Paparrazi

1042 Words
"Hari ini kamu bisa pulang, besok kamu kembali bekerja. Ingat untuk datang jam 8 pagi, dan gak boleh telat!" Ucap Yesha. "Iyah Nona Yes!" Sahut Layvi seraya menjulurkan tangannya mengembalikan kunci mobil Yesha, sekali lagi Yesha ingin mengerjai pengawal barunya. Ditariknya tangan Layvi membuat lelaki itu limbung hampir menabrak tubuh wanita itu. "Besok-besok kaki kamu juga harus kuat, jangan cuma ditarik seperti itu lalu goyah!" Desis Yesha didekat d**a Layvi. Membuat lelaki itu kaku dalam sekejap. Hhhaaah.. ! Nona besarnya memang sangat mengesalkan tapi sepertinya Layvi harus tahan jika ingin terus bekerja disini. --- "Assalamuaikum, Dek!" Sapa Layvi. "Walaikumsallam, Kakak dari mana? kok udah balik ajah masih siang gini ?" Tanya Erick, seraya memperhatikan Layvi lekat. Ia juga baru pulang sekolah sedang Emma sepertinya tidur siang. "Kakak tadi habis interview kerja" "Kakak resaign dari tempat yang lama?!" Erick tahu, gak mungkin untuk kakaknya itu menambah pekerjaan baru. "Eemm.. iyah, Kakak memang sengaja cari pekerjaan yang lebih fleksibel ajah, niatnya emang kakak cuma mau kerja di satu tempat. kamu tahukan, Kakak lagi ngajuin buat skripsi!". Terpaksa Layvi berbohong, ia tak mungkin jujur dengan apa yang terjadi padanya. Nampak Erik yang menyeritkan alisnya seakan masih ragu dengan jawaban Layvi, sedang Layvi hanya tersenyum kikuk. "Emma mana?" Tanya Layvi sambil melirik sekitar mencoba mengalihkan pembicaraan. "Emma bobo, Kak" Jawab Erick seraya berlalu ke kamarnya. Mengikuti Erick, Layvi memilih merebahkan dirinya didalam kamar, berbaring memandangi atap sambil mengingat kembali kecupan singkat yang Yesha berikan. "Kak, kata Erick, Kakak keluar kerja?" Tanya Erin diambang pintu. Ia berjala mendekati Layvi. dan Layvi yang langsung merubah posisi tidurnya. "Gara-gara aku yah, Kak?" Tambah Erin cemas. "Gak Dek, kebetulan emang ada kerjaan lain yang lebih baik, Insha Allah setelah ini bayaran sekolah kamu gak akan nunggak, kamu juga bisa lanjut kuliah kamu. Erick juga bisa sekolah ditempat yang ia kepingin" Balas Layvi bijak. "Maafyah Kak, kalau kita cuma bisa ngeprotin Kakak, padahal kita ini bukan siapa-siapanya Kakak" Lirih Erin sambil menautkan kedua jemarinya. "Husshh, Jangan bilang gitu, kalian tuh adek aku, meski kita gak lahir dalam rahim yang sama sekalipun". Ucap Layvi, Sejak kematian ayahnya ia memang berjanji akan merawat adik-adiknya sepenuh hati. --- Layvi sudah berdiri di mobil Nona besarnya, memakai kemeja terbaik yang sudah sempat ia sterika tadi pagi. Sebenarnya ia ingin masuk kedalam. Tapi terlalu banyak paparazi yang menunggu didepan gedung membuat ia mengkaji niatannya. "Drrrtt... ddrrttt..." Ponselnya berbunyi, buru-buru Layvi mengangkatnya. "Kamu kemana ajah? disini banyak wartawan. Cepet naik karena saya butuh kamu sekarang!" Pekik Yesha langsung menutup ponselnya. "Baik Nona...!" Jawab Layvi sendiri. matanya menatap kerumunan wartawan, yang bagaikan para fans tengah menghadiri konser besar. Segera Layvi berjalan membelah kawanan pencari berita itu. "Mas, Mas siapanya Ratu Ayesha?!" Langkahnya terhenti karena ditahan oleh seorang wartawan. "Maaf saya hanya karyawan baru, saya gak tahu apa-apa, Jadi jangan tanya saya!" Sahut Layvi panik karena bajunya terus ditarik. "Anda siapa?!" Ketus seorang security yang sejak tadi sibuk mengamankan lobby. "Saya pengawal barunya Nona Yesha, Pak" Desis Layvi karena kerasnya suara seakan memengkakkan telinganya, meminta untuk Yesha segera keluar. "Cepetan masuk! daritadi Bu Yesha uring-uringan!" Jawab security tersebut. Tak ingin disalahkan Layvi langsung menuju ruangan wanita itu. "Kamu dari mana ajah, daripagi saya telepon kamu!" Bentak wanita itu, Layvi hanya menunduk meski ia tidak tahu salahnya dimana, seingatnya bos barunya itu memintanya datang jam 8 pagi dan ini masih 7.49, artinya ia tidak telat. "Pokoknya kalau saya telepon angkat!" "Iyah Nona Yes, tadi pagi saya antar adik saya dulu ke sekolah" Jawabnya jujur, ia memang mengantarkan Erick dan Erin sebelum berangkat kerja, Jawaban polosnya membuat Yesha enggan melanjutkan marahnya. "kamu siap-siapyah, saya mau keluar gedung ini, dari semalam saya belum pulang, dan sekarang saya capek banget, sebagai pengawal pribadi saya, kamu harus lindungi saya, gak boleh ada satupun wartawan yang bisa ambil foto saya apalagi menyentuh saya!". Meski rasanya begitu berat tapi Layvi tahu, inilah tugas utamanya, ia sudah menerima pekerjaan ini, sudah semestinya ia juga siap dengan semua konsekuensi yang ada. Yesha berjalan dibelakang Layvi, baru saja mereka sampai lobby depan, sudah banyak kameraman yang mencuri gambar dari nona besar itu, refleks Layvi memeluk Yesha agar terlindung dari blitz kamera. "Rame banget!" Desis Yesha setengah khawatir, ia tak menyangka sikapnya yang menampar Barry bisa berdampak begitu besar. "ayok Nona...!" Layvi terus memeluk Yesha seraya berjalan perlahan, dekapannya semakin kuat saat melewati para wartawan yang kehausan berita. Ia bahkan tak segan mendorong wartawan yang kedapatan menarik Yesha. "Mas... tolong hargai bos saya!" Teriaknya tegas. Dan sepertinya Yesha memang tak salah memilih pengawal, tubuh Layvi yang besar juga kokoh sangat mampu menjadi tamengnya. Tarik menarik tak bisa Layvi elakkan, meski ia terus memeluk Yesha erat, untuk memudahkan langkahnya ia menggendong Yesha ala bridal. Buru-buru Layvi membawa Yesha masuk kedalam mobilnya, dengan ia yang ikut masuk setelahnya. "Nona.. kenapa sih kok banyak banget orang gini?!" Tanya Layvi heran, ia tak mengerti kenapa nonanya ini dikejar layaknya artis papan atas yang tengah tersandung kasus. "Semua ini gara-gara kemarin saya menampar Barry, kamu tahu siapa Barry? Dia pewaris tahta satu-satunya dari Amerlin Grup, perusahaan tambang terbesar seAsia". Jelas Yesha, membuat spontan Layvi menenggak salivanya kasar, bisa dibayangkan bagaimana jika kemarin ia tidak diselamatkan oleh Yesha, bisa dipastikan ia akan membusuk didalam penajara. Layvi tahu bagaimana uang punya kuasa dalam hidup ini. "Udah tanyanya nanti ajah, sekarang kita harus cepet keluar dari sini!" Titah Yesha setengah kalut, Layvi mulai menyetir meski begitu kepayahan karena para wartawan yang nekat menghadang kap mobilnya. "Orang sekarang nekatyah Non, masa cari berita ajah sampai rela ketabrak gitu!" Gerutunya mencairkan suasana, Yesha hanya tersenyum karena ia terlalu biasa melihat itu semua. Dalam hidupnya ia memang tak pernah lepas dari pantauan berita murahan, Yesha yang notabanenya pewaris tahta dari perusahan batu bara terbesar ditambah ia yang beberapa kali menjadi brand ambasador merk terkenal membuatnya tak pernah memikirkan keringat para pencari berita. Bahkan tadi Yesha yang meminta untuk menabrakkan saja mobilnya, beruntung Layvi tidak segila itu. "Padahalkan buat apa sih Non, cari tahu urusan orang, lebih baikkan kalau televisi isinya dunia pendidikan semua!" Gumamnya yang jadi banyak bicara, bersama Yesha membuat Layvi merasa nyaman dan ia bisa mengucapkan semua apa yang yang ia pikirkan. "Hahhaa... Layvi-Layvi , tapi sayang manusia lebih suka mengurusi hidup orang lain, banyak orang yang susah lihat orang senang dan senang lihat orang susah!" Sahut Yesha enteng.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD