Keesokan paginya. Gilang masih setia menutup matanya meskipun matahari sudah menampakkan sinarnya. Lelaki itu menoleh ke arah kanan karena ia merasa ada sesuatu yang menimpa perutnya. Lelaki itu tersenyum saat mengetahui siapa pemilik tangan mungil itu. “Sisil.” Gilang mengguncang tubuh gadis kecil itu pelan. Lalu sang empu pun mengerjapkan matanya karena terusik. Tatapan mata Gilang tertuju pada selembaran kertas yang sedari semalam Sisil pegang. Lelaki itu penasaran. “Sisil, ini apa yang kamu bawa?” tanya lelaki itu yang sudah duduk dan bersandar di kepala ranjang. Ke dua matanya menatap Sisil penasaran. “Kata umi ini peninggalan orang tua sisil sebelum Sisil ditaruh di panti asuhan,” jelasnya lalu menyerahkan selembaran kertas itu kepada Gilang. Saat lelaki itu ingin membukany

