bc

Creating My Own Shunshine

book_age16+
2
FOLLOW
1K
READ
contract marriage
reincarnation/transmigration
body exchange
second chance
friends to lovers
counterattack
enimies to lovers
school
punishment
surrender
like
intro-logo
Blurb

Jane berkata "Jika setelah ini kita putus kayaknya aku mau jadi kaya mamiku aja, jadi dokter biar sibuk.Biar gak inget kamu lagi".

Stephen mengeratkan pelukannya, ia sangat mencintai Jane mana mungkin bisa melepaskan gadisnya itu.

"Kalo sampe putus aku gak tau harus gimana" ucapnya sembari membingkai wajah Jane dengan tangannya.

"Aku bakal jadi Ceo ? terus sibuk sampai lupa sama kamu. Eh sakit terus di operasi sama kamu. Kita bisa jatuh cinta lagi".

Mereka tertawa karena hal yang mereka kira tak akan pernah terjadi itu.

Dua remaja itu sedang di mabuk cinta, mana bisa lepas.

chap-preview
Free preview
Jane
Seorang wanita cantik turun dari mobil sports berwarna merah. Sepatu ketsnya berdecit karena sang wanita tampak berjalan dengan terburu-buru. Sepatu berwarna putih itu menahan pintu lift yang akan tertutup. Membuat beberapa penumpang lift berdecak kesal dan ingin melihat siapa pemilik dari sepatu bermerk adid*s itu. Seorang wanita berambut pendek tampak masuk ke dalam lift, wangi vanila tampak menyeruak menyebar di dalam lift. "Selamat pagi doctor Jane" sapa seorang perawat bernama Aster. Wanita berjaket denim itu tampak menengok ke arah perawat itu lalu tersenyum dan mengangguk ramah. Beberapa laki-laki yang tadinya kesal karena lift terhenti mendadak sesak, melihat senyum dokter cantik itu. "Apa anda ada operasi lagi dok?" tanya Aster penasaran karena Jane terlihat tak sabar menunggu lift naik ke lantai yang di tujunya. "Iya dan aku terlambat karena hujan sial tadi" umpat Jane yang mengingat langit yang tiba-tiba tiba mendung dan menurunan air setitik demi setitik itu. Aster mencoba tak tertawa mendengar dokter cantik itu mengumpati hujan. "Bukankah sangat menyegarkan hujan di pagi hari? " tanya Aster lagi pada Jane. "Tidak terimakasih, aku lebih senang langit cerah di pagi hari" jawab Jane lagi sembari melihat jam yang melingkar di tangan putihnya. Lift terhenti di lantai 15, dan Jane segera keluar dari lift. "Dan Aster, tidurlah. Kantung matamu sangat mengerikan aku akan memberikan ini. Tak usah ucapkan terimakasih aku punya beberapa box itu dirumah ku jika kurang kau bisa minta lagi" Jane memberikan sebuah krim mata panda untuk Aster. Pintu lift tertutup pintunya memantulkan pantulan wajah Ester. "Apa iya ?" Ester menyentuh wajahnya. "pfffftt" Sedangkan beberapa staff pria dan pengunjung yang di belakangnya tampak menahan tawanya. Jane kembali berjalan cepat di lorong yang terlihat mewah. Tulisan VVIP tertulis di setiap ruangan yang terlihat selalu penuh itu. "Pagi doctor Jane" sapa perawat yang betugas siaga di meja pojok ruangan, ada banyak perawat yang tampak santai di sana. Jane tersenyum sopan, membalas sapaan itu. Tak heran. Seperti ruangan yang selau penuh walau satu kamar rumah sakit VVIP berharga seperti ruangan di hotel bintang 5. Perawat khusus yang tentunya berwajah tampan dan cantik, lulusan sekolah keperawatan terbaik di kota ini selalu di tempatan di bangsal VVIP. Doctor terbaik juga selalu di utamakan untuk menangani pasien VVIP, walau tengah malam sekalipun. Seperti dirinya pagi ini. Pagi buta tepatnya jam 04.00 pagi. Seorang wali kota ingin hernianya untuk di operasi hari ini juga. Karena pekan depan ia akan menikah lagi, ia ingin operasi secepat mungkin. Ia jauh-jauh datang ke kota ini, tepatnya rumah sakit harapan mulia. Tepat di mana banyak doctor terbaik berkumpul. Tentu saja tak salah ia ingin di operasi di rumah sakit terbaik dan juga doctor terbaik. Namun tetap saja, buang-buang uang jika harus berapa di bangsal VVIP sial ini. Ya sial! Jane merasa di jebak di bangsal VVIP ini, sudah puluhan kali ia ingin mundur dan di tempatkan di bangsal biasa. Tapi direkturnya selalu menahannya dan memberikan banyak pekerjaan untuknya. Dan jangan lupakan sogokan, termasuk sepatu yang di pakainya. Sepatu ini adalah keluaran terbaru, yang bahkan belum beredar. Sungguh sial pak Liam, direktur rumah sakitnya sungguh pintar merayunya. Jane memasuki sebuah ruangan yang tertutup betuliskan V12, ia membuka pintu itu. Disana terdapat perawat bernama Viviane, yang sedang mengganti infus dari wali kota X. Bernama Louise. Tak seperti gelarnya, wali kota itu terlihat lebih muda dari kelihatannya. "Halo doc. Sorry ganggu pagi- pagi tapi saya ingin di operasi segera" ucap Louise. Dan tak sekonyol seperti yang ia pikirkan. "Baik, tapi pertama- tama kami akan cek dulu keadaan anda" Ucap Jane sedikit ramah. "Tapi doc, apakah hmmm maksutku apakah aku bisa di operasi oleh doctor pria saja ?" tanya Louise dengan hati - hati. "Kenapa ? anda tak percaya diri dengan itu? " tanya Jane sembari menunjuk bagian bawah Louise dengan dagunya. "Lupakan perkataanku" jawab Louise lalu menutup wajahnya dengan bantal karena malu. "Hahaha baiklah" Jane keluar dari ruangan di susul oleh Viviane. "Tolong cek pasien, jika bagus kita bisa langsung mengoperasinya". "Aku akan minum kopi dan sarapan sebentar" perintah Jane pada Viviane. "Okidoki doc" jawab Viviane semangat, gadis muda berusia 20 tahun itu sangat energik. "Kau baru lulus tahun ini kan Vivian? " tanya Jane sebelum Viviane kembali masuk ke dalam ruangan Louise. "Betul doc, tepatnya sudah 7 bulan aku di bangsal ini" jawab Viviane. "Bagus. Pertahankan semangatmu" ucap Jane sembari menepuk-nepuk bahu Viviane. Dia kemudian pergi dari bangsal VVIP dan berjalan menuju lift. Lift itu begitu sepi. Jam setengah lima pagi, siapa juga yang akan mengunjungi rumah sakit di pagi buta begini. Kecuali pasien tentunya. Jane keluar dari lift dan berjalan menuju ke dalam ruangannya. Ruangan ini juga merupakan sogokan dari direkturnya. Ruangan yang rapih, bersih dan tentunya sangat wangi. Khusus untuk dirinya. Jane membuat menyeduh kopi sachet yang selalu ia beli sejak ia belajar keras karena memutuskan untuk masuk kedokteran. 'tringgg tringg' Jane mengernyit ponselnya berbunyi nyaring, sengaja karena panggilan di ponselnya selalu mendadak dan penting. Orang gila di rumah sakit ini mana lagi yang meleponnya pagi buta begini. Jane menatap malas nama orang yang meneleponnya. Tertulis nama Violet di layar ponselnya. "Ada apa ?" tanya Jane setelah menerima panggilan itu. "Aku ada berita penting kita vidio call aja! sudah lama gak ngeliat wajahmu yang cantik itu " ucap Violet dari balik telepon. Jane kembali menerima permintaan vidio call dari sahabatnya itu. " Kau menulis lagi? " tanya Jane setelah melihat wajah Violet yang seperti orang tidak tidur satu minggu. "Iya ! mana tau kali ini di lirik penerbit" balas Violet dengan nada gembira. "Baiklah, tapi tetap jaga kesehatanmu. TIDUR LAH VIOLET! " ucap Jane dengan nada memerintah. "Baik nyonya Marrie Jane Allinson, tapi kau juga harus tau diri. Kau juga tidurlah lebih dari 6 jam !" balas Violet tak kalah sengit. "Dan membiarkan orang mati karena tak ku operasi ? tidak terimakasih" Jane kembali meminum kopinya. "Hiss minuman macam apa itu" Violet mendelik melihat kopi yang di minum Jane. "Minuman kesukaanku" balas Jane sambil memerkan kopinya ke arah kamera. "Beli lah yang enak, kau kan kaya kopi mahal tak akan membuatmu mati kelaparan" Violet tak habis pikir dengan sahabatnya itu. "Tak ada yang lebih nikmat dari kopi sachet ini, kopi mahal yang kau maksut bisa membeli 15 sachet kopi. Dan efeknya masih sama" ucap Jane memamerkan perhitungannya. "Baiklah nyonya pelit" ucap Violet pada akhirnya. "Ah aku ada sebuah berita besar untukmu" Violet berkata sambil berekspresi aneh. "Ada apa ? kau hamil lagi ?" Jane terkikik karena perkataannya. Bisa mati muda Violet, satu anak saja sudah membuat dirinya stress karena terlalu hyper aktif. "Eh bukan!! ehem aku tak tau harus berkata dari mana" Violet malah tak tau kini harus berkata apa. 'tok tok' Perawat membuka pintu yang tak terkunci itu. "Dokter ada pasien serangan jantung" ucap perawat itu dengan panik. dengan tergesa Jane menaruh ponsel di meja kerjanya dan berlari bersama perawat tadi. "Dimana?" tanya Jane pada perawat bernama Hanah. "UGD doc" jawab Hanah sembari membukakan ruang UGD. Disana ada beberapa perawat yang memberikan pertolongan pertama pada pasien berjenis kelamin pria tersebut. Jane mendekat lalu terkejut karena melihat wajah orang yang di kenalnya itu. "Dokter Jane ! " salah satu perawat pria yang sedang melakukan RJP ( Resusitasi jantung paru) menyadarkan Jane dari lamunannya. Jane mengambil alih pasien. Kini ia melakukan RJP dan sekali-kali memberikan napas buatan ke pasien itu. Pasien itu kini telah stabil, ia membuka matanya dengan setengah sadar. "Jane? " ucap pria itu lalu kembali menutup matanya. "Dokter mengenalnya? " tanya perawat yang berada di sebelahnya. "Tidak" jawab Jane singkat. "Terus pantau pasien ini, saya ada operasi" ucap Jane lalu segera keluar dari ruangan UGD.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

My Secret Little Wife

read
95.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook