First Kiss

1098 Words
“Hari ini, Bu?” tanyanya memastikan, “apa gak terlalu cepat Bu?” Sanggahnya mencoba mengulur waktu. “Tidak.. kamu lagi gak buru-burukan? Kayaknya saya mau training kamu bagaimana cara menjadi pengawal pribadi saya. Ingat Layvi saya mau kamu tahu semua tentang saya, makanan apa yang saya suka, apa yang saya benci, warna kesukaan saya, sampai hal-hal pribadi tentang saya!” bisiknya dibelakang punggung Layvi, karena sejak tadi Yesha seakan memutari tubuh lelaki itu. “Kenapa harus seperti itu Bu?” Meski ia belum berpengalaman, tapi Layvi tahu biasanya pengawal hanya mengurus hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan, dan bukannya harus tahu banyak apalagi hal-hal pribadi yang tadi disebutkan. “Saya gak suka dibantah! lagipulakan saya bossnya jadi suka-suka saya!” Sahut Yesha angkuh, dan itu menghentikan kalimat penolakan yang ingin Layvi utarakan kembali. “Baik Bu!” bukankah ada peraturan yang mengatakan jika boss selamanya benar, dan sebagai bawahan, lelaki itu hanya perlu menurut saja. “kalau gitu sekarang ikut saya!” Layvi sudah mengikuti langkah Yesha dibelakang, semua karyawan yang disana menatapnya dengan keheranan dan itu membuat ia semakin salah tingkah. “naikkan kepalamu! Saya gak suka punya pengawal yang bahkan gak bisa melawan rasa malunya sendiri!” Ucap Yesha meski pandangannya masih lurus kedepan. Sesampainya di parkiran Layvi berinsiatif membukakan Yesha pintu mobil, dan wanita itu hanya menggeleng seraya menyerahkan kunci mobilnya. “saya yang bawa Bu?” Tekannya. “Iyah.. hari ini saya capek banget dan lagi males nyetir” Sahut Yesha yang langsung memasukkan kelima jarinya disela-sela jemari Layvi. “Bu..” Gagapnya panik “Kenapa? Kamu pengawal saya, jadi saya mau tahu sekuat apa tangan kamu untuk menjaga saya, emm.. sepertinya tangan kamu cukup kuat dan besar untuk melindungi tubuh saya!” Yesha mengangkat tangan Layvi memperhatikan tangan yang besarnya dua kali lipat dari tangannya ditambah urat tanganya yang sedikit menonjol kasar. tapi justru membuat Yesha merasa nyaman. “ayok naik!” Ucap Yesha yang sudah melepaskan genggaman tangannya. “Iyah Bu..!” Sahut Layvi yang lalu duduk dibangku kemudi. “bisa gak, gak manggil saya Ibu, saya bukan ibu kamu!” Sarkasnya. “Tapi Ibu boss saya!” “betul karena saya bossnya jadi disini cuma saya yang boleh ngatur! Mulai sekarang kamu bisa panggil aku... eemm Nona Yes.” Pinta Yesha sedikit berfikir. “baik Nona Yes, sekarang Nona mau kemana ?” “jalan ajah! nanti aku akan menunjukkan arahnya!” Katanya sambil tersenyum puas. --- Mobil Yesha sudah sampai diparkiran semua gedung yang tak kalah besar dari perusahaannya, seperti perintah nona Yes, Layvi berjalan dibelakang gadis itu. Yesha langsung masuk ke suatu ruangan tanpa permisi, disana mereka langsung bisa melihat pemandangan yang menjijikan, dimana Barry tengah berciuman mesra dengan salah seorang karyawannya, entah mungkin sekertaris lelaki berperut buncit itu. melihatnya saja sudah bisa membuat Yesha mual. Bisa-bisanya lelaki yang tak bermoral seperti itu ingin dijodohkan dengan dirinya. “Pppllaaakkk...!” Suara tamparan Yesha, bukan.. iya bukan marah karena melihat tingkah “calon tunangannya” Tapi ia terlalu marah dengan perlakuan Barry padanya waktu itu ditambah sikapnya yang membuat Layvi harus mendekam dibalik jeruji serta kehilangan pekerjaannya. Barry nampak menahan amarah dengan bibirnya yang mengatup kuat, hampir saja tangannya ingin melayang membalas perbuatan Yesha, beruntung ada Layvi yang setia dibelakang gadis itu, dengan mudahnya ia mengenggam tangan Barry, tak membiarkan Yesha tersakiti. “Apa-apaan ini!” Pekik laki-laki itu tak suka, matanya sudah memerah sempurna. “bisa gak, gak pakai kekerasan sama seorang wanita?” Sahut Layvi geram, jika kemarin ia berusaha menahan dipukuli karena takut semakin membuat masalah jadi panjang, tapi kali ini ia tak akan segan-segan mematahkan tangan Barry. “siapa lo! Ngapain lo ikut campur!” Bentak Barry, sedang Yesha hanya menatap kearah Layvi, posisinya yang berada ditengah-tengah perkelahian itu membuatnya merasa tersudut, beruntung yang dibelakangnya adalah Layvi, lelaki yang selalu bisa membuatnya merasa aman. “Gue? mulai sekarang gue yang jaga Yesha, mau apa lo?” Tantang Layvi.. Yesha tersenyum puas,, wah gak disangka lelaki yang tadinya gagap didepannya ternyata mempunyai sikap tegas, dan apa tadi ia memangil nama Yesha tanpa embel-embel. duh bikin kesemsem Untuk mendukung Layvi, Yesha berbalik badan memeluk pinggul Layvi, menyandarkan kepalanya di d**a Layvi posesif. Layvi melotot menunduk ke arah Yesha, dibalas Yesha dengan kerlingan nakal dari matanya. “hahahaa... jadi lo nolak gue buat lelaki kampung macam dia!” Tunjuk Barry tidak percaya. “Hahaha... yang kampungan lo apa Layvi, buktinya lo bisa-bisanya bermesraan sama karyawan lo, katanya lo sukanya sama gue, lo bukan cuma rendah Bar.. tapi gak bermoral.” Tekan Yesha “mulai sekarang jangan ganggu gue, atau lo bakal berurusan sama pacar gue!” tambahnya bangga. Layvi semakin melotot tajam, untungnya Yesha sigap, ia mencengkram kaos Layvi agar lelaki itu diam. “Gak mungkin lo pacaran sama mahluk kalangan bawah kayak dia!” bagi Barry suatu penghinaan dimana Yesha menolaknya tapi justru menerima Layvi yang ahhkk.. menatap lelaki itupun rasanya enggan. Yesha semakin tertawa puas, inilah pembalasan yang paling berat bagi harga diri seorang Barry dibandingkan tamparan yang ia berikan tadi, demi membuat lelaki itu semakin kebakaran jenggot Yesha berjingke, mendekatkan bibirnya dipipi kiri Layvi dan menciumnya begitu mesra. Layvi kaku sesaat, ia seperti merasa ada sentuhan lembut yang mengenai pipinya yang sedikit kasar karena ditumbuhi bulu halus. dan sentuhan itu berasal dari bibir Yesha yang kenyal. Belum pernah ia merasakan dicium oleh seorang wanita dewasa. Yesha yang masih berjingke menatap Layvi heran.. wanita itu pikir Layvi sudah terbiasa mendapatkan kecupan seperti tadi. tapi wanita itu tak ingin ambil pusing, yang ia tahu dirinya kini bisa tersenyum lega melihat Barry yang mengepalkan tangan menahan kesal. “ayok Layvi kita pergi dari sini!” Ucap Yesha menarik tangan Layvi keluar ruangan. --- “Nona tadi cium saya?” Tanyanya hati-hati setelah sampai dilobby, ia juga memperhatikan sekitar takut ada orang lain yang menguping pembicaraannya. “Iyah..bukannya cium pipi itu biasayah ?” Sahut Yesha yang spontan berbisik mengikuti gesture Layvi. “Astagfirullah Nona...!” Layvi sedikit menaikan suaranya, seraya menggeleng tidak percaya. Tatapannya juga memperlihatkan jika ia betul-betul kaget. “Nona gak boleh kayak gitu lagi, apalagi sama lelaki lain!” tanpa sadar lelaki itu mulai menggurui Yesha, membuat Yesha si gadis metropolis tertawa terpingkal-pingkal. “Oke aku gak akan mencium orang lain lagi secara sembarangan!” janji wanita itu saat melihat tatapan Layvi yang begitu marah, aahkk.. rasanya senang banget bermain-main dengan lelaki dewasa, tampan tapi sayangnya masih terlalu hijau untuk urusan percintaan. Yesha melanjutkan langkahnya dalam hati ia berjanji tak akan lagi mencium lelaki lain, selain Layvi tentunya.. buat apa ia menggoda lelaki lain, jika disisinya sekarang ada lelaki yang bisa membuatnya merasa hidup kembali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD