Part 02 Surabaya Carnival

792 Words
Sudah waktunya Anindiya dan teman satu timnya berangkat ke tempat Event. Semua barang bawaan tidak lupa ia bawa. Event Surabaya Carnival adalah salah satu event yang di tunggu-tunggu warga surabaya dan sekitarnya. Karena banyak artis ibu kota yang ikut memeriahkan ulang tahun kota Surabaya tersebut. Dan para crazy rich Surabaya pun ikut andil dalam acara ini. “Anin, cepat!!!” teriak mbak Retno sang pemilik WO. “Iya, mbak,” ucap Anin sambil berlari menghampiri teman-temannya yang sudah masuk ke dalam mobil. “Sekali-kali wajah itu di rias, Nin. Bukan orang lain saja yang malahan kamu percantik,” ucap mbak Retno. Anindiya yang mendengar perkataan pemilik WO tempatnya bekerja cuma nyengir kuda. Karena bukan kali pertama mbak Retno mengingatkan Anindiya masalah merias diri. “Nanti mbak kalau Stevani nikah, aku bakalan merias diri. Hahhaha...,” ucap Anindiya sambil tertawa. Mbak Retno geleng-geleng kepala dengan kelakuan salah satu makeup artis WO miliknya. “Bagaimana mau nikah kalau calonnya saja sudah raib,” ucap Stevani cemberut. Anindiya yang mendengarnya tidak bisa menahan tawanya. “Sekali-kali cari pacar, Nin. Supaya gak ngetawain teman yang lagi kena sial,” ucap mbak Retno sambil ikut tertawa. “Lha kok malah aku yang kena, mbak,” ucap Anindiya pura-pura sedih. Stevani yang melihatnya langsung menoyor kepala Anindiya. "Ya Tuhan, apa salahku? punya teman tega melihat temannya bersedih ditinggal kekasihnya selingkuh," ucap Stevani mendramatisir. "Salah sendiri, sudah tahu seperti itu masih dipelihara," ucapan Anindiya tanpa rasa bersalah. “Nanti kita cari cowok tampan dan tajir Nin di acara Surabaya carnival nanti,” ucap Stevani penuh semangat. “Kamu saja yang nyari, aku enggak,” ucap Anindiya. “Masih normal kan, Nin?” tanya Rian penasaran. Karena setahu Rian Anindiya tidak pernah membahas laki-laki yang sedang mendekatinya. “Aku masih suka batangan kali, Riana,” ucap Anindiya dengan santai. Sontak semua tertawa mendengar perkataan Anindiya yang sarkas. “Aku kira kamu sukanya kentang, Nin,” ucap Rian sambil tertawa. “Kalau aku mutusin suka kentang, orang pertama yang akan aku pacari pastinya si Stevani,” ucap Anindiya sambil mengedip-ngedipkan matanya ke arah Stevani. Stevani yang melihatnya merasa ingin muntah. Anindiya tertawa terbahak-bahak melihat Stevani yang pura-pura muntah karena mendengar perkataannya. “Dasar gila, aku do’ain cepat nikah. Di jodohin pula,” ucap Stevani di aminin teman-temannya yang lain. Anindiya langsung memasang wajah cemberut mendengar doa yang terlontar dari mulut Stevani. Satu mobil menertawakan Anindiya yang kalah telak adu omongan dengan Stevani. Tapi buat Anindiya, timnya adalah keluarga keduanya. Ia tidak akan pernah bisa marah dengan teman-temannya. Karena Anindiya sudah menganggap mereka semua saudaranya. Menjadi anak tunggal membuat Anindiya sering merasa kesepian. Hidupnya sebelum bertemu teman-temannya terasa hampa. Tapi setelah sekarang Anindiya memiliki mereka dalam hidupnya. Hidup Anindiya mulai berwarna. Setelah menempuh perjalanan sekitar 15 menit, Anindiya bersama teman-temannya akhirnya sampai di tempat tujuan. Surabaya carnival masih terlihat lenggang. Para panita sibuk mondar mandir mempersiapkan acara yang beberapa jam lagi akan di mulai. Anindiya berjalan berdampingan dengan Stevani sambil membawa tas makeup miliknya. Anindiya tidak terlihat seperti makeup artist profesional. Berbeda dengan Stevani yang terlihat cantik dan mempesona. Anindiya berpenampilan sederhana. Malahan terlihat cuek dengan memakai celana panjang hitam dan jaket kulit berwarna senada. Rambut panjangnya di cepol ke atas. Memperlihatkan leher jenjangnya. “Nin, pakaianmu gak ok banget,” bisik Stevani di telinga Anindiya. “Seperti kau tidak pernah mengenalku saja. Aku lebih nyaman dengan apa yang aku ingin pakai. Aku paling tidak suka kalau ada yang mempermasalahkan pakaian yang aku kenakan. Kalau memang ada yang mempermasalahkan pakaian yang aku keenakan, aku tidak akan segan-segan berbicara kasar pada orang itu,” tutur Anindiya. “Nin, awas di depanmu,” teriak Stevani mengingatkan Anindiya. Anindiya yang tidak menghiraukan perkataan Stevani langsung terpental menabrak seseorang sampai terjatuh di tanah. “Mangkanya kalau di ingetin orang itu di dengerin, Nin,” ucap Stevani sambil membantu Anindiya berdiri. Sepasang mata menatap datar ke arah Anindiya yang tak lain adalah Damian Al-Barack. Salah satu crazy rich Surabaya. Seorang pengusaha terkenal yang mempunyai banyak anak cabang perusahaan. Satu-satunya pewaris Magata Corporation. Tampan, kaya dan penuh kharisma. Semakin membuat sosok Damian terlihat sempurna. “Hey, kau ini punya mata gak? Jalan gak lihat-lihat. Punya mata itu di pakai bukan buat di jadikan pajangan saja,” ucap Anindiya sambil marah-marah ke arah Damian yang masih berdiri mematung di tempatnya sambil tetap menatap aneh ke arah Anindiya. “Seharusnya aku yang marah, bukan malahan sebaliknya. Dasar cewek i***t,” ucap Damian mengejek. Anindiya yang mendengar apa yang di katakan Damian, ia langsung berjalan ke arah Damian dan menginkak kaki Damian dengan sekali hentakan. “Aww... Shitt...!?” umpat Damian menahan marah. Anindiya tidak memperdulikan Damian yang kesakitan. Ia melanjutkan jalannya menuju ruangan yang sudah di siapkan untuknya merias. “Nin, itu tadi kamu salah. Bukan orang yang kamu tabrak tadi,” ucap Stevani mengingatkan. “Bodoh amat. Aku gak peduli,” ucap Anindiya tanpa rasa bersalah. ****** Happy Reading. Jangan lupa follow, coment dan tap lambang❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD