2. Bimbang

1430 Words
"Eh buset? Beneran lo mau kawin?" Teriak seorang lelaki yang tiba tiba berdiri karena terkejut dengan apa yang telah di dengarnya. "Woi biasa aja dong Ar!" Sahut Ziha sebal dengan kelakuan sahabatnya itu. gak enak kan dilihatin orang sekitar. "Lebay deh, gue mau nikah belum mau kawin." Tambah Ziha memonyongkan bibirnya. "Ya kali anak pak ustadz kawin dulu baru nikah." Celetuk Atika salah satu sahabat Naziha yang sudah ikut duduk dari tadi. "Eh seriusan nih Zie, kok bisa tiba tiba sih? Lu mah bikin gue patah hati sih!" Kini si Faresh pun ikut angkat suara, "Gue dijodohin. Lo sih Resh, dulu gue suruh ngelamar gak mau. Sekarang keduluan orang lo patah hati" sungut Ziha dengan senyuman ala ala yang di buat Ziha, menandakan kalau ia tengah bercanda. "Yah, terus kuliah lo gimana?" Sekarang giliran Emely yang bersuara. "Gue tetep kuliah dan pastinya masih pengen kerja lah" jelas Ziha pada segerombolan manusia yang ada di depanya. Mereka sahabat sahabat Naziha, yang dikumpulin di kantin kampus buat mendengarkan dengan seksama ocehan seorang Naziha, gadis yang menurut mereka lebih mirip preman alim itu. "Lihat aja entar deh, kalau menurut kesimpulan dan inti sari dari pembicaraan para tetua sih kemungkinan seminggu lagi gue bakalan nikah." Tutur Ziha menjelaskan seolah tak ada hal yang dikhawatirkan tentang nasib pernikahannya kelak. Dan hal itu sukses membuat Ardhan, Faresh, Atika dan Emely hanya manggut-manggut tanpa protes. 'Ting' Tiba tiba suara hp Ardhan menyerukan ada notifikasi. Semua hening menunjukan pandangan ke Ardhan yang buru buru membuka hpnya dengan raut muka tak terbaca. Naziha tampak serius memperhatikan mimik muka sahabatnya. Hanya sebentar sebelum si empunya muka mengeluarkan suaranya. Eh gue cabut dulu guys" kata Ardhan yang langsung mengambil tasnya. "Kenapa lo?" Tanya Ziha curiga. "Gak apa apa ada urusan, bye! " Jawab Ardhan tanpa memperhatikan pandangan semua sahabatnya yang merasa aneh. Hening , penasaran, mereka saling pandang dalam keheningan. Ziha memandang ketiga sahabatnya yang sama-sama mengendikan bahu. seolah mengatakan kalau mereka tak ada yang mengerti tentang apa yang terjadi pada Ardhan. Tak seperti biasanya Ardhan pergi tanpa memberi tahu kemana tujuannya. Ardhan adalah salah satu sahabat mereka yang sukses dengan kariernya sebagai model yang sekaligus memiliki suara indah. Namun di balik itu semua mereka turut prihatin dengan kepribadian Ardhan yang transgender itu. "Kalau minggu depan gue nikah, kalian harus hadir semua!" Ucapnya dengan tatapan tajam yang sukses membuat mereka pada menatap Ziha lekat. Ziha berusaha mengalihkan keadaan yang hening sepeninggal Ardhan. Satu hal lagi tentang Ziha. Benar ia memang gadis berhijab. Itu karena ia dibiasakan menggunakannya sejak balita. Jadi kalo pas lagi keluar tanpa hijab rasanya bener bener ada yang kurang menurutnya. Dan hal itu memang bermanfaat untuknya. Lalu soal hobi yang kata orang jauh dari penampilannya, mungkin bawaan lahir juga kali ya. Tapi selama dirinya gak melanggar syariat agama, kata Bunda gak apa apa kok. Memang apa yang salah dengan silat dan musik? ♡♡♡ Sudah pukul dua siang. Dan sudah 30 menit gadis berhijab itu duduk di pojokan cafe menunggu seseorang yang entah bakal datang apa enggak. Diputuskan untuk menunggu 15menit lagi. Dan itu memang sangat membosankan. Setelah menuntaskan isi dari gelas ke tiganya, akhirnya Ziha pun memutuskan untuk mengakhiri penantian ini. Bukan kegemarannya menunggu kepastian seperti itu. Namun baru saja akan beranjak dari kursinya, ia melihat seorang lelaki di hadapannya yang tengah memandangnya lurus tanpa merasa bersalah sedikitpun. tentu saja hal itu membuat Ziha makin jengkel. "Mau kemana?" Katanya "Emm mau pulang sih tadinya." Ucapnya antara ketus dan gugup. "Sory telat, tadi ada meeting dadakan." Katanya yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Ziha. Seolah mengatakan 'gak papa" padahal sebenernya sih, sekuat tenaga menahan kesal atas kelakuan laki-laki di depannya ini. "Mau makan dulu?" Lanjutnya dan Ziha pun mengangguk lagi. Sungguh sebenernya dirinya memang sangat sangat lapar. Hey sekarang jam dua siang dan dia hanya meminum tiga gelas jus. Dia hanya kenyang menunggu sebenarnya. "Mau makan apa?" Ucapnya seraya melambaikan tangannya untuk mengode pelayan cafe . "Nasi." Jawab Ziha singkat yang membuat pria di depanya lantas menatapnya heran. "Tambahin telur ceplok sama udang goreng ya mbak!" Lanjut Ziha pada pelayan di sampingnya yang udah siap mencatat pesanan mereka. "Mau minum apa?" Tanyanya "Air putih aja" ujar Ziha karena tadi udah banyak minum minuman yang berasa. "Ya udah, aku kopi aja ya mbak." Lanjutnya "Gak makan?" Tanya Ziha heran karena tak mendengar ia pesan makanan "Tadi udah sambil meeting." Jawabnya yang dibalas dengan anggukan ringan. Hening sejenak. Sebelum ia memulai pembicaraan. "Emmm gue mau bahas soal pernikahan kita"Ucapnya mulai menampakkan raut muka yang dari tadi datar kini berubah serius. "Silahkan!" Ziha pun mengangguk mulai memasang telinga dengan seksama. " gimana kalau kita bikin perjanjian?" Katanya menyelidik seolah mencari jawaban. Ziha cukup terkejut dan terdiam sejenak. Seolah menangkap hal yang mencurigakan. "Apaan?" Ucap Ziha tak percaya dengan apa yang di dengarnya. "Buat gue perjodohan ini gak bener." Katanya sontak membuat Ziha tambah terkejut. "Tuh benarkan? ni cowok di paksa nikah deh." Batin Ziha sambil mendengus kesal. "Kenapa?" Tanya Ziha penasaran "Emang lo gak keberatan?" Tanyanya membuat Ziha makin heran. Ziha menatap lekat laki-laki berwajah angkuh yang duduk di hadapannya. ia pikir ia akan dinikahi karena Allah. bukan karena hal lain. "Kenapa musti keberatan,? Bukanya lo sama keluarga lo udah menyetujui permintaan gue ya?" Jawab Ziha membuatnya menggelengkan kepala "Gimana kalo kita nikah 1tahun terus cerai?" "What?" teriak Ziha shock. ia benar-benar tak habis pikir saat mendengar pernyataanya yang gak bisa dimengerti itu. Emang pernikahan itu bisa di anggap main-main apa. "Ck, ni cowok beneran gak banget. Buat aku geram aja". batin Ziha Mana mungkin Ziha mau jadi janda di usia muda. Dengan Ziha sigap geleng geleng kepala kayak anak metal. "Kalo lo emang gak setuju ya udah, gak jadi nikah. Ngapain pakai nikah terus cerai? Gue gak mau." jawab Ziha tegas. "Lo beneran mau nikah ama gue?" Tanyanya membuat Ziha tambah heran. Hey, bukanya semalem dia dilamar ya? lalu sekarang ia dapat pertanyaan seperti itu. oh Tuhan, hidup seperti apa yang tengah di jalaninya sekarang? "Gue belum siap nikah." Lanjutnya yang membuat Ziha membelalakkan mata. Secara semalam do'i yang ngelamar terus sekarang do'i bilang gak siap. Rasanya Ziha pengen tipuk juga tuh mulut pake sandal. "Ya udah gax papa." Jawab Ziha mencoba sabar. sambil menyuapkan makanan yang sudah dari tadi berada di depannya. Gagal nikah elaaah. "Entar aku bilang ayah biar nikahnya gak jadi" lanjut Ziha agak kecewa. Tapi itu lebih baik kan? Daripada nikah ama orang yang gak tulus . Sama sama tersiksa nantinya. "Nggak nggak kita tetep nikah." Katanya bikin Ziha tambah bingung. Ni cowok maunya apa coba? "Gue gak bisa nolak permintaan nyokap gue" jelasnya yang membuat Ziha sedikit mengerti apa maksudnya. Sunday Santa jelas do Mata Ziha kalau so Do'i terpaksa menikah dengannya. "Pikirin lagi, aku gak mau nikah sama orang yang gak mau bertanggung jawab" jawab Ziha ketus lalu meneruskan makanannya yang tinggal beberapa suap saja. " Tenang aja soal biaya kuliah dan hidupmu aku yang tanggung, dan kau bebas melakukan apapun yang kau mau. Kita cuma tinggal seatap dengan status suami istri dan aku gak bakal apa apain kamu" Ziha menggeleng take setuju ,enak aja, ni cowok mau bikin perjanjian nikah kayak kebanyakan cerita lainya?. Ziha jelas ogah. Impiannya adalah untuk menikah karena Allah. Dan bukan Cara begini yang diinginkan oleh hatinya. "Eh kamu beneran mau nikah sungguhan? Jangan jangan lo naksir ama gue ya?, tapi gue gak suka sama cewek model lo." Katanya dingin penuh hinaan. Angkuh banget ni cowok. Namun Ziha masih memandangnya penuh keheranan. Menatap laki-laki di depanya dengan penuh penasaran. "Gue ngerti." Ucap Ziha menghembuskan nafas pasrah sebelum melanjutkan kata-katanya. "Gue bakal bilang ayah kalo pernikahan batal." Ucapnya langsung berdiri dari tempat duduknya untuk melenggang pergi. Selangkah dan Ziha berbalik "Permisi, Assalamualaikum dan ... " tampak Ziha berfikir untuk menimbang perkataanya yang akan keluar dari mulutnya. "Emm tolong bayarin ya!" Lanjutnya tersenyum dan berlalu. Dan kejadian itu sukses membuat pria tampan itu mulai gusar dan kurang puas dengan pertemuannya kali ini. Ziha melenggang pergi. Sebenernya kasian sih, melihat cowok itu yang kayaknya udah hampir kepala tiga, masak iya nikah aja di paksa. Padahal dia tampan gitu. Ziha menggerutu tak jelas. Tapi setelah dengar pengakuannya, iya sangat yakin kalau do'i memang terpaksa menikah. Ck, Apa coba belum siap nikah tapi udah ngelamar cewek. Sebenernya Ziha ingin pacaran setelah menikah. Tapi kalo lakinya terpaksa mana sanggup dia. Cakep sih. Cakep banget malah tapi mau gimana lagi. Ziha sadar kok, sesuatu yang dipaksakan jatuhnya gak baik juga. Antara ragu dan kecewa Ziha tetap melangkah pergi. Mencoba tak memperdulikan kejadian barusan. Namun tetap aja dia sebal. Apalagi dia udah kasih woro-woro sama sahabatnya kalau minggu depan dia nikah. Dan kini malah terancam gagal. Hadeeewh..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD