laras mengatakan perasaannya padanya. Kevin melirik gadis itu lalu menatap ke depan, berpura-pura tidak mendengar apa yang baru saja Laras katakan. Tindakan Kevin sudah Laras duga, jadi gadis yang terabaikan itu tersenyum kecil merasa senang. Mengabaikan ketidaknyamanan tubuhnya, dia terus mencoba mendekat ke arah Kevin, seolah mencari kenyamanan dari pemuda yang disukainya itu. Rena yang sedari tadi diabaikan dan dianggap makhluk kasat mata oleh temannya itu dengan nyaman menonton pertunjukan Laras dan Kevin, dia merasa melihat drama cinta monyet di sampingnya lebih menyenangkan daripada harus menghadapi penjelasan membosankan di depannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD