10. Perubahan kecil

882 Words
Alfian mulai mengerjapkan matanya. Dirasanya pagi sudah mulai menyapa. Entah mengapa hari ini rasanya ia malas berangkat ke kantor, padahal di hari selasa, banyak pekerjaan yang akan menunggunya. Ia mulai mengedarkan pandanganya di dalam ruangan kamarnya yang sepi. Bayangan Naziha semalam tiba tiba mengusik fikiranya. "Sial dia benar benar sexy" gumamnya pelan sambil mengusap kasar wajahnya. "Pagi Mas? Semalam kapan pulang sih kok aku gak tau?" Tiba tiba saja Ziha sudah membuka pintu kamar dengan membawa secangkir minuman yang di ketahui Alfian itu adalah kopi. Karna dari aromanya dan uap yang masih mengepul. Alfian hanya diam saja. Bahkan membalas sapaan Ziha pun enggan. Dan Ziha yang sudah terbiasa di cuekin kini melangkah dengan senyum menuju dimana Alfian duduk. Yaitu di pinggir ranjang. "Nih!" Seru Ziha menyodorkan cangkir yang ada di tanganya. "Terima kasih" Alfian tersenyum dan menerima kopi itu. Aah, betapa bahagianya Ziha melihat senyum suaminya. Biasanya Alfian hanya akan diam. Kalaupun bicara paling 'gak perlu repot repot, taruh aja'. Perubahan kecil dari Alfian membuat hatinya berbunga- bunga. Semoga aja Alfian kesambet demit Irian yang membuatnya jadi baik banget sama Ziha. Hah ngaco. "Mas gak kerja?" Tanya Ziha mulai membuka pembicaraan. "Kerja" "Ya udah deh, mas mandi gih, aku buatin sarapan dulu." Ucap Ziha bersemangat. "Kamu mau masak?" Tanya Alfian dengan nada biasa saja namun kenapa Ziha mendengarnya malah merasa tersindir. "Iya, kenapa emang? Aku kan udah belajar Mas," Alfian hanya manggut manggut dan beranjak dari tempatnya. _______ Ziha menatap malas pemandangan di depanya. Sosiz yang di gorengnya gosong sebelah. Belom lagi telur mata sapi yang pecah kuningnya.   Dan ketika sang suami sudah dekat dengan meja makan ia hanya tersenyum penuh arti seolah mengatakan kegagalan. "Kalau mas mau makan di luar gak apa apa kok" kata Ziha setelah Alfian duduk di kursinya Namun tak pernah di sangka Ziha, Alfian malah tersenyum dan memakan masakan Ziha yang ala kadarnya itu. "Gak apa apa, aku makan ini aja, semoga rasanya gak ikut hancur juga" Ziha meringis mendengar ucapan suaminya. Namun di balik ucapan sarkasme Alfian, jauh di lubuk hatinya, Naziha merasakan kehangatan yang mulai menjalar. "Kamu entar pulang jam berapa?" Tanya Alfian di sela mengunyah sarapanya. "Hah?" Ziha hanya melongo menanggapi pertanyaan suaminya yang gak biasanya itu. "Saya mau jemput kamu, boleh nggak?" Tanyanya lagi "Hah?" Dan lagi, Ziha mengerjapkan matanya tak percaya dengan ucapan suaminya yang kelewat biasa itu. "Ck, ya udah kalo gak mau jawab, aku berangkat" lanjutnya beranjak dari kursi setelah menyelesaikan sarapanya. "Eh eh, mas? Tunggu dong? Aku gak salah denger kan?" Mas mau jemput aku?" Ulangnya menanyakan hal yang masih belom di percaya. "Gak jadi" ketus Alfian terlalu kesal. "Ih mas aku mau bangeet," "Gak jadi, aku mau lembur," "Ya Udah mas lembur aja entar aku tungguin di Ralov cafe ya?, jemput aku di sana aja, aku mau belajar masak sama bang Rangga soalnya." "Ya udah entar aku kabarin bisa apa enggaknya." Ucap Alfian lalu beranjak pergi. ______________ "Astaga Zie-zie......," teriak seorang laki laki tampan dengan apron birunya. " lo mah kebangetan ya, udah ah, hancur dapur gue," tambahnya frustasi. Dan yang di omeli hanya nyengir kuda melihat wajah merah kakak tercintanya itu. "Lagak lo pake hijab, kelakuan lo kayak pereman, suruh masak aja gak becus, mau jadi apa lo?" Cerocos Rangga yang sudah frustasi mengajari adik perempuanya untuk sekedar memasak opor ayam. Bukan hanya wajanya yang gosong, bahan masakanya pun terbuang sia sia. "Maaf bang" lirih Ziha menyadari kesalahanya, lalu ia dengan lemah melepas apronya dan berjalan gontai lalu duduk di salah satu kursi pengunjung. Dia hanya duduk diam dan menunduk lesu. Rangga yang melihat adik iparnya memasukki cafe miliknya, langsung menghampiri Alfian. "Hei apa kabar bro?" Tanyanya basa basi "Gue baik" jawab Alfia  singkat sambil melangkahkan kakinya memasuki cafe yang lumayan luas itu. Meski udah malam pengunjungnya masih rame. " Mau jemput istri lo?" Dan Alfian mengangguk. "Tuh, abis gue amuk dia, pusing gue" "Kenapa dia Ga?" Tanya Alfian heran melihat Ziha yang hanya menunduk di tempatnya. Dan tanpa menjawab pertanyaan Alfian, Rangga mendekati adiknya. "Zie, nih ada suami lo" Dan Ziha masih tetap diam. "Ck, sorry deh Zie, abang tadi emosi sesaat" hiburnya. "Gak papa Ga, biar gue ajak pulang dia," "Ok, hati hati ya, jagain adek gue" "Lo tenang aja" balas Alfian menepuk pundak Rangga. Kakak iparnya yang sebenernya umurnya 2 tahun lebih muda darinya itu.. ___ "Udah, . gak apa apa kalau kamu gak bisa masak" ucap Alfian membuka keheningan di dalam mobil. Ziha bedecak kecil "Ck, gimana Mas mau betah di rumah kalau akunnya aja gak bisa masak" Alfian tersenyum, jadi ini Alasan Ziha kekeuh ingin belajar masak meski hasilnya zonk. "Ya udah terserah kamu, aku dukung kamu kalau mau belajar masak. Yang semngat tapi belajarnya, jangan mainin HP aja kerjaanya." Tsssssah itu kalimat terpanjang yang pernah keluar ari Alfian untuk Ziha. CUP.... Alfian terserang hama kegugupan setelah tiba tiba Ziha mencium pipinya. Baru kali ini, kenapa jantungnya berdendang dendang. "Makasih ya Mas," ucap Ziha dengan senyuman yang termanis setelah ia sengaja mencium pipi Alfian. Dia udah gemes sama suaminya yang sedikit berubah hari ini. Biarin aja di bilabg cewek agresif, suaminya ini. Hehe. Ziha masih merasakan bibirnya yang menempel di pipi Alfian yang terasa di tumbuhi rambut halus di rahangnya. Dan melihat Alfian yang diam dan salah tingkah membuat Ziha makin bahagia. Ini caraku untuk mencintaimu. Ini caraku untuk berusaha mendekatimu. ________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD