07

1171 Words
“Ini sekolah.” “Lalu?” “Bagaimana jika mereka tau?” “Memang aku peduli?” “Rico!” Rico langsung menarik tengkuk Karin dan melumat bibir manis itu. Karin memberontak namun ditahan oleh Rico. Tubuh Rico terus mepet hingga Karin terbaring di bangku taman sedangkan Rico berada di atasnya. Karin menggigit bibir Rico namun bukannya melepaskannya, lelaki itu malah ganti menggigit bibir Karin. Rico melepaskan tautan itu namun tetap pada posisinya. “Kenapa kau tidak memakainya?” Tanya Rico tepat di atas bibir Karin. Karin berpikir sejenak apa maksud Rico namun setelah itu ia mengerti. Ya, hari ini Karin memang tak memakai Vibrator di balik roknya. Hal itu karena kewanitaannya masih sakit karena ulah Rico. “Itu.. masih sakit..” jawab Karin sedikit ragu. Karin mendorong d**a Rico menjauh namun lelaki itu tetap keras kepala tak mau menjauh. “Rico, banyak orang.” Desis Karin karena ia melihat beberapa orang terus saja menatap ke arah mereka. Rico kembali mendekatkan bibirnya dan melumat bibir Karin. “Katakan, siapa pacarmu.” Ucapnya setelah melepas tautan itu. “Apa maksudmu?” “Kau ingin aku menelanjangimu di sini?” “Aku tak mengerti. Pacar apa? Aku tak punya pacar!” Rico menarik tubuhnya. “Kau benar, mana mungkin perempuan sepertimu punya pacar.” Ucapnya dan pergi begitu saja. Karin mendudukkan dirinya dan menatap kepergian Rico. Ada apa dengan lelaki itu sebenarnya? Di sepanjang koridor, Karin terus saja menunduk karena semua orang membicarakannya. Apalagi jika bukan kejadian tadi? Mereka semua heboh karena beberapa foto yang tersebar. “Di sini kau sialan!” Karin mendongak dan mendapati Bella bersama ketiga temannya menghalangi jalan. “Aku sudah memperingatimu ya.” Bella menunjuk-nunjuk kening Karin. “p*****r sepertimu tak pantas merayu pacarku!” Tubuh Karin terdorong ke belakang karena Bella mendorong keningnya cukup keras namun tak membuatnya jatuh. “Aku tak merayunya.” Bella tersenyum sinis. “Tapi menggodanya?” Bella melipat kedua tangannya ke depan. “Tak mungkin Rico menciummu secara tiba-tiba jika kau tak menggodanya.” “Bawa dia.” Bella pergi terlebih dahulu di susul oleh ketiga temannya yang menarik paksa tubuh Karin. Mereka tiba di toilet lalu menghempaskan tubuh Karin ke lantai. Mereka mengunci pintu toilet dari dalam agar tak ada seorang pun yang mengganggu. “Apa yang ingin kalian lakukan?!” “Tentu saja bersenang-senang.” Mereka tertawa dan mendekati Karin secara bersamaan. Salah satu dari mereka mengambil selang air dan menyemprotkannya pada Karin. Tubuh Karin telah basah kuyup hingga membuat seragamnya tembus pandangan, memperlihatkan bra hitamnya. “Guys, pegang dia. Aku punya ide.” Kedua teman Bella langsung memegang tangan Karin dan bela berjongkok di depan Karin. Perempuan itu menjambak rambut Karin yang basah sehingga wajah mereka bertatapan. “Kau ingin tau bagaimana caranya menggoda lelaki?” Karin memutuskan dua kancing seragam Karin hingga memperlihatkan dua gundukan penuh. Bella tersenyum sinis melihatnya. “Apa yang kau lakukan?!” Teriak Karin saat Bella menyentuh tubuhnya untuk mencari pengait bra. Perempuan itu melepaskan baju Karin dan menarik bra hitam itu hingga lepas. Karin memberontak namun tangannya di pegang erat oleh kedua temannya. Bella mengambil ponselnya dan merekam Karin yang sedang bermandikan semprotan air. Gelak tawa tak henti-hentinya keluar memenuhi area toilet. “Punyamu besar juga. Sering diremas pasti.” Komentar salah satu dari mereka. Karin terus meronta namun kedua teman Bella malah meremas dadanya kasar. Sembari masih merekam. Tangan Bella masuk ke dalam rok Karin dan menarik dalaman Karin hingga terlepas. “Uh lihat apa yang dia pakai.” Bella tertawa dan menunjukkan celana dalam sexy Karin ke kamera. “Sudah hentikan.” Bella mematikan rekaman itu dan menyimpannya. Perempuan itu menatap Karin jijik. Ia mengambil Bra dan celana dalam Karin lalu mengguntingnya hingga tak bisa digunakan lagi. Karin meringkuk, menutupi tubuhnya saat kedua tangganya telah bebas. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Bella melemparkan baju seragam Karin yang sudah ia gunting di beberapa bagian tepat ke wajah perempuan itu. “Jika aku melihatmu dengan pacarku lagi, aku akan melakukan lebih dari ini. Ingat itu.” Mereka pergi meninggalkan Karin dengan keadaan yang mengenaskan. Sekarang Karin harus bagaimana? Ia tak bisa keluar dengan seragam sobek seperti itu dan tanpa dalaman. Karin hanya diam di bilik toilet bahkan hingga pulang. Ia melihat ponselnya, Tian beberapa kali menelponnya. Mungkin dia khawatir karena tas Karin masih berada di kelas dan sudah lebih dari satu jam semenjak Bel pulang, Karin juga belum kembali. Ponsel Karin kembali berdering, namun sekarang Rico yang menelponnya. Lelaki itu pasti akan memarahinya karena ia tak segera pulang. Karin mengangkat panggilan itu sembari menumpukan kepalanya yang berat pada lututnya yang tertekuk. “Hallo..” lirih Karin. “Di mana?” Karin tak menjawab, ia bingung harus menjawab apa. “Aku bertanya sekarang kau di mana?!” Suara itu tampak meninggi dan hal itu entah kenapa membuat air mata Karin tumpah. “s**t!” Rico mengumpat karena tak kunjung mendapat jawaban dan ia malah mendengar suara isakan. Panggilan itu terputus dan Karin semakin membenamkan wajahnya agar ia berhenti terisak. Sekitar sepuluh menit, Karin mendengar suara pintu yang terbuka kasar dan ketukan pada bilik yang ia tempati. “Keluar.” Itu suara Rico. “Aku bilang keluar!” “Kau keluar, atau aku dobrak!” “Satu!” “Dua!” Karin langsung membuka bilik itu dan ia menemukan wajah Rico yang menatapnya tajam. Rico masuk ke dalam bilik dan mengusap rambut Karin yang lepek. Ia mengamati baju seragam Karin yang tercabik juga buah d**a Karin yang menyembul karena dua kancing seragam itu terputus. Rico menggeram. Lalaki itu melepas jaketnya dan memakaikannya pada Karin. Ia langsung mengangkat tubuh Karin dan membopongnya. Tubuh Karin tampak menggigil karena sudah lama ia basah kuyup dan berdiam diri di sana. Sekolah sudah kosong, hanya tersisa petugas kebersihan yang akan membersihkan kelas-kelas. Namun tanpa disadari, jadi kejauhan Tian melihat kejadian itu. Kejadian di mana Rico membopong tubuh Karin keluar dari toilet perempuan. Sesampainya di apartemen, Rico langsung membaringkan tubuh Karin di ranjang. Di lepasnya seragam Karin yang sudah sobek hingga memperlihatkan buah d**a Karin. Rico juga melepas rok Karin yang dingin hingga tubuh itu telanjang sempurna. Rico mengambilkan Karin baju hangat dan memakaikannya. Lelaki itu memeriksa kening Karin dan ia merasakan hawa panas menjalar ke tangannya. “s**t!” Rico kembali mengumpat akan kejadian tadi. Saat bersama Bella, pacarnya itu tak sengaja membuka rekaman video seorang perempuan tanpa baju dan ketika Rico merebut ponsel itu seketika ia marah karena melihat perempuan yang ada di video itu adalah Karin. Ya, Karinnya. Rico langsung menghapus video itu hingga membuat Bella protes. Lelaki itu bahkan langsung meninggalkan Bella di mall untuk memastikan keadaan Karin. Rico membelai pipi Karin yang pucat. Mata Karin tertutup, ia tertidur. Tak ingin mengganggu Karin, Rico mengambil ponselnya dan keluar kamar. Ia menghubungi Bella dan tak butuh waktu lama, panggilan itu sambung. “Hal-” “Kita putus.” Ucap Rico langsung mematikan panggilan itu. Lelaki itu menghapus nomor Bella dari kontaknya dan mematikan ponselnya. Ia kembali ke kamar dan masih menemukan Karin yang tertidur pulas. Rico naik ke ranjang dan memeluk Karin dari samping. Lelaki itu ikut tertidur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD