Kenangan yang menyakitkan.

1068 Words
Ternyata Arka tidak pergi dari rumah Indra, dia masih tetap berada di sana dan dengan keras kepala tidak mau meninggalkan rumah Indra dari sana sampai Asa memaafkan dirinya. Dia ingin Asa mendengar semua penjelasannya atas apa yang terjadi antara dirinya dan Natalia. Akan tetapi Asa sudah tidak ingin lagi mengingat semuanya. Rumah tangganya hancur dan segala sesuatu yang ia pertahankan selama ini ternyata tidak ada artinya. Hidup dalam sakit hati yang ia pendam selama dua tahun cukup membuatnya yakin jika ingin berpisah dari Arka. Sebab hal yang menyakitkan yang ia ketahui adalah mereka melakukannya di kamar rumahnya. Tempat sakral yang seharusnya hanya dirinya dan suami yang berada di sana. "Dia tidak mau pergi, bagaimana menurutmu. Apa yang akan kau lakukan padanya?" tanya Indra yang mendudukkan bokongnya di samping Asa. "Tidak ada. Semua sudah berakhir. Tidak ada lagi yang bisa kami pertahankan. " "Aku akan mengusirnya." Perasaan cinta, rindu, jijik, muak dan malu melebur bersama. Rasanya Asa hampir gila memikirkan semua ini. Padahal pernikahannya bisa dibilang baru dan mereka bisa dikatakan pengantin baru, tapi Arka dengan mudah mengkhianatinya dan tak tanggung- tanggung, Arka melakukannya dengan Natali yaitu sahabatnya sendiri. Masih ingat dalam ingatan Asa saat dirinya ulang tahun setahun yang lalu. Saat itu Arka mengajaknya jalan - jalan. Tak lama kemudian suaminya mengajak masuk ke toko perhiasan. "Arka perhiasan ini bagus sekali? " ucap Asa begitu melihat gelang emas yang dihias permata di sekelilingnya. Suaminya segera membeli gelang tadi. Rupanya Arka mengajaknya ke toko perhiasan karena ingin membeli gelang. "Ya." Dalam hati Asa bersorak senang karena mengira jika gelang tadi adalah hadiah dari Arka untuknya pada ulang tahun. Dia menantikan dengan penuh semangat gelang tadi diserahkan padanya. Akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya, Asa tidak sengaja melihat gelang tersebut dipakai oleh Natalia pada saat sehari setelah ulang tahunnya. Yang menyedihkan Arka justru melupakan hari ulang tahunnya saat itu dan tidak memberi ucapan selamat atau hadiah. "Gelangmu bagus," ucap Asa. Dia menelisik lebih lanjut dan ternyata itu memang gelang yang dibeli oleh Arka. Saat Asa bertanya pada Natalia, sahabatnya itu hanya menjawab jika gelangnya berasal dari rekan kerja. Hati Asa berdenyut sakit karena cemburu. Arka melupakan ulang tahunnya tapi dia justru memberi hadiah pada sahabatnya. Nyatanya, sakit hati yang Asa rasakan karena kelakuan Arka tidak hanya di sana. Asa pernah merasakan pusing yang luar biasa karena demam. Dia menelpon Arka agar pulang cepat tapi Arka bilang akan pulang cepat setelah urusan penting selesai. Dan seperti yang sudah - sudah, Arka hanya berjanji cepat pulang. Dia tidak muncul meski sudah satu jam. "Akh...kenapa Arka ngak pulang- pulang." Asa bahkan keluar rumah untuk minta tolong pada tetangga untuk di antar ke klinik terdekat. "Asa, ada apa denganmu? Kenapa kau sempoyongan?" "Kepalaku sangat pusing." Beruntung saat itu Indra datang mencari Arka dan memanggil dokter pribadinya. "Baiklah, setelah ini minum obat. Aku akan ke kantor Arka. " "Terima kasih Kak Indra." Begitu Arka pulang, Asa bertanya kenapa dia pulang terlambat padahal dia meminta Arka segera pulang. Jawaban dari Arka membuat hati Asa jauh lebih sedih. "Natalia tadi bertengkar dengan Raga, jadi aku menemaninya sampai ia tenang." Asa yang tidak tahan dengan semua ini segera marah. "Ya, bahkan jika aku mati kau akan tetap mengutamakan Natalia," ucap Asa yang membuat Arka tersentak. "Asa, jangan bicara begitu. Dia saat itu tidak punya siapapun untuk mendengarkan curahaan hatinya!" "Lalu aku? Apa kau tahu apa yang terjadi padaku?! Saat itu aku hampir pingsan karena pusing! Tapi kamu lebih mengutamakan sahabatku." Arka tidak bisa berkata apapun dan hanya berkata menyesal. Sayangnya dia masih tetap tidak berubah. Mengingat hal yang dilakukan Arka membuat Asa tidak lagi ingin memaafkan Arka. "Lebih baik aku yang menyuruhnya pergi, Kak Indra." Indra mengangguk. Dia membelai kepala Asa dengan sayang. "Asa lebih baik kamu menemui Arka. Tegaskan padanya jika kamu memang ingin berpisah." Indra adalah pria dewasa yang bisa berpikir tenang. Jadi ia rasa semua masalah harusnya diselesaikan baik - baik. "Iya, Kak Indra." Langkah kaki Asa terasa berat karena harus melihat pria yang membuatnya patah hati. Dia bahkan tidak mampu merasakan kemana cintanya dulu. Mungkin hatinya terlalu kebas akibat menahan sakit hati akibat perbuatan Arka. Saat pintu dibuka Arka sangat gembira melihat istrinya keluar. Apalagi istrinya tidak lagi memakai pakaian yang terbuka sesuai dengan seleranya. Hal ini meyakinkan Arka jika Asa pasti bersedia menerima permintaan maafnya. Arka yakin istrinya masih mencintainya. "Asa, Sayang... tolong berikan aku kesempatan. Aku mohon... asal kau tahu aku nggak pernah mencintai Natalia." Tangan Arka berusaha meraih jemari Asa. Akan tetapi dia menepis lembut tangan Arka. "Aku nggak bisa Arka. Semua kelakuanmu setahun setelah pernikahan ini membuatku yakin untuk berpisah denganmu. " Wajah Arka kembali memucat, dia tidak ingin mendengar penolakan Asa. "Tapi... aku mencintaimu Asa. Aku tidak berselingkuh, aku hanya belajar cara memuaskan wanita darinya. Sebab aku tahu jika payah di ranjang." Asa semakin tidak percaya dengan ucapan Arka. Jadi yang ia lakukan adalah belajar cara berhubungan seksual dari Natalia agar dia memuaskannya. Sungguh konyol, bagaimana dia bisa memuaskan istrinya jika tidak pernah berada di rumah. Sudah beberapa bulan lamanya Arka justru tidak pernah menyentuhnya di ranjang. Arka selalu kelelahan dan tidak memiliki waktu dengannya. "Memuaskanku? Tapi berapa lama kita sudah tidak berhubungan ranjang?" tanya Asa. Mata Arka membola mendapati jika yang ia lakukan justru membuatnya lupa akan kewajiban memberi naskah batin pada istrinya. "I - itu..." "Lalu kapan kau terakhir kali meluangkan waktumu untukku?" tanya Asa lagi. "Kau bahkan tidak ingat ulang tahunku, aniversary kita dan bahkan sibuk dengan kepentingan Natalia. Seharusnya aku tahu jika kalian saat itu bermain gila! Kalian bahkan melakukannya di ranjangku." Arka mengingat kembali kapan dia pulang sore dan berbincang dengan Asa. Nyatanya dia sudah lama tidak bermesraan dengan sang istri. Waktunya dia habiskan untuk bersama Natalia. Ya dia sering pulang malam dan mendapati jika semua makanan yang Asa masak basi. Dan sering mendapati istrinya yang tertidur di sofa menunggunya. Dan saat itu dia nekat melakukan hubungan intim di ranjang dan ternyata terekam handycam Asa. "Jadi Arka..." dengan air mata yang meleleh Asa mengucapkan sesuatu yang membuat dunianya runtuh. "Aku akan menggugat cerai kamu. " Arka menangis tersedu dan memohon kesempatan pada Asa. "Jangan lakukan Asa. Aku tahu sudah salah... kumohon." Sayangnya Asa tidak ingin mendengar lagi. Pernikahan mereka sudah menjadi neraka bagi Asa. Dia selalu menjadi pihak yang kalah karena menghargai sahabat. Tak disangka jika sahabatnya justru menusuknya dari belakang. Asa hanya bisa menganggap semua ini selesai. Lagi pula dia sudah membalas Natalia dengan cara yang menyakitkan. Jadi dia tidak menderita sendiri. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD