13. Move On

1690 Words
Ziha berjalan santai menuju tangga. Dengan celana jeans andalanya dan cardigan putih dengan corak warna warni membuat nya tampak ceria. Ia menyelipkan kacamata di kepalanya yang berbalut pashmina biru navy Iya bagaimana tidak ceria jika suaminya mengajak ia kencan malam ini. Eit ralat sebenarnya Ziha yang mengajak suaminya kencan. Itu pun dengan sedikit ancaman. Sedikit kok gak dosa dosa amet kali ya. Ck ampuni Ziha ya Allah. Kapan lagi bisa kencan sama suami tampanya kalau bukan dengan cara ini. Ziha melihat penuh kagum pada suaminya. Tak ada lagi celana bahan dan jas kantoran yang melekat pada tubuh suaminya. Celana jeans dan kaos yang pas membentuk tubuh indah Alfian, di balut dengan jaket jeans biru. Membuatnya terlihat seperti anak muda jaman now. Ziha berdecak sebal kala masih melihat muka datar Alfian yang berjalan di belakangnya. Ia berhenti dan menggandeng lengan Alfian dengan manja. Ok fix. Katakanlah Ziha cewek agresif yang gak tau malunya ngejar ngejar cowok tampan. Tapi tunggu dulu. Cowok tampan itu adalah suaminya. Jadi itu sah, halal halal aja. Okay. Semangat buat Ziha. Kini Ziha telah sampai di parkiran Mall terbesar di jakarta. Melihat muka malas suaminya, Naziha berjalan mendekat dan menggandeng tangan suaminya. Alfian hendak melepas namun Ziha mengeratkan gandengan di tangan suaminya. "Kita main game yuk!" Ajak Ziha yang di sambut tatapan horor oleh suaminya. Yang benar saja berapa umur Alfian? Di umurnya yang mendekati kepala tiga, Alfian tak akan mau bertindak seperti remaja macam istrinya. Meskipun kali ini ia yakin dirinya masih terlihat muda dengan baju santainya. "Nggak ada acara main game Ziha, kita makan malam aja lalu pulang" ucap Alfian mengajak Ziha masuk ke dalam mall. "Ish, menyebalkan. Kalau cuma makan malam mah bukan kencan namanya." Gumam Ziha yang masih di dengar oleh suaminya. "Baiklah, setelah makan kita jalan jalan sebentar, kamu boleh membeli sesuatu" Mendengar itu, mata Ziha berbinar binar "ok, abis itu kita nonton. Ok!" "Itu akan memakan waktu lama Ziha." Jawab Alfian lantas menarik Ziha yang memasang muka manyun masuk ke sebuah cafe yang terdapat di mall tersebut. Ziha dan Alfian. Meraka menikmati makan malam dalam diam. Ziha tak mulai bercakap karna ia tahu, suaminya tak suka jika di ajak bicara jika sedang makan. Yah meskipun Ziha sering melakukanya. "Ais?" Tiba tiba Ziha berdiri kala melihat temanya tengah berjalan ke arahnya. Alfian menoleh ke arah pandang Ziha. Terlihat gadis remaja berhijab yang sedang menggandeng seorang anak laki laki yang masih balita. Gadis itu tersenyum melihat Ziha yang tengah melambaikan tanganya. 'Siapa mereka?' Batin Alfian. "Eh mbak Ziha," sapa gadis bernama Ais. Lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Ziha. "Kamu sama siapa is?" "Sama abi sama mama, nih sama tuyul satu, hehe," "Mereka mana?" "Di luar mbak, ntar juga nyusul. Mama mau beli sesuatu katanya." Jelas Ais. "Mbak Ziha ngapain?" "Ya makan lah is, sini duduk dulu, aku kenalin sama suami tampan aku," ajak Ziha pada Aisyah dan adik kecilnya. "Mas, kenalin ini Aisyah sama adiknya. Temen Ziha yang jadi remaja masjid di komplek rumah kita." Jelas Ziha saat sudah duduk di samping suaminya. Alfian hanya tersenyum melihat gadis yang baru di lihatnya itu. Saat di lihatnya gadis itu hanya menelangkupkan tangan di depan d**a sebagai tanda perkenalan. Alfian tau apa yang harus di lakukan. Hanya tersenyum untuk menyapanya. "Ih , mbak Ziha suaminya ganteng banget, nyari di mana?" Ucapan Aisyah yang meluncur tiba tiba, sontak membuat Alfian terkejut. Ternyata gadis di depanya sama aja dengan istrinya. Walau masih kecil dan terlihat alim, tapi dasar emang anak jaman sekarang. Ucapanya gak di saring dulu. "Haha, dia mah limited edition cuma buat Naziha aja. Kalau Aisyah mau, minta sendiri sama ustadz Zain" ucapan Ziha sontak membuat kedua gadis di sampingnya tertawa lepas. Alfian hanya tersenyum menanggapi dua anak labil di sampingnya. Pandanganya tertuju pada anak laki laki di depanya yang dari tadi hanya diam melihat tingkah kakaknya. Alfian sempat terpaku melihat tatapan anak itu. Mata coklatnya mengingatkan pada seseorang. Iya seseorang. Ia terus mengingatnya sampai suara di belakangnya membuyarkan pikirannya. "Aisyah," suara berat seorang laki laki membuat semua yang duduk di sana lantas mendongak ke asal suara. "Abiiii...." teriak adiknya Aishah yang berlari pada seorang yang memiliki suara tadi. Seorang pria bertubuh tegap, meski tampak usianya tak muda lagi. Baju koko dan celana kain membuat pria itu seperti ulama yang sering berceramah di masjid masjid.  Alfian memperkirakan usianya di atas kepala empat. Dan Ziha lantas berdiri dan menyalami laki laki itu. Tapi tunggu dulu, bukan hanya laki laki itu tapi juga seorang wanita di belakangnya yang tengah mengangkat anak laki laki tadi. Pandangan Alfian bertemu dengan wanita itu. Hijab syar'i dan gamis yang menjuntai hampir menyentuh lantai. Alfian tak salah lagi. Itu Sarah, iya Sarah. Seseorang yang pernah mengisi hatinya. Bukan hanya itu. Sarah bukan hanya mantan kekasih. Hubungan mereka terlalu jauh untuk di jabarkan. "Kenalin Tadz, ini laki nya Ziha" ucap Ziha membuat pria tadi terkekeh. "Bi, Ais mau dong di cariin yang kayak gini," pintanya malah mendapat tatapan tajam dari ayahnya. Dan Aisyah hanya nyengir kuda. Naziha memandang heran ke arah suaminya. Tepatnya ketika suaminya itu tak hentinya memandang mamanya aisyah. "Oh ya mas kenalin itu mamanya Aisyah sama tuyul satu tuh" ucap Ziha memperkenalkan ustadzah Sarah. Hanya senyum tipis dan anggukan yang didapat Alfian dari sarah. "Cantik ya mas? " ucap Ziha membuat semua pasang mata yang tengah duduk itu menoleh padanya. "Apa?" Tanya Alfian heran saat istrinya menepuk lenganya. "Itu ustadzah Sarah cantik kan?" Naziha tahu ada sesuatu di balik tatapan mereka. Dan ustadz Zain yang menyadari sesuatu kini menatap istrinya. "Dek Sarah kenal?" "Emmm Alfian ini teman kuliahnya Sarah bang," jawabnya lembut tak di buat buat. Dan ustadz Zain hanya tersenyum menanggapinya. Sedangkan Alfian hanya diam dan kembali memasang muka datarnya. Dia tampak bahagia. Dia beruntung suaminya mau menerima dia apa adanya. Cih, bahkan aku hanya di anggap teman kuliah saja.  Batin Alfian menyadari kalau wanita yang meninggalkanya dulu tengah hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. "Zie, kita jadi nonton gak? Keburu malem nih" ucap Alfian tiba tiba membuat Ziha terkejut. "Yang Abg mah pacaranya nonton," goda Aisyah pada temanya. "Abi ayo nonton yuk bi, ajakin mama gitu sekali kali," lanjutnya membujuk Abinya. "Kapan kapan ya Is, kan kasian Umi di rumah kalau kita lama" "Ih Abi nyebelin," gerutu Aisyah ketika Ziha dan Alfian telah meninggalkan mereka setelah pamit. _____________♡_____________ Setelah menyapa kedua mertuanya, Ziha langsung pamit ke dalam kamar dan di ikuti oleh suaminya yang dari tadi hanya diam. Ia melemparkan tas dan menuju kamar mandi untuk mengganti baju. "Astaga Ziha jangan lempar barang sembarangan, jangan samakan kayak kamar kamu yang dulu," ucap Alfian kala melihat tingkah Naziha yang baru di ketahui akhir akhir ini. Dan ia mendengus sebal kala Ziha tak membalas ucapanya malah hanya mengangkat jempol dan melenggang ke dalam kamar mandi. Naziha Roziqotun Nada, yang Alfian pikir gadis berhijab yang akan di jodohkan denganya adalah gadis pendiam, dan pemalu sesuai penampilanya dengan hijab. Yang memiliki aturan aturan hidup yang buat Alfian itu adalah aturan primitif.  Namun semakin kesini Alfian sadar bahwa gak semua wanita berhijab itu pemikiranya kuno dalam versinya. Tidak semua wanita berhijab itu lemah lembut. Karna Ziha berbeda. Dan dia semakin tertarik dengan keunikan Ziha.  Karena jujur saja Ziha berbeda, berbeda dengan mantannya yang memutuskan untuk berhijab, jangankan di cium, di sentuh aja enggan. Padahal sebelum berhijab ia bahkan melakukan lebih dari itu. "Ew, ngapain senyum senyum gitu?" Ucap Ziha yang memergoki suaminya tengah senyum senyum sendiri kayak orang gila. "Bukan apa apa" balas Alfian dengan memasng muka datarnya lagi. Menutupi kemungkinan kemungkinan kalau Ziha curiga. Karena sebenernya Alfian tengah membayangkan istrinya yang unik. Dan sialnya ia telah membedakan istrinya dengan mantanya. "Ih, jangan senyum senyum gak jelas gitu dong mas!" "Kenapa? Suka suka dong" " ih kan akunya jadi Baper lihat gantengnya mas naik satu oktaf," "Apa?" Alfian terkejut tak percaya dirinya baru saja di gombali sama istrinya sendiri. Ya Salam. Istrinya memang bener bener unik "Tapi tunggu deh?" Ucap Ziha menggantung membuat Alfian heran. " jangan jangan Mas senyum senyum tadi gara gara inget mantan ya? Tadi abis ketemu mantan kan? Hayoo ngaku?" Berondong Ziha memojokkan suaminya. Dan bukan hanya terkejut, kaget, cengo, dan mlongo. Alfian seperti mendapat  sidang dari istri yang menangkap basah suaminya selingkuh. "Maksudnya?" hanya itu yang bisa Alfian katakan dalam bentuk kata tanya yang menggantung di angkasa terbang tinggi di langit... mbuh ah "Lagian nih Mas, kalau mantan udah bahagia, ya mas harus move on dong, buktiin kalau mas itu bisa hidup lebih bahagia tanpa dia"  cerocos Ziha udah seperti guru yang menasehati muridnya. " Nah kalau ketemu lagi, buktiin sekalian, kalau Mas bisa dapet yang lebih baik, Kelar deh masalah," lanjutnya membuat Alfian tambah cengo sekaligus mendengus. "Kamu tau dari mana?" Alfian langsung to the point aja. Merasa istrinya ini sudah tau banyak tentang masa lalunya. "Mama" jawab Ziha enteng sambil menyisir rambut panjangnya. "Mama udah kasih tau apa aja?" "Bilang dulu bener gak mantan Mas itu ustadzah Sarah?" "Hmm'" Gumam Alfian sebagai pembenaran atas pertanyaan istrinya. "Soal ganteng Mas menang jauh kok" " Baru tau kalau aku ganteng," "Kalo Ziha cantik gak Mas?" "Hah, Apa?" Jawab Alfian melihat tingkah aneh Naziha. Mau apalagi nih bocah. Entah dorongan dari mana sehingga Ziha punya ide macam ini. Ziha melepas bedrollnya. Itu lho handuk yang berbentuk baju, yang ternyata ia gunakan untuk menutupi pakaianya yang hanya menggunakan  tanktop dan hotpants aja. Toh ini gak dosa. Tubuhnya emang hak suaminya. Alfian meneguk salivanya susah payah. Ia adalah lelaki normal. Pemandangan di depanya tak bisa dihalau. Ini membuat darahnya memanas. Ia tak bisa memungkiri. Tubuh istrinya sangat menggiurkan. Bahkan lebih indah dari tubuh Sarah yang pernah dijamahnya. 's**t '  umpatnya pelan saat menyadari bahwa Ziha telah membangkitkan sisi lelakinya. "Cantikan mana Ziha sama Ustadzah Sarah" entah siapa yang meracuni pikiranya. Ziha berjalan mendekat dengan  gaya  Slow motion nya itu. Dan Alfian sangat menyadari, Tubuh istrinya yang paling indah. " ganti bajumu Zie, atau kau tak akan bisa memintaku untuk berhenti" ucapnya parau dan dengan yakin iya langsung menyerang istrinya dengan ciuman ganasnya. Panas dingin. "Kau yang memulainya". Kreeeck!! *anggap suara pintu kebuka* "Al, di bawah ad_..."  ucapan ibu  paruh baya itu menggantung. Namun berhasil menghentikan adegan panas di depanya. Dan rasa sesal benar benar tampak di mukanya. __________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD